Dark
Light

Apa Dampak dari Dinyatakannya Esports Sebagai Cabang Olahraga Prestasi?

6 mins read
September 4, 2020
Esports telah diakui sebagai olahraga prestasi.

Esports mulai diakui sebagai olahraga di dunia internasional. Buktinya, esports telah dimasukkan ke dalam beberapa kegiatan olahraga akbar. Misalnya, pada Asian Games 2018, esports menjadi pertandingan eksibisi. Sementara dalam SEA Games 2019, esports bahkan menjadi cabang olahraga bermedali. Sebelum Olimpiade 2020 dibatalkan, esports juga masuk sebagai kegiatan pre-event Olimpiade. Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) juga percaya, esports bisa dianggap sebagai kegiatan olahraga, walau mereka hanya ingin fokus pada game esports yang didasarkan pada olahraga tradisional.

Di Indonesia, esports mulai menjadi perhatian pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Salah satu alasan pemerintah tertarik dengan esports adalah karena industri competitive gaming dipercaya akan bisa membuka lowongan pekerjaan untuk generasi muda di Indonesia. Memang, walau atlet esports sering menjadi sorotan media dan perhatian banyak orang, sebenarnya ada berbagai pekerjaan lain yang bisa Anda temukan di industri esports, mulai dari manager tim esports sampai analis.

Minggu lalu, pemerintah kembali menunjukkan perhatiannya pada esports. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menyatakan esports sebagai cabang olahraga berprestasi. Pertanyaannya adalah:

Apa Dampaknya?

Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan tentang dampak dari pernyataan Kemenpora dan KONI bahwa esports merupakan olahraga prestasi, mari kita bahas tentang pengertian dari olahraga prestasi itu sendiri, yang terdapat di dalam UU no.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 20.

“Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan.” – Pasal 20, Ayat 1

Esports sudah dinyatakan sebagai olahraga prestasi. Hal itu berarti, pemerintah punya kewajiban untuk “meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan”. Di esports, olahragawan adalah para pemain profesional. Hybrid lalu menghubungi Ashadi Ang, Ketua Humas Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) untuk membahas tentang rencana konkret pemerintah terkait hal ini.

Pengurus besar PB Esports. | Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
Pengurus besar PB Esports. | Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Tahap pertama, kita akan menjaring dulu bibit unggul dari berbagai provinsi maupun kota melalui ESI Provinsi yg telah terbentuk saat ini,” kata Ashadi. Per Maret 2020, PBESI telah melantik pengurus di 34 provinsi Indonesia. “Lalu, para bibit unggul ini akan dipertandingkan lagi ke tingkat nasional melalui PBESI Pusat. Tentunya, para atlet/bibit unggul yang telah terjaring akan melewati pembinaan maupun pelatihan tersendiri oleh PB Esports Indonesia. Dan tentunya, ekosistem dari esports sendiri yang telah tergabung dalam PBESI akan membantu untuk pembinaan tersebut.”

Lebih lanjut, Ashadi menjelaskan, PBESI akan mengadakan turnamen esports secara rutin, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Sayangnya, dia tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang sistem turnamen atau game yang akan diadu dalam kompetisi tersebut.

“Turnamen game apa, akan ditentukan sesuai dengan kondisi perkembangan game yang sedang terjadi. Game yang akan menjadi fokus dari PBESI adalah game yang banyak peminatnya dan dapat membawa manfaat bagi banyak orang dan juga game yang akan dipertandingkan di level internasional,” ujar Ashadi.

Berdasarkan akun Instagram resmi PB Esports, ada lima ESI Provinsi yang telah mengadakan turnamen esports. Salah satunya adalah ESI Badung, yang mengadakan turnamen Mobile Legends dan PUBG Mobile pada awal Agustus 2020 dengan total hadiah Rp8 juta. Selain itu, ESI Lampung juga telah menyelenggarakan Esports Lampung Championship. Turnamen dengan total hadiah Rp50 juta itu mengadu tiga game, yaitu PUBG, Mobile Legends, dan PES. Sementara ESI Sulawesi Selatan mengadakan turnamen esports PUBG Mobile dengan total hadiah Rp10 juta.

ESI Bangka Belitung bekerja sama dengan Polda Bangka Belitung untuk mengadakan turnamen esports pada 21-23 Agustus. Total hadiah dari turnamen tersebut mencapai Rp10 juta. Terakhir, ESI Gorontalo mengadakan turnamen PUBG Mobile pada 29 Agustus dengan total hadiah Rp20 juta.

