24 February 2023

by Glenn Kaonang

Drama Royalti NFT: Semua yang Perlu Anda Ketahui

Dalam beberapa bulan terakhir, ranah NFT terus dibuat gempar oleh drama seputar royalti NFT. Berikut cerita lengkapnya

"Ada perubahan besar dalam ekosistem NFT," demikian cuitan akun Twitter OpenSea pada 18 Februari lalu. Beberapa detik sebelumnya, OpenSea mengumumkan bahwa mereka telah menghapus kewajiban pembayaran royalti di platformnya. Setelah beberapa bulan memicu perdebatan, drama royalti NFT akhirnya berakhir juga, meski mungkin hasilnya tidak seindah yang dibayangkan banyak orang.

OpenSea, terlepas dari perlawanan ketat yang ditunjukkan sejumlah marketplace NFT lain belakangan ini, masih merupakan salah satu marketplace NFT paling berpengaruh dengan volume perdagangan yang masif. Alhasil, keputusannya menjadikan royalti sebagai fitur opsional bisa dilihat sebagai kekalahan telak bagi kubu yang selama ini pro terhadap royalti.

Bagaimana kita bisa tiba sampai di titik ini? Bukankah royalti selama ini selalu menjadi alasan utama para artis untuk terjun ke dunia NFT? Ketika royalti sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang wajib, apakah ini pertanda kreator bakal berpaling dari NFT?

Sayangnya saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Yang bisa saya lakukan adalah memberikan overview terkait drama royalti NFT ini. Berikut timeline perdebatan seputar royalti NFT dari awal hingga ke keputusan kontroversial OpenSea baru-baru ini.

Awal mula polemik royalti NFT (Juli 2022)

Sebelum memulai, ada baiknya kita sepakat dulu mengenai definisi royalti NFT. Royalti merupakan tarif yang dibayarkan ke kreator asli NFT setiap kali asetnya terjual di secondary marketplace seperti OpenSea. Besaran royalti bisa bermacam-macam; di OpenSea, kreator sebelumnya bisa menetapkan royalti sebesar 2,5%—10%.

2,5% sepintas terdengar kecil, namun kalau diakumulasi dari setiap transaksi, hasilnya tentu bisa besar juga. Dalam laporan terkait royalti NFT yang diterbitkan Galaxy Digital pada Oktober 2022 lalu, dikatakan bahwa Yuga Labs telah menerima pembayaran royalti sebesar $54 juta hanya dari koleksi NFT Bored Ape Yacht Club saja. Padahal, tarif royalti yang Yuga Labs tetapkan cuma 2,5% saja.

Kesuksesan Yuga Labs ini pada akhirnya menginspirasi banyak kreator NFT lain untuk mengambil langkah serupa. Beberapa di antaranya bahkan mencoba menaikkan persentase royaltinya menjadi 5% atau bahkan lebih. Tren ini sayangnya tidak disambut baik oleh kalangan penjual NFT, terutama yang motivasi utamanya mencari cuan alias flipping. Pasalnya, keuntungan yang mereka dapat dari hasil penjualan NFT kian sedikit seiring meningkatnya tarif royalti yang harus mereka bayarkan.

Situasinya berubah ketika SudoSwap meluncurkan marketplace NFT pada bulan Juli 2022. Tidak seperti OpenSea dan banyak marketplace NFT lain kala itu, SudoSwap sama sekali tidak menerapkan sistem royalti. Lebih lanjut, tarif platform yang SudoSwap tetapkan juga sangat kecil di angka 0,5%. Ini berarti pendapatan bersih yang diterima penjual NFT di SudoSwap hanya akan dipotong 0,5% saja.

Berhubung potongannya kecil, penjual NFT di SudoSwap pun berani menawarkan harga yang lebih rendah daripada di marketplace lain. Dari pihak konsumen, tentu saja mereka akan mencari harga yang paling murah untuk suatu produk yang sama yang dijual di lebih dari satu tempat. Alhasil, SudoSwap pun lebih sering menjadi marketplace pilihan bagi konsumen yang membeli NFT melalui platform agregator.

Strategi yang SudoSwap terapkan ini terbukti efektif, dan dalam kurun waktu hanya sebulan lebih sedikit, total volume perdagangan di marketplace NFT SudoSwap sudah berhasil menembus angka $10 juta. Tanpa harus menunggu lama, taktik SudoSwap ini juga langsung ditiru oleh sejumlah marketplace NFT lain.

