Dark
Light

Bagaimana Studio-Studio Game Besar Menyikapi Tren Game Web3 Sejauh Ini

4 mins read
February 3, 2023
Sikap studio game besar terhadap tren game Web3

Pasar game blockchain di tahun 2022 diperkirakan memiliki valuasi sebesar $4,6 miliar. Sepintas kedengarannya besar, tapi ternyata angka tersebut tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan total pemasukan sebesar $184,4 miliar yang dibukukan industri game mainstream tahun lalu.

Kalau mau disederhanakan, game blockchain atau Web3 hanya mencakup porsi kecil dari pangsa pasar video game secara umum, dan itu wajar jika melihat eksistensinya yang masih seumur jagung. Status quo tersebut bisa saja berubah, terutama ketika banyak pemain besar yang memutuskan untuk masuk ke ranah game Web3.

Pertanyaannya, apakah itu bakal terjadi tahun ini? Akankah studio-studio game besar memulai debutnya di ranah game Web3 tahun ini? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita mungkin harus melihat dulu sikap masing-masing perusahaan game terhadap tren game Web3, sebab tidak semuanya pro dengan keberadaan teknologi blockchain maupun NFT di portofolio game-nya.

Artikel ini bermaksud untuk memberikan gambaran terkait bagaimana sejumlah perusahaan game ternama menyikapi perkembangan tren game Web3. Mulai dari Ubisoft, Square Enix, sampai Valve dan Epic Games, masing-masing perusahaan punya pandangan yang berbeda mengenai game Web3. Berikut ringkasannya.

Ubisoft

Ubisoft

Di antara pemain-pemain besar di industri game, pengembang franchise Assassin’s Creed ini bisa dibilang adalah yang paling antusias terhadap teknologi blockchain. Ketertarikan Ubisoft dengan blockchain bahkan sudah berlangsung sejak lama, sebab pada tahun 2018, perusahaan asal Prancis ini tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi bernama Blockchain Game Alliance.

Lompat ke April 2021, Ubisoft resmi bergabung sebagai salah satu validator jaringan blockchain Tezos dan mulai bereksperimen untuk mengintegrasikan elemen blockchain ke game. Tanpa harus menunggu terlalu lama, Ubisoft langsung tancap gas dan meluncurkan platform NFT bernama Quartz menjelang akhir 2021. Ghost Recon: Breakpoint terpilih sebagai judul game pertama yang mendapatkan integrasi NFT.

Sayangnya inisiatif tersebut tidak bertahan lama. Jangankan menghadirkan integrasi NFT untuk game-game lain, Ubisoft bahkan sudah berhenti merilis aset NFT untuk Ghost Recon: Breakpoint sejak pertengahan Maret 2022. Tidak banyak yang didengar mengenai inisiatif NFT Ubisoft sejak itu, namun pada September 2022, CEO Ubisoft, Yves Guillemot, membuka diri dan mengatakan bahwa inisiatif NFT yang dijalankan perusahaannya sebenarnya baru sebatas coba-coba.

Square Enix

Final Fantasy

Sama seperti Ubisoft, Square Enix juga sangat tertarik mendalami tren game Web3 secara serius. Pencipta franchise Final Fantasy itu membuka tahun 2022 dengan klaim tegas bahwa game Web3 akan menjadi bagian penting buat mereka. Kemudian pada Juli 2022, bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-25 Final Fantasy VII, Square Enix mengumumkan koleksi NFT resmi untuk game tersebut. Dan di bulan November 2022, Square Enix menyingkap game NFT pertamanya yang berjudul Symbiogenesis.

Memasuki tahun 2023, Square Enix kembali menegaskan keseriusannya terhadap game Web3 lewat sebuah surat terbuka dari bos besarnya. Dikatakan bahwa Symbiogenesis tadi baru satu dari beberapa judul game blockchain yang sedang Square Enix kembangkan, yang semuanya berdasarkan IP orisinal. Sebagian di antaranya akan diungkap tahun ini juga.

Take-Two Interactive

GTA Online

Posisi Take-Two dalam debat tren game Web3 cenderung berada di tengah-tengah. Di satu sisi, salah satu alasan mereka mengakuisisi Zynga pada awal 2022 adalah untuk mengeksplorasi ranah game Web3. Dan Zynga sendiri sudah cukup lama dikabarkan sibuk mengerjakan game NFT.

Di sisi lain, Take-Two terang-terangan menolak keberadaan NFT di salah satu game terpopuler sekaligus mesin pencetak uangnya, Grand Theft Auto (GTA) Online. Larangan itu disampaikan melalui peraturan seputar Roleplay (RP) Server GTA Online yang diterbitkan pada bulan November 2022.

Di situ dijelaskan bahwa Take-Two dan Rockstar tidak akan segan mengambil tindakan hukum bagi yang melakukan “eksploitasi komersial”, salah satunya yang melibatkan penggunaan aset kripto maupun NFT di GTA Online dan Red Dead Online.

Tentu saja ini tidak bisa langsung diartikan bahwa Take-Two membenci NFT, sebab tujuan diberlakukannya larangan tersebut adalah untuk mengantisipasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari komunitas pemain GTA Online dengan mengomersialkan elemen dalam proyek Roleplay Server-nya.