CS:GO jadi salah satu game esports terpopuler di dunia. | Sumber: Steam
CS:GO jadi salah satu game esports terpopuler di dunia. | Sumber: Steam

Satu hal yang harus diingat, game esports yang populer di Indonesia berbeda dengan game yang populer di tingkat internasional. Menurut PC Games Impact Index dari The Esports Observer, League of Legends telah menjadi game esports dengan dampak paling besar di ekosistem esports selama beberapa kuartal berturut-turut. Namun, di Indonesia, jangankan skena esports yang tumbuh pesat, popularitas dari League of Legends pun masih kalah jika dibandingkan dengan game-game PC lain, seperti Dota 2 atau Counter-Strike: Global Offensive.

Sebagai negara mobile firstgame esports yang berkembang di Indonesia memang mobile game, seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire. Tak hanya  itu, publisher dari ketiga game tersebut — Moonton, Tencent, dan Garena — juga peduli pada pengembangan ekosistem esports  dari game mereka di Indonesia. Baik Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire, ketiganya memiliki liga esports rutin. Walau memang, pasar mobile game di Indonesia jauh lebih besar dari pasar game PC. Jadi tak heran, jika publisher mobile game mau fokus untuk mengembangkan ekosistem esports Tanah Air.

Pembinaan dan Penyuluhan

Ashadi menjelaskan, setelah menemukan bibit unggul dengan mengadakan turnamen di tingkat kabupaten dan provinsi, PBESI juga akan melakukan pembinaan, sesuai dengan UU no. 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, Pasal 22, ungkap Ashadi.

“Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran/pelatihan, koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan, pemudahan, perizinan, dan pengawasan.” – Pasal 22.

Saat ini, peraturan tentang esports masih dalam tahap penyusunan. Terkait topik apa saja yang akan dibahas, Ashadi mengatakan bahwa kebijakan terkait esports akan mencakup banyak hal, termasuk kategori umur pemain serta syarat penyelenggaraan turnamen demi memastikan turnamen yang diselenggarakan sudah sesuai dengan standar PBESI.

Wacana lain yang dicakup oleh Undang-Undang terkait olahraga prestasi adalah penyuluhan. “Salah satu agenda dari PBESI adalah untuk membuka wawasan orangtua bahwa esports itu berbeda dengan main game, bahwa esports ada masa depan, dan ada jenjang karirnya,” jelas Ashadi. Dia juga mengatakan, mereka ingin memberikan edukasi bahwa pekerjaan di dunia esports tak terbatas menjadi pemain profesional saja. “Tapi juga termasuk broadcasting, project management, content creator dan lain sebagainya,” akunya.

PBESI dan Badan Game/Esports Lain di Indonesia

Jika Anda memantau perkembangan industri esports (atau menjadi pembaca setia Hybrid), Anda pasti tahu bahwa PB Esports bukanlah badan esports pertama di Indonesia. Faktanya, jika dibandingkan dengan beberapa badan gaming/esports di Indonesia, PB Esports masih sangat baru.

PB Esports resmi dilantik pada Januari 2020. Sementara itu, Indonesia Esports Association (IESPA) telah berdiri sejak 2013, Asosiasi olahraga Video Game Indonesia (AVGI) sejak Juli 2019, dan Federasi Esports Indonesia sejak Oktober 2019. Terkait hal ini, Ashadi mengatakan bahwa badan-badan game/esports selain PB Esports dibentuk sebaga badan cabang olahraga rekreasi.

“Hanya PBESI satu-satunya badan yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai badan pemerintahan resmi di bawah KONI untuk cabang olahraga prestasi,” katanya. Namun, dia meyakinkan, PBESI akan bekerja sama dengan asosiasi game/esports lain yang ada.

Melirik Tiongkok yang Sudah Mengakui Pekerjaan Esports Sebagai Profesi

Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia yang pemerintahnya peduli dengan esports. Pemerintah Tiongkok juga peduli pada esports. Faktanya, pasar esports di Tiongkok merupakan salah satu pasar yang paling berkembang di dunia. Pada 2019, pasar esports di Tiongkok tumbuh 25% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dukungan pemerintah dipercaya sebagai salah satu alasan mengapa pasar esports Tiongkok bisa tumbuh dengan sangat pesat.

