22 December 2022

by Glenn Kaonang

5 Brand Lawas yang Berhasil Comeback dengan NFT

NFT menjadi medium baru yang dimanfaatkan sejumlah brand lawas untuk kembali relevan

Perkembangan teknologi Web3, khususnya NFT, telah berhasil membuka lahan bisnis baru bagi para artis dan musisi muda di berbagai penjuru dunia. Bahkan brand kenamaan seperti Nike dan Adidas pun juga tidak ingin melewatkan momentum dan ikut terjun ke ranah Web3 dengan inisiatifnya masing-masing.

Masing-masing brand menunjukkan pola pemikiran yang kurang lebih sama, yakni bagaimana tren baru ini bisa membantu mereka meningkatkan engagement lebih jauh lagi selagi memberikan makna baru pada relasi antara brand dan konsumen. Dengan memanfaatkan teknologi smart contract yang tersematkan pada NFT, brand-brand tersebut mampu menawarkan beragam utilitas ekstra yang mungkin tidak bisa dibeli dengan uang oleh para konsumen setianya.

Namun cerita yang lebih menarik lagi adalah bagaimana Web3 dan NFT juga dipakai untuk menghidupkan kembali brand yang sudah mulai kehilangan pengaruhnya, atau yang bahkan sudah benar-benar gulung tikar sejak lama. Berikut adalah 5 brand lawas yang berhasil comeback dengan NFT.

Daftar brand lawas yang bangkit kembali dengan NFT

LimeWire

Perjalanan industri musik telah melalui berbagai era yang krusial, mulai dari awal merebaknya teknologi radio, sampai akhirnya kita tiba di era streaming musik digital seperti sekarang. Namun sebelum Spotify menjadi nama yang selalu diasosiasikan dengan kegiatan mendengarkan musik, industri musik sempat melalui era yang kontroversial di awal tahun 2000-an dengan keberadaan platform peer-to-peer (P2P) file sharing.

Salah satu platform P2P yang paling populer kala itu adalah LimeWire, yang kabarnya sempat terinstal di lebih dari sepertiga total komputer yang ada di seluruh dunia pada puncak kepopulerannya di tahun 2007. Namun karena beroperasi di zona abu-abu yang selalu memicu perdebatan seputar pembajakan dan sejenisnya, kiprah LimeWire pun tidak bertahan lama, dan pada tahun 2010, LimeWire terpaksa harus tutup mengikuti keputusan di meja hijau.

Lompat ke Juli 2022, LimeWire membuat kejutan dengan mengumumkan langkah comeback-nya. Bukan lagi sebagai platform P2P atau malah rival Spotify, melainkan sebagai sebuah marketplace NFT, spesifiknya yang fokus mendistribusikan NFT musik.

Kalau Anda punya banyak kenangan dengan LimeWire, video promosinya di atas dijamin akan menumbuhkan kesan nostalgia yang mendalam.

Winamp

Masih seputar tren musik di awal tahun 2000-an, nama lain yang tidak asing di telinga para penikmat musik kala itu adalah Winamp. Pemutar musik yang satu ini ibarat aplikasi yang wajib diinstal seluruh pemilik komputer Windows kala itu, terutama bagi yang mempunyai koleksi file MP3 yang masif — baik yang diekstrak dari koleksi CD lagu pribadinya, atau yang didapat secara ilegal melalui platform seperti LimeWire tadi.

Secara teknis, Winamp sebenarnya tidak pernah mati. Brand ini hanya sempat berpindah kepemilikan di awal tahun 2014, dan popularitasnya memang sudah turun drastis sejak sebelum itu. Namun di tahun 2022 ini, Winamp mencoba melakukan rebranding dengan merilis versi baru yang fitur-fiturnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen modern.

