Komunitas Difabel Ini Gunakan Mobile Legends untuk Pererat Tali Silaturahmi

Kondisi fisik yang tuna rungu tidak menghalangi DLT Esports untuk berkumpul dan menikmati game kesukaan mereka.

Tak dapat dipungkiri bahwa pandangan masyarakat terhadap gamer di masa lalu terbilang lekat dengan stigma negatif. Sering kali para gamer dianggap anti sosial, tidak bisa bergaul, bahkan NEET. Tapi kini semua sudah berubah. Game kompetitif di zaman modern telah menjadi wadah kaum muda untuk berteman dan bersosialisasi, bahkan menjadi lahan mata pencaharian dalam wujud esports profesional.

Ketika kita masuk ke dalam dunia game, batasan-batasan di dunia nyata seolah tak berlaku lagi. Semua setara, sama-sama pahlawan yang punya kesempatan untuk menunjukkan keahliannya. Keterbatasan fisik pun jadi kehilangan makna, yang ada hanya kegembiraan dan keseruan berjuang bersama teman untuk mengalahkan lawan.

DLT Esports merupakan salah satu contoh dari asyiknya dunia game kompetitif itu. Berasal dari Semarang, DLT Esports adalah nama sebuah komunitas Mobile Legends yang berdiri pada bulan Juli 2018. Uniknya, para anggota DLT Esports ini terdiri dari pemain-pemain difabel, tepatnya tuna rungu. DLT Esports sendiri merupakan singkatan dari nama Deaf Legend Team Esports.

Meski para anggota DLT Esports memiliki difabilitas, itu sama sekali tak menjadi penghalang mereka untuk tetap bersemangat dan selalu ceria. Mereka juga sangat menggemari dan menikmati permainan Mobile Legends: Bang Bang. Setiap bulan, mereka mengadakan kegiatan gathering untuk bermain bersama setidaknya dua kali. Bagi DLT Esports, Mobile Legends adalah wadah untuk berkumpul bersama teman-teman sejawat, dan di bulan Ramadhan ini menjadi kegiatan alternatif untuk menunggu datangnya waktu berbuka.

Beberapa kegiatan gathering tersebut misalnya telah digelar pada tanggal 9 – 11 November 2018 lalu. Bila Anda lihat videonya yang diunggah di akun Instagram resmi Mobile Legends Indonesia, terlihat betapa serunya para anggota DLT Esports bermain sambil berdiskusi menggunakan bahasa isyarat. Pihak Moonton memang telah mengapresiasi komunitas ini dengan cara mempromosikannya di akun-akun media sosial resmi mereka.

Di dunia olahraga, keberadaan atlet-atlet difabel memang bukan hal baru. Tapi hebatnya esports dibandingkan olahraga konvensional adalah dalam esports atlet-atlet difabel dapat bertanding sejajar dengan atlet-atlet pada umumnya. Di dunia Street Fighter misalnya, ada beberapa nama terkenal seperti Blind Warrior Sven yang ahli memainkan Ken walaupun tuna netra. Ada juga Brolylegs, pemain dengan kelainan tangan dan kaki yang sekarang bahkan sedang bermain di liga profesional Street Fighter League Pro-US.

DLT Esports pun di akun Instagram mereka juga pernah berkata bahwa mereka melakukan latihan untuk mengikuti turnamen Mobile Legends khusus Semarang. Semoga saja DLT Esports bisa terus meningkatkan kemampuannya, dan maju menjadi salah satu tim esports berprestasi di Indonesia. Siapa tahu di Mobile Legends Professional League nanti, ternyata DLT Esports bisa menjadi juaranya.