Meledaknya tren anti-royalti (Agustus-November 2022)

Dengan semakin banyaknya pilihan marketplace NFT, konsumen pun semakin sering bergantung pada platform agregator seperti Gem untuk mendapatkan harga terbaik. Tentu saja, marketplace NFT lain tidak akan tinggal diam begitu saja melihat SudoSwap merebut sebagian besar pangsa pasar yang ada di platform agregator, dan satu demi satu marketplace pun mulai mengambil tindakan.

Pada 26 Agustus 2022, marketplace NFT X2Y2 mengumumkan bahwa pembayaran royalti di platformnya kini merupakan fitur opsional, dan konsumen bebas memilih untuk berkontribusi terhadap suatu proyek NFT (dengan membayar royalti) atau tidak. Sebelumnya, X2Y2 sudah lebih dulu menarik perhatian komunitas NFT dengan menawarkan tarif platform yang sangat rendah di angka 0,5%, dan dengan keputusan ini, mereka berharap konsumen jadi punya semakin banyak alasan untuk berpaling dari OpenSea.

Selain di ekosistem NFT Ethereum, tren yang sama juga terjadi di ekosistem NFT Solana. Pada 14 Agustus 2022, marketplace NFT Solanart mengumumkan bahwa mereka telah menghapuskan kewajiban pembayaran royalti di platformnya.

Bersama Yawww dan Hadeswap, ketiga marketplace NFT Solana tersebut berhasil memberikan perlawanan yang cukup berarti terhadap dominasi Magic Eden. Pada akhirnya, tepat tanggal 15 Oktober 2022, Magic Eden pun menyerah dan ikut menjadikan royalti sebagai fitur opsional. Sederhananya, Magic Eden tidak mau terus kehilangan pangsa pasar karena tidak mengikuti tren anti-royalti yang sedang marak.

Memasuki bulan November 2022, giliran marketplace NFT LooksRare yang menghapus kewajiban pembayaran royalti di platformnya. Namun ketimbang memprioritaskan market share dan melupakan kesejahteraan kreator begitu saja, LooksRare memutuskan untuk menyumbangkan 0,5% dari tarif platform yang diberlakukannya kepada pihak kreator. Sebagai informasi, LooksRare menarik tarif platform sebesar 2% dari setiap transaksi yang berlangsung.

Hanya sekitar lima hari berselang sejak pengumuman LooksRare, OpenSea pun ikut bersuara. Lewat sebuah utas, OpenSea menjelaskan rencananya untuk menghapus kewajiban pembayaran royalti dari ribuan koleksi NFT yang ada di platformnya, dan hanya mewajibkan pembayaran royalti pada koleksi NFT baru yang dibuat menggunakan on-chain enforcement tool mereka.

Pengumuman OpenSea ini menuai kritik pedas dari publik, dan di titik ini komunitas NFT yang pro terhadap royalti sejatinya sudah hampir kehilangan harapannya.

Perlawanan dari OpenSea dan komunitas kreator (November 2022-Januari 2023)

Respons negatif yang disuarakan komunitas NFT rupanya membuahkan hasil, dan hanya selang empat hari setelah membuat pengumuman kontroversial tadi, OpenSea langsung berubah haluan dan memutuskan untuk tetap mewajibkan pembayaran royalti di platformnya. Menurut OpenSea, mereka berani melawan tren demi tetap memberikan dukungan kepada pihak kreator. Di sepanjang tahun 2022, OpenSea bilang kreator di platformnya menerima lebih dari $1 miliar hanya dari pembayaran royalti saja.

Sebagai bentuk dukungan ekstra, OpenSea juga meluncurkan semacam tool bernama OperatorFilter yang bisa dimanfaatkan para kreator untuk memblokir marketplace yang anti-royalti. Dengan memakai tool tersebut, kreator pada dasarnya bisa mencegah NFT bikinannya diperdagangkan di marketplace-marketplace yang tidak mewajibkan pembayaran royalti.

Salah satu marketplace yang diblokir adalah X2Y2. Namun itu tidak bertahan lama, sebab pada 18 November, X2Y2 memutuskan untuk mengikuti jejak OpenSea dan mewajibkan pembayaran royalti. OpenSea pun menyambut baik dan langsung menghapuskan X2Y2 dari daftar marketplace yang diblokir pada tool-nya.

Di samping OpenSea dan X2Y2, masih ada satu marketplace besar lain yang mewajibkan pembayaran royalti, yakni Rarible. Meski sudah bertransisi menjadi platform agregator sejak Oktober 2022, Rarible tetap mengoperasikan marketplace NFT-nya sendiri, lengkap dengan program reward untuk mengapresiasi para pengguna yang bersedia membayar royalti ketika bertransaksi.

Memasuki bulan Desember 2022, giliran Magic Eden yang meluncurkan tool mirip seperti OperatorFilter besutan OpenSea tadi, meski mereka tetap tidak mewajibkan pembayaran royalti di platformnya.

Selain dari pihak marketplace, perlawanan terhadap tren anti-royalti juga ditunjukkan oleh kalangan kreator itu sendiri. Kreator Bored Ape, Yuga Labs, memutuskan untuk memboikot marketplace yang anti-royalti untuk koleksi NFT barunya yang dirilis pada bulan pertama 2023, sehingga koleksi tersebut hanya dapat diperdagangkan di marketplace yang mewajibkan pembayaran royalti.

Serangan balik Blur dan berakhirnya perlawanan OpenSea (Februari 2023)

Pada Oktober 2022, sebuah marketplace NFT baru bernama Blur resmi meluncur dan dengan cepat mencuri perhatian berkat iming-iming hadiah token $BLUR gratis yang dijanjikan buat para pengguna pertamanya. Saat diluncurkan, Blur tidak mewajibkan pembayaran royalti, dan mereka pun dengan cepat masuk daftar blokir yang OpenSea tetapkan di bulan berikutnya.

Untuk mengantisipasi, Blur kemudian memutuskan untuk mewajibkan pembayaran royalti, namun khusus untuk koleksi-koleksi NFT baru saja. OpenSea rupanya tidak mengindahkan keputusan tersebut dan tetap mencantumkan Blur pada daftar blokirnya.

Seakan tidak terima dengan sikap OpenSea, Blur pun terus memutar otak, dan pada akhir Januari kemarin, mereka berhasil menemukan celah pada protokol Seaport yang memungkinkannya untuk mem-bypass blokir dari OpenSea. Sejak itu, semua koleksi NFT di OpenSea jadi bisa diperdagangkan di Blur.

Tidak berhenti sampai di situ saja, pada 16 Februari 2023, Blur lanjut melancarkan serangan dengan menyarankan para kreator untuk ganti memblokir OpenSea seandainya mereka mau menerima pembayaran royalti secara penuh di platformnya. Di titik ini, Blur memang sedang di atas angin, dengan volume perdagangan yang jauh melebihi OpenSea menurut data dari platform analitik Dune.

Semua ini pada akhirnya membuat OpenSea bertekuk lutut, dan pada 18 Februari kemarin, mereka resmi mengibarkan bendera putih lewat keputusannya menghapus kewajiban pembayaran royalti. Yang tadinya melawan arus demi mendukung kalangan kreator akhirnya harus menyerah ketika dihadapkan dengan risiko terus kehilangan pangsa pasar.

Penutup

Di titik ini, tidak ada yang tahu ke depannya bakal seperti apa. X2Y2 sejauh ini belum membuat keputusan apa-apa, dan kita tidak perlu heran seandainya mereka berubah haluan lagi dan kembali menjadikan pembayaran royalti sebagai fitur opsional.

Royalti NFT sendiri sepertinya masih akan menjadi topik perdebatan hangat. Pasalnya, meski royalti terbukti dapat membantu menyejahterakan banyak kreator NFT, royalti juga terbukti tidak sejalan dengan prinsip desentralisasi yang selalu diasosiasikan dengan Web3.

Seperti yang bisa kita lihat, dalam penerapannya sistem royalti justru ada karena keputusan satu pihak tertentu. Kala OpenSea masih mewajibkan pembayaran royalti di saat yang lain tidak, mereka menciptakan tool untuk memblokir marketplace yang anti-royalti. Dalihnya memang untuk kreator, tapi tidak bisa dimungkiri ini juga merupakan upaya mereka untuk mematikan persaingan dan tetap memonopoli pasar.

Singkat cerita, kubu pro dan anti-royalti masing-masing memiliki argumen yang valid. Mana yang bakal memenangkan perdebatan masih tanda tanya, tapi kalau melihat kondisi saat ini, sepertinya kubu yang anti cenderung lebih diuntungkan.