Salah satu fitur anyar yang dimaksud adalah dukungan atas NFT musik, yang memungkinkan pengguna untuk memutar file audio maupun video yang tersematkan pada koleksi aset NFT-nya di blockchain Ethereum dan Polygon. Tidak berhenti sampai di situ saja, Winamp juga sempat menjual skin orisinalnya sebagai NFT, yang kemudian hasilnya disumbangkan untuk proyek amal sebagai bentuk dukungan terhadap kalangan musisi.

Atari

Contoh lain brand lawas yang mencoba mengembalikan relevansinya melalui NFT bisa dijumpai di ranah gaming, persisnya brand yang dahulu sempat memonopoli ranah ini, yaitu Atari. Jauh sebelum Nintendo dan Sega membuat gebrakan di pasar game console, Atari sudah lebih dulu mendominasi pasar Amerika Serikat di era 1970-an.

Kesuksesan Atari sebagai produsen konsol memang tidak bertahan lama. Bahkan upayanya untuk bangkit kembali di segmen tersebut pun juga jauh dari kata berhasil. Meski begitu, saya kira semua tetap setuju kalau Atari memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan industri gaming hardware secara keseluruhan.

Guna merayakan legasinya di ranah gaming selama ini, Atari merilis koleksi NFT "50 Years of Atari" pada bulan September 2022 dengan berkolaborasi bersama artis Butcher Billy. Koleksi tersebut berisikan 2.600 aset NFT berupa poster dari 15 IP orisinal Atari, dengan gaya visual khas poster zaman kejayaan konsol Atari.

Di luar NFT, Atari mengaku juga sedang aktif mengembangkan beberapa proyek Web3 bersama nama-nama yang familier seperti Nifty Labs maupun The Sandbox.

RadioShack

Paling tua dalam daftar ini, RadioShack adalah brand yang sempat disinonimkan dengan toko perangkat elektronik di Amerika Serikat selama puluhan tahun. Sayang, popularitas RadioShack terus menurun seiring berjalannya waktu dan semakin bertumbuhnya sektor e-commerce, dan pada tahun 2017, RadioShack akhirnya dinyatakan bangkrut.

Selang sekitar tiga tahun, sebuah perusahaan bernama Retail Ecommerce Ventures memutuskan untuk membeli dan menghidupkan kembali brand RadioShack sebagai peritel online. Kemudian di bulan Juni 2022, RadioShack generasi baru ini juga memutuskan untuk melebarkan sayapnya ke ranah Web3 dengan meluncurkan sebuah platform crypto exchange dan koleksi NFT.

Brand yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini menilai bahwa, dengan pengalaman dan nama besarnya selama ini, mereka adalah entitas yang paling tepat untuk membawa para konsumen "old school" ke ekosistem Web3.

Nickelodeon

Oke, Nickelodeon memang masih eksis dan relevan hingga sekarang — terutama berkat franchise SpongeBob Squarepants-nya — akan tetapi pengaruhnya bisa dibilang sudah tidak lagi sebesar di tahun 1990-an, tepatnya ketika mereka baru mulai menayangkan serial TV kartun yang mereka produksi sendiri. Nama-nama seperti Rugrats maupun Hey Arnold! pastinya sudah tidak asing lagi di telinga anak-anak yang besar di era 90-an.

Sebagai brand yang selalu diasosiasikan dengan generasi muda, Nickelodeon tentu tidak akan melewatkan kesempatan untuk ikut meramaikan tren Web3, terlebih jika itu bisa membantu mereka mengabadikan legasinya. Bekerja sama dengan startup Web3 RECUR, Nickelodeon resmi meluncurkan koleksi NFT perdananya pada bulan Juli 2022 lalu.

Rilisan pertama tersebut terdiri dari 10.000 pack, dan tanpa perlu terkejut, masing-masing menampilkan PFP NFT berdasarkan karakter-karakter dari franchise Rugrats dan Hey Arnold! Serial TV kartun lain Nickelodeon tentu tidak dilupakan begitu saja, seperti misalnya Invader Zim dan AAAHH!!!! Real Monsters yang menjadi tema untuk rilisan NFT kedua Nickelodeon.