Esports sedang berkembang dengan pesatnya belakangan ini. Mengutip dari Newzoo sebagai salah satu lembaga riset esports terpercaya, pasar esports global akan berkembang menjadi 1,1 miliar dollar AS pada tahun 2020 ini. Jika kita melihat lebih dekat, Tiongkok menjadi salah satu pasar esports yang berkembang pesat sepanjang 2020 ini.
South Morning China Post melaporkan laporan dari iResearch Consulting Group, yang mengatakan pemasukan esports di Tiongkok meningkat 25 persen secara year-on-year menjadi sebesar 117,5 miliar yuan (sekitar Rp250 triliun). Dikatakan, perkembangan pesat tersebut terjadi berkat sokongan pemerintah terhadap sektor gaming.
Ini merupakan untuk pertama kalinya pasar gaming di Tiongkok menembus angka 100 juta yuan pada pemasukan sektor gaming dan esports, yang termasuk penjualan game, turnamen, dan merchandising. Pasar esports Tiongkok diprediksi bisa mendapatkan penghasilan lebih dari 165,1 miliar yuan (sekitar Rp351 triliun) pada tahun 2021 mendatang.
“Dengan profesi sebagai atlet esports diakui oleh pemerintah, dan tim Tiongkok memenangkan League of Legends World Championship 2019, tak heran jika pemerintah, investor, dan brand bertekad untuk menjaga dan mendukung antusiasme esports menjadi lebih tinggi lagi.” tulis iResearch dalam laporan mereka.
Pemerintah Tiongkok memang perhatian terhadap sektor gaming di negeri tirai bambu. Namun belakangan peraturan ketat dari pemerintah pusat yang muncul sebagai cara untuk menahan adiksi bermain game, terutama untuk mereka yang di bawah umum. Meski diharapkan bisa berdampak baik, namun regulasi ketat tersebut dikhawatirkan menghalangi pertumbuhan pasar gaming dan esports di Tiongkok.
Beberapa peraturan tersebut seperti pelarangan bermain terlalu lama bagi pemain yang berusia di bawah 18 tahun. Mereka hanya diperkenankan bermain 90 menit saja, dan 3 jam pada akhir pekan. Mereka yang berusia di bawah 18 tahun juga dilarang untuk bermain game setelah pukul 10 malam sampai sebelum pukul 8 pagi.
Gamers muda di Tiongkok juga diatur pengeluarannya untuk bermain game yang dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mereka yang berusia 8-16 tahun hanya boleh menggunakan 200 yuan (sekitar Rp425 ribu) per bulan untuk game, dan mereka yang berusia 16-18 tahun hanya boleh menggunakan 400 yuan (sekitar Rp851 ribu) per bulan untuk game.
Namun, dukungan pemerintah juga hadir di tahun 2019. iResearch mengatakan bahwa pemerintah lokal Shanghai dan Hainan secara aktif mendorong keberadaan turnamen esports, dan mendorong perusahaan game untuk mengadakan event serta melakukan investasi. Ditambah, media nasional Tiongkok, People’s Daily juga secara aktif membahas esports pada tahun lalu.
Apa yang terjadi di Tiongkok mungkin bisa menjadi sesuatu yang ditiru oleh pemerintah Indonesia. Apalagi kita baru saja memiliki Pengurus Besar Esports Indonesia, yang merupakan lembaga esports nasional yang pembentukannya digagas oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia. Semoga saja kehadiran lembaga seperti PBESI bisa menjadi pendorong berkembangnya ekosistem esports di Indonesia.