Hampir setahun berlalu semenjak Facebook berganti nama menjadi Meta dan memaparkan visi besarnya mengenai metaverse. Sejauh ini, belum banyak dari visi tersebut yang berhasil terwujud, sebab Mark Zuckerberg sendiri bilang bahwa proyek metaverse yang digagaskannya butuh waktu beberapa tahun agar bisa benar-benar rampung. Ditambah lagi, proses pengembangan proyek metaverse Facebook ini rupanya tidak berjalan secara mulus.
Kabar tersebut datang dari The Verge, yang belum lama ini mendapatkan sejumlah memo internal dari tim yang bertanggung jawab atas pengembangan Horizon Worlds, salah satu aplikasi metaverse andalan Meta. Dalam sebuah memo yang ditulis pada tanggal 15 September oleh Vice President of Metaverse di Meta, Vishal Shah, disebutkan bahwa ia terpaksa harus menetapkan status “quality lockdown” bagi timnya setidaknya sampai 2022 berakhir. Pasalnya, ada banyak problem yang perlu ditangani sebelum Horizon Worlds dapat dibuka aksesnya ke lebih banyak pengguna.
Secara teknis, Horizon Worlds merupakan sebuah aplikasi social VR yang dapat dijalankan melalui VR headset Meta Quest 2 (dulunya bernama Oculus Quest 2). Namun berbeda dari aplikasi-aplikasi social VR buatan Facebook sebelumnya (Facebook Spaces, Oculus Rooms), Horizon Worlds lebih berfokus pada user-generated content (UGC), dan di sini kalangan kreator pun dibebaskan untuk memonetisasi karya-karya virtualnya.
Horizon Worlds pertama dirilis pada Desember 2021 di Amerika Serikat dan Kanada. Tiga bulan setelahnya, Meta mengklaim jumlah pengguna Horizon Worlds sudah berhasil menembus angka 300.000 orang. Cukup lumayan, tapi tentu belum sebanding jika dibandingkan dengan jumlah pengguna Facebook ataupun Instagram.
Untuk menjadikan Horizon Worlds lebih aksesibel, Meta berencana merilis versi non-VR yang dapat diakses melalui perangkat mobile maupun desktop di tahun ini juga. Namun kalau melihat memo dari petinggi Meta tadi, ada kemungkinan rencana ini terpaksa harus diundur.
Dalam memo yang sama, Vishal menjelaskan bagaimana respon dari para pengguna, penguji, dan kreator cenderung negatif. Mereka mengeluhkan isu-isu seputar stabilitas maupun bug di Horizon Worlds, dan membenahi semua itu menurut Vishal harus menjadi prioritas utama tim saat ini.
Lebih lanjut, image platform metaverse buatan Meta di mata publik juga tidak bisa dibilang bagus. Tidak sedikit orang yang mencemooh Horizon Worlds, mengatakan bahwa kualitas visualnya kelewat simpel layaknya game lawas ketika Mark Zuckerberg memamerkan foto selfie-nya di Horizon Worlds pada bulan Agustus lalu. Mark sendiri mengakui bahwa tampilan visual Horizon Worlds saat ini memang masih sangat sederhana, dan ia pun menjanjikan bahwa Horizon Worlds bakal menerima update yang merombak kualitas visualnya secara drastis dalam waktu dekat.
Karyawan Meta enggan gunakan Horizon Worlds
Menyempurnakan proyek metaverse dengan skala sekelas buatan Facebook bukanlah pekerjaan mudah, apalagi jika tim pengembangnya sendiri ternyata ogah-ogahan menguji coba. Dalam memo internalnya, Vishal menjelaskan bahwa salah satu masalah terbesar yang menghambat pengembangan Horizon Worlds sejauh ini adalah kurangnya waktu yang dihabiskan timnya untuk menggunakan Horizon Worlds.
“Kenapa begitu? Kenapa kita tidak mencintai produk yang kita buat dan menggunakannya setiap saat? Fakta sederhananya, kalau kita tidak menyukainya, bagaimana kita bisa berharap pengguna menyukainya?” tulis Vishal, seperti dikutip dari The Verge.
Dalam sebuah memo lain yang dikirimkan ke tim pada tanggal 30 September, Vishal mengeluhkan bahwa para karyawan masih saja belum banyak menggunakan Horizon Worlds. Sebagai tindakan, ia pun berencana untuk memberi instruksi ke para manajer agar mewajibkan semua anggota timnya memakai Horizon Worlds setidaknya satu kali dalam seminggu.
“Semua orang di organisasi ini harus menjadikan jatuh cinta dengan Horizon Worlds sebagai misinya. Kalian tidak bisa melakukan itu tanpa menggunakannya. Masuklah ke sana. Atur waktu untuk melakukannya dengan kolega atau temanmu, baik di versi internal maupun publik sehingga kalian juga dapat berinteraksi dengan komunitas kita,” tulis Vishal.
Vishal juga menambahkan bahwa pengalaman onboarding atau orientasi yang disajikan Horizon Worlds saat ini cenderung masih membingungkan, dan ini juga harus diperbaiki kalau ingin memberikan kesan pertama yang baik di mata pengguna.
Karyawan Meta cenderung skeptis dengan visi metaverse perusahaannya
Agustus lalu, lewat sebuah diskusi di Twitter, pencipta Ethereum Vitalik Buterin menyampaikan keraguannya akan proyek metaverse yang sedang digarap Facebook. Namun ternyata yang skeptis dengan visi besar Meta bukan cuma dari pihak luar, melainkan juga beberapa karyawan Meta sendiri, seperti dilaporkan oleh The New York Times.
Dijelaskan bahwa ketika Mark Zuckerberg meminta supaya mulai tahun ini rapat internal diadakan di Horizon Workrooms — alternatif Horizon Worlds yang lebih dikhususkan untuk lingkup kerja — banyak karyawan yang kelabakan karena belum sempat menyiapkan VR headset atau malah tidak mempunyai VR headset sama sekali.
Kemudian di bulan Mei, dalam sebuah survei yang dilakukan bersama 1.000 karyawan Meta oleh jejaring sosial khusus profesional Blind, cuma 58% yang mengatakan mereka paham akan strategi metaverse perusahaannya. Beberapa karyawan Meta bahkan ada yang secara internal mempelesetkan proyek metaverse Meta sebagai proyek MMH, singkatan dari “Make Mark Happy”.
Bukan cuma di kalangan karyawan level bawah, di level petinggi pun juga ada yang mempertanyakan strategi metaverse Meta. Adalah John Carmack, mantan CTO Oculus yang rupanya cukup vokal mengkritisi strategi Meta. Menurut narasumber New York Times, John sebenarnya ingin Meta memikirkan soal metaverse dari sudut pandang pengalaman pengguna secara langsung. Dan ternyata ini kontras dengan pendekatan yang diambil Andrew Bosworth selaku CTO Meta sekaligus teman dekat Zuckerberg, yang justru lebih mengutamakan peluang bisnis jangka panjang.
Laporan New York Times juga menyebutkan bahwa antusiasme terhadap metaverse belakangan mulai tumbuh di kalangan karyawan, utamanya setelah mereka mendengar tentang wacana PHK yang sangat mungkin terjadi. Alhasil, dalam beberapa bulan terakhir, semakin banyak tim yang menggelar rapat via Horizon Workrooms.