Bentuk dukungan pemerintah di Tiongkok bisa dilihat dari apa yang dilakukan pemerintah Shanghai. Pada 2017, pemerintah Shanghai mulai mengeluarkan wacana bahwa mereka ingin menjadikan Shanghai sebagai ibukota esports dalam waktu tiga sampai lima tahun ke depan. Untuk merealisasikan rencana itu, pemerintah Shanghai membuat sejumlah panduan. Salah satunya adalah mereka akan meningkatkan kapasitas riset dan pembuatan konten terkait esports dan juga mendorong media untuk membahas esports lebih sering.

Pemerintah Shanghai juga ingin agar  jumlah turnamen esports besar yang diselenggarakan di Shanghai bertambah. Salah satu turnamen esports besar yang akan diadakan di Shanghai dalam waktu dekat adalah League of Legends World Championship. Dengan pandemi virus corona, sempat muncul kekhawatiran bahwa turnamen global tersebut akan dibatalkan atau dialihkan menjadi turnamen online.

Namun, pada Agustus 2020, Riot Games mengatakan bahwa mereka akan tetap mengadakan LWC di Shanghai. Mereka mengungkap, untuk melakukan itu, mereka tak hanya memonitor dampak COVID-19 dengan ketat, tapi juga terus menjalin komunikasi dengan pemerintah lokal dan nasional. Kesediaan pemerintah untuk bekerja sama dengan Riot menunjukkan keseriusan mereka untuk mengembangkan esports, bahkan di tengah pandemi sekalipun.

Selain Shanghai, pemerintah Beijing juga mengatakan bahwa mereka ingin menjadikan kota tersebut sebagai Ibukota Game Online. Mereka berharap, mereka akan bisa merealisasikan rencana itu pada 2025. Jangan heran jika pemerintah kota berbondong-bondong untuk menjadikan kotanya sebagai kota yang ramah pada pelaku industri gaming dan esports. Ketika sebuah kota menjadi tuan rumah dari turnamen esports besar, hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang positif.

Dukungan dari pemerintah Tiongkok tak berhenti sampai di situ. Pada Januari 2019, pemerintah Tiongkok meresmikan bahwa esports professional dan esports operator merupakan dua profesi baru. Pada Juli 2019, sebanyak 88 atlet esports dinyatakan sebagai atlet resmi Shanghai. Jangan salah, atlet resmi bukanlah gelar yang bisa didapatkan semua orang. Orang-orang yang menjadi atlet resmi juga berhak untuk mendapatkan berbagai fasilitas dari pemerintah, sama seperti atlet olahraga tradisional lainnya. Contoh fasilitas yang diberikan pemerintah Tiongkok adalah dukungan visa internasional dan fasilitas pendidikan.

Akhir Kata

Jika kita berkaca pada Tiongkok, dukungan pemerintah bisa mengakselerasi pertumbuhan industri esports. Untuk mendukung indsutri esports, pemerintah tak perlu mengambil alih tugas pelaku industri esports lainnya.

Misalnya, pemerintah Shanghai memang ingin agar semakin banyak turnamen esports besar diadakan di sana. Namun, hal itu bukan berarti mereka sibuk menggelar turnamen esports sendiri. Mereka justru bekerja sama dengan pihak lain. Dalam kasus League of Legends World Championship, mereka menggandeng Riot Games. Jika pemerintah Indonesia bisa melakukan hal yang sama (disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, tentunya), tak tertutup kemungkinan, industri esports Tanah Air juga akan bisa berkembang pesat.

Sumber header: Game Prime

Previous Story

Bigetron Esports Adds Another Twin to Its Rosters, Max and Matt

Next Story

Karaniya Dharmasaputra: Kekuatan Digital dalam Demokratisasi Akses Investasi untuk Semua

Latest from Blog

Don't Miss

Review Poco X6 5G Hybrid

Review Poco X6 5G, Performa Ekstrem dan Sudah Dapat Pembaruan HyperOS

Poco X6 membawa layar AMOLED 120Hz dengan Dolby Vision lalu

Review Realme 12 Pro+ 5G, Smartphone Mainstream dengan Zoom Periscope Paling Terjangkau

Realme 12 Pro+ 5G merupakan smartphone paling baru dari realme di