Keinginan pemerintah Tiongkok untuk dapat mengatasi masalah adiksi video game pada anak-anak memang membawa pengorbanan besar. Salah satunya adalah pembatasan izin perilisan game baru di sana selama beberapa tahun ke belakang.
Tetapi siapa yang menyangka bahwa meskipun telah menekan perilisan game baru baik dari developer lokal maupun luar negeri, namun nyatanya pasar video game di Tiongkok tetap mampu tumbuh subur.
Bahkan dalam laporan terbaru dari Newzoo, disebutkan bahwa pasar video game di Tiongkok kini telah mencakup 24,8% dari total pendapatan dari industri video game global saat ini.
Hal ini berarti meskipun para gamer Tiongkok tidak mendapatkan game-game baru sebanyak gamer di wilayah lain. Tapi uang yang mereka habiskan untuk video game masih dapat mengungguli banyak negara lain.
https://twitter.com/NewzooHQ/status/1597531315783565312
Ditambah lagi dengan fakta bahwa tidak semua lapisan gamer di sana bisa bebas bermain. Artinya, dengan persentase demografis yang lebih sedikit, pilihan game yang lebih sedikit, namun jumlah pendapatan dari pasar ini masih hampir mencapai seperempat dari total pasar global.
Lebih gilanya lagi, sejak 2021 silam pemerintah Tiongkok ternyata telah menghentikan masuknya game baru asal luar Tiongkok. Yang berarti para gamer di Tiongkok telah melalui 500 hari di sana tanpa asupan game impor baru.
Ya, sudah hampir dua tahun para gamer di sana hanya dapat memainkan game buatan developer lokal, atau memilih untuk memainkan game-game luar lama yang masih ada di sana.
Di sisi lain, para developer lokal pun terus berusaha mencari celah agar game-nya lolos dan dapat segera dipasarkan. Salah satunya adalah penggunaan celah dalam regulasi pemerintah Tiongkok terkait syarat lisensi.
Dalam peraturannya, sebuah game mobile membutuhkan lisensi bila game tersebut adalah game berbayar dan memiliki fitur pembelian (microtransaction) di dalamnya. Dengan kata lain, membuat game yang menggunakan jalur monetisasi via iklan in-game bisa lolos.
Hal yang sama terjadi juga di platform PC, di mana Steam juga menjadi ‘Pasar Abu-Abu’ di sana. Hal ini disebabkan para pemain Tiongkok ternyata masih dapat mengakses game-game yang berada di Steam menggunakan VPN atau game accelerator.
Pada akhirnya, banyak pelaku industri video game di Tiongkok yang berharap bahwa klaim masalah adiksi game pada anak-anak yang sudah teratasi di sana bisa membawa dampak positif bagi mereka.
Harapannya adalah pemerintah Tiongkok nantinya akan membuka keran game baru lebih luas, atau bahkan menambahkan jam bermain bagi para gamer di bawah 18 tahun di sana.