Peran IMI di Pengembangan Ekosistem Sim Racing Indonesia

IMI telah membentuk komisi digital motorsport sejak 2018

Beberapa bulan belakangan, dunia disibukkan oleh pandemi virus corona. Satu per satu, kegiatan non-esensial dihentikan, termasuk pertandingan olahraga. Berbagai liga sepak bola terpaksa harus dihentikan, begitu juga dengan kompetisi NBA dan balapan. Di tengah kemandekan ini, esports muncul sebagai secercah harapan, baik bagi fans olahraga maupun penyelenggara turnamen. Berbeda dengan kebanyakan kompetisi olahraga yang harus diadakan secara offline, pertandingan esports bisa diadakan secara online. Jadi, seseorang tetap bisa berkompetisi tanpa harus keluar dari rumah dan mengambil risiko terpapar virus corona.

Berbagai balapan pun diubah formatnya menjadi balapan virtual, mulai dari Formula 1, NASCAR, sampai Formula E. Menariknya, balapan virtual ini tidak hanya menarik para pembalap profesional serta gamer atau influencer. Ada juga atlet dari bidang olahraga lain yang tertarik untuk ikut serta. Sebut saja striker Manchester City, Sergio Aguero. Saat disiarkan di televisi, balapan virtual ini juga sukses mendapatkan penonton hingga ratusan ribu orang. Ini membuat sim racing menjadi kembali hype, tidak hanya di dunia, tapi juga di Tanah Air.

Lalu, bagaimana potensi sim racing di Indonesia?

Awal Mula IMI Terjun ke Sim Racing

Di Indonesia, sim racing alias balap virtual merupakan ranah di bawah naungan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Memang, IMI adalah asosiasi yang menaungi semua jenis kompetisi balap otomotif di Tanah Air. IMI sendiri mulai tertarik untuk masuk ke sim racing alias digital motorsport pada tahun 2018. Pasalnya, ketika itu, FIA (Federation Internationale de l'Automobile) juga kembali memerhatikan sim racing.

Indra Feryanto, Ketua Komisi Digital Motorsport dari IMI menjelaskan, "Pada 2018 tuh, FIA sudah mulai menggalakkan lagi soal sim racing. Kebetulan, di pengurusan IMI ada beberapa yang memang into sim racing." Pada tahun itu, IMI mengajukan ide pembentukan komisi khusus sim racing. Ide tersebut disetujui oleh sebagian besar anggota. Itulah awal dari Komisi Digital Motorsport di IMI. "Di kita (Indonesia), sim racing itu kan mulai berkembang pada 2017. Pada 2018-2019, perkembangan sim racing pesat sekali. Kita ingin tangkap momentum itu, kita bisa regulasi, agar bisa lebih terarah," ujar Indra saat dihubungi melalui telepon.

Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman (kiri). | Sumber: AMD

Semenjak komisi digital motorsport dibentuk, mereka telah melakukan berbagai kegiatan, seperti pameran dan bahkan kejuaraan nasional. Pada bulan Maret 2019, IMI menggelar Racing Simulator Festival bersama berbagai pelaku ekosistem simulasi balap, mulai dari Techno Solution, yang merupakan distributor resmi Thrustmaster, organizer balap GT-Sim.ID, Alien Needs, Harris Muhammad Engineering, dan Komunitas Sim Racing Indonesia. Selain mengumumkan keberadaan kejurnas, acara tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan balapan virtual pada masyarakat luas serta komunitas gamer dan IT. Perkenalan itu mencakup pembahasan tenatng game, kompetisi, serta alat pendukung sim racing.

Pada tahun 2019, IMI juga mengadakan kejuaraan nasional, yaitu Indonesia Digital Motorsport Championship (IDMC). Indra mengatakan, jumlah peserta yang masuk dalam IDMC "lumayan". Dan yang paling penting, ungkapnya, mereka berhasil menemukan orang yang pantas menyandang gelar "juara nasional". Berakhir pada Desember 2019, IDMC dimenangkan oleh Andika Rama Maulana, yang mewakili tim GT-Sim.ID.

Rencananya, tahun ini, IMI akan kembali mengadakan IDMC. "Kami juga melihat adanya pandemi ini sebagai blessing. Karena kebanyakan orang harus diam di rumah, kegiatan sim racing bisa mengisi waktu," ujar Indra. Faktanya, dia mengatakan, para pembalap nasional berinisiatif untuk membuat kegiatan balapan virtual, yaitu Ramadhan Balap Indonesia.

Apa Tujuan IMI Masuk ke Sim Racing?

Ketika ditanya apa tujuan IMI untuk ikut turun dalam mengembangkan ekosistem sim racing, Indra berkata, "Pembalap itu nggak lepas dari simulator. Mereka butuh latihan, agar bisa tahu cara cari waktu lebih cepat, berkendara lebih aman," ujarnya. Dan menggunakan simulator adalah cara paling mudah dan murah untuk berlatih balapan. Pendapat Indra senada dengan omongan Rama. Dalam Hybrid Talk -- yang videonya bisa Anda tonton di bawah -- Rama berkata bahwa sim racing bisa membuka jalan untuk meraih cita-cita bagi orang-orang yang ingin menjadi pembalap.

"Seperti kita tahu, dunia motorsport, apapun olahraganya, mau mobil, motor, sepeda, itu sangat makan duit. Jangankan beli mobil, beli bensin juga mahal," celoteh Rama. "Belum ban, belum rem. Dengan adanya sim racing, yang sudah diakui karena punya komisi sendiri, ini bisa jadi satu cabang balapan baru. Ini bisa juga jadi solusi untuk orang-orang yang mau terjun ke dunia balap profesional, tapi punya budget terbatas."

