Dark
Light

Tencent Masih Jadi Perusahaan Game Terbesar di 2021

4 mins read
July 5, 2022
Tencent masih jadi perusahaan game nomor satu di dunia. | Sumber: Flickr/Chris Yunker

Tahun lalu, nilai industri game mencapai US$192,7 miliar. Sebanyak US$126 miliar, sekitar 65% dari keseluruhan valuasi industri game, datang dari 10 perusahaan game terbesar. Satu hal yang harus diingat, semakin besar sebuah perusahaan, semakin sulit pula ia untuk tumbuh. Jadi, jangan heran jika pertumbuhan pemasukan dari 10 perusahaan game terbesar pada 2021 juga lebih kecil dari perusahaan game di peringkat 11-25 atau bahkan perusahaan dengan peringkat 26 ke atas. Di 2021, pertumbuhan pemasukan 10 perusahaan game terbesar di dunia hanya mencapai 10,2% dari tahun 2020.

Tencent Masih Nomor Satu

Di 2021, Tencent masih mempertahankan gelarnya sebagai perusahaan game terbesar di dunia. Secara total, pemasukan dari perusahaan Tiongkok itu mencapai US$32,2 miliar, naik 9,9% dari tahun sebelumnya. Menurut laporan Newzoo, sebagian besar pemasukan Tencent berasal dari game-game yang mereka rilis secara internasional. Dan tampaknya, Tencent menyadari tren ini. Buktinya, pada Q4 2021, mereka membuat divisi baru. Ialah Level Infinite, divisi publisher baru yang akan fokus pada game-game yang dirilis di negara-negara Barat.

Namun, hal itu bukan berarti Tencent tidak mendapatkan untung dari gamers Tiongkok. Di Tiongkok, salah satu game yang memberikan kontribusi besar pada pemasukan Tencent adalah Honor of Kings. Tak hanya itu, mobile MOBA tersebut juga merupakan salah satu game dengan jumlah pemain terbanyak di dunia. Selain itu, pemasukan dan tingkat engagement dari Clash Royale juga sempat melonjak berkat update konten.

Terakhir, League of Legends menuai untung berkat kesuksesan Arcane. Karena, seri animasi yang tayang di Netflix itu menggunakan lore dan karakter di League of Legends. Dan kesuksesan Arcane itu bisa mendorong perusahaan game lain untuk membawa game-game mereka ke media lain, seperti komik, animasi, atau bahkan seri TV dan film. Memang, saat ini pun, telah ada beberapa franchise game yang diadaptasi menjadi film atau seri TV, seperti Uncharted dan The Witcher.

Awal tahun 2022 dibuka dengan dua akuisisi terbesar di industri game, yaitu akuisisi Zynga oleh Take-Two dan akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft. Tentu saja, jika dua akusisi tersebut disetujui oleh regulator dan benar dilaksanakan, hal