Satu hal yang pasti, Take-Two sama sekali tidak termasuk dalam kubu yang anti-NFT. Sebaliknya, mereka justru aktif berinvestasi di ranah ini, salah satunya dengan menanamkan modal ke studio game Web3 bernama Horizon bersama Ubisoft.

Microsoft

Xbox Game Studios

Di luar gaming, Microsoft merupakan salah satu perusahaan yang cukup aktif terlibat dalam perkembangan teknologi Web3 dan metaverse. Namun spesifik untuk gaming, Microsoft tampaknya jauh lebih berhati-hati.

Indikasinya bisa dilihat dari komentar bos besar Xbox, Phil Spencer, yang mengatakan bahwa game NFT cenderung bersifat eksploitatif ketimbang menghibur. Perlu dicatat, Phil menyampaikan pendapat tersebut pada November 2021, dan sampai saat ini baik Microsoft ataupun Xbox belum pernah memberikan pernyataan resmi bahwa mereka mendukung atau menolak tren NFT.

Pun begitu, sejauh ini setidaknya sudah ada satu studio game di bawah naungan Microsoft yang secara eksplisit menolak dan melarang keberadaan NFT maupun blockchain di game bikinannya. Studio yang dimaksud adalah Mojang, yang tidak lain merupakan pencipta game Minecraft.

Ya, NFT sepenuhnya dilarang di Minecraft, dan ini tentu memiliki pengaruh yang cukup besar jika melihat status Minecraft sebagai salah satu game terpopuler sejagat.

Sony

PlayStation

Sebagai produsen perangkat virtual reality (VR), sangat masuk akal bagi Sony untuk mengembangkan inisiatif-inisiatifnya sampai ke ranah metaverse. Indikasinya pun juga sudah mulai kelihatan, utamanya lewat peluncuran Mocopi, sebuah perangkat motion tracking untuk platform metaverse.

Spesifik untuk NFT, November lalu Sony sempat mendaftarkan paten atas suatu mekanisme untuk memonitor perubahan aset dalam game dengan memanfaatkan teknologi blockchain. Pendaftaran paten tentu tidak bisa dilihat sebagai langkah konkret, tapi setidaknya ini menunjukkan bahwa Sony pun diam-diam sedang mengeksplorasi potensi teknologi Web3 di industri video game.

Nintendo

Super Smash Bros.

Saat berbicara mengenai metaverse, banyak orang yang mencoba memberikan contoh demi menyajikan gambaran yang lebih jelas. Sering kali, yang dijadikan contoh salah satunya adalah game Animal Crossing besutan Nintendo. Dan tidak mengejutkan kalau kemudian Nintendo juga tertarik dengan konsep metaverse secara luas.

Ketertarikan Nintendo terhadap tren metaverse disampaikan dalam sebuah sesi tanya-jawab bersama investor pada Februari 2022. Setahun berselang, sayangnya masih belum ada update informasi yang berarti dari Nintendo. Namun ini bisa dimaklumi mengingat Nintendo sendiri mengakui bahwa mendefinisikan aspek fun dalam konteks metaverse itu bukanlah pekerjaan mudah.

Valve

Steam

Sebagai perusahaan di balik platform distribusi Steam, Valve punya potensi besar untuk membuat game Web3 jadi lebih aksesibel. Sayang kenyataan yang ada justru sebaliknya, sebab Valve sudah melarang peredaran game NFT dan blockchain di Steam sejak Oktober 2021.

Alasannya, kalau menurut Gabe Newell (pendiri Valve) sendiri, terletak pada implementasinya, bukan teknologinya. Seperti yang kita tahu, tidak sedikit proyek game NFT yang memang diciptakan hanya untuk meraup keuntungan atau bahkan menipu pemain sepenuhnya. Keputusan Steam melarang game NFT di platformnya sejatinya merupakan cara gampang bagi mereka untuk terhindar dari risiko-risiko tersebut.

Epic Games

Fortnite

Kalau Steam melarang game NFT, Epic Games Store justru sebaliknya. Platform yang berusia jauh lebih muda itu sepenuhnya menyambut kehadiran game Web3, dan sejauh ini tercatat sudah ada tiga game Web3 yang melenggang ke Epic Games Store: GRIT, Blankos Block Party, dan Star Atlas.

CEO Epic Games, Tim Sweeney, telah beberapa kali mengatakan bahwa perusahaannya bersikap netral terkait perdebatan tren NFT di industri game. Epic sendiri mungkin tidak punya rencana untuk mengintegrasikan NFT ke Fortnite dalam waktu dekat, namun sebagai penyedia teknologi mereka merasa tidak punya hak sama sekali untuk memaksakan pandangannya ke kalangan developer.

Gambar header: Kamil S via Unsplash.

ONIC MPL ID Season 11
Previous Story

Siap Pertahankan Gelar, ONIC Umumkan Roster di MPL ID Season 11

Pokemon GO Indonesia
Next Story

Pokémon GO Adakan Event Komunitas di 19 Kota Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

5-Alasan-Poco-C75-Jadi-Smartphone-Sejutaan-yang-Tepat-untuk-Gaming

5 Alasan Poco C75 Jadi Smartphone Sejutaan yang Tepat untuk Gaming

Bermain game kini bukan lagi sekadar hiburan semata. Seiring dengan

POCO Jawab Tantangan Kompetitor Ponsel Gaming dengan Performa dan Harga Ekstrem

POCO kembali menantang pasar smartphone dengan meluncurkan lini produk berperforma