Lebih lanjut Indra menjelaskan, salah satu agenda Divisi Digital Motorsport IMI adalah untuk melakukan pendidikan. "Ke depan, kita bisa bantu kembangkan atlet atau individu yang memang punya bakat agar pengembangan bakatnya terarah," ungkap Indra. "Buat jadi pembalap, kan mahal modalnya. Jadi, kita mulai dengan simulator." Masalahnya, jika Anda ingin menjadi pembalap, untuk berlatih, Anda harus bisa mendapatkan akses ke mobil balap dan sirkuit. "Nggak semua orang punya luxury itu. Simulator itu bisa jadi tempat latihan, tanpa orang harus pergi jauh-jauh (ke sirkuit). Kalau mau investasi, biayanya juga nggak terlalu besar. Dari segi skill, bisa dikembangkan dan jadi pembalap beneran," jelas Indra.

Tujuan lain IMI mengembangkan ekosistem digital motorsport adalah untuk memajukan cabang olahraga tersebut. Diharapkan, ini akan membuat olahraga motorsport lainnya menjadi ikut populer. Memang, banyak perusahaan non-endemik yang masuk ke dunia esports -- baik sebagai investor atau sponsor -- untuk mendekatkan diri dengan generasi muda. Tidak heran, mengingat sebagian besar penonton dan pemain esports adalah generasi milenial atau gen Z.

Sejauh ini, salah satu tujuan IMI yang sudah tercapai adalah menyelenggarakan kejuaraan nasional. Mereka berhasil merealisasikan hal ini ketika mereka mengadakan IDMC pada tahun lalu. Tahun ini, IMI berencana untuk kembali menyelenggarakan IDMC. Selain itu, IMI juga berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan lain dalam kalender nasional mereka.

Potensi Sim Racing di Indonesia dan Halangan yang Dihadapi IMI

Menurut Indra, dari segi bisnis, potensi sim racing sangat menjanjikan. Hal ini terlihat dari fakta bahwa orang-orang yang tertarik dengan sim racing tak melulu penduduk Pulau Jawa. "Sekarang, sim racing itu nggak hanya terfokus di Pulau Jawa," kata Indra. "Kalimantan dan Sulawesi pun berlomba-lomba dalam digital motorsport." Sementara kalau dari segi kegiatan perlombaan, dia mengungkap, pembalap Indonesia juga sudah mulai diperhitungkan di kompetisi tingkat global. "Ada sim racer yang juga sudah berkiprah di luar negeri," aku Indra.

Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport

Hype sim racing di Indonesia kini juga cukup tinggi. Sambil tertawa, Indra berkata, "Tahun lalu, banyak orang yang menyesal tidak ikut. Sampai sekarang, ada banyak orang yang mau membeli simulator, tapi sudah habis. Distributor juga kehabisan. Selama ini, orang jarang mencari, tapi sekarang malah banyak yang nyari." Sementara itu, soal software yang digunakan, Indra mengatakan, IMI menjadikan rFactor 2 sebagai standar. "Untuk keperluan dari IMI, platform yang kita pilih adalah rFactor 2, yang bisa memenuhi kriteria kami," ujarnya.

Tentu saja, usaha IMI dalam mengembangkan ekosistem sim racing di Indonseia tak berjalan mulus sepenuhnya. Bagi Indra, masalah nomor satu adalah keterbatasan alat. "Belum banyak yang memproduksi alat sim racing secara lokal," ujarnya. "Kalau harga itu beragam. Mulai dari yang murah sampai yang mahal, terserah, sesuai pilihan Anda." Masalah lainnya adalah kebanyakan orang yang tertarik dengan digital motorsport hanya tertarik untuk menjadi pembalap. Tidak heran, mengingat di dunia sim racing pun, pembalap tetap menjadi bintang utama. Sayangnya, itu berarti tidak banyak orang yang tertarik dengan posisi di belakang layar, hakim yang mengatasi dispute.

Di masa depan, Indra mengatakan, IMI berharap bahwa mereka akan bisa mengasah talenta muda untuk menjadi pembalap. "Jika ada driver yang potensial, punya prestasi yang bagus, kita bisa tawarkan untuk menjadi pembalap di luar negeri," ujarnya. Untuk merealisasikan hal ini, IMI kini tengah menggodok wacara pembentukan Digital Motorsport Academy. Dengan adanya akademi ini, diharapkan orang-orang yang bercita-cita sebagai pembalap akan memiliki jalan yang jelas dalam mencapai cita-cita mereka.

Kesimpulan

Di tengah pandemi, semua kegiatan olahraga terhenti. Ini menjadi waktu yang tepat bagi esports untuk menarik hati masyarakat mainstream. Sementara di dunia balapan, balapan virtual bisa menjadi alternatif tontontan bagi fans balap yang merasa kehilangan karena dibatalkannya berbagai kompetisi balap.

Untungnya, di Indonesia, sim racing sudah menjadi perhatian dari IMI, yang merupakan ASN (Aparatur Sipil Negara). Dengan masuknya IMI dalam pengembangan ekosistem sim racing, ini berarti, pemerintah telah ikut turun tangan. Harapannya, IMI dapat membuat ekosistem sim racing berkembang, membuka jalan bagi anak-anak yang ingin menjadi pembalap untuk meraih cita-citanya.

Sumber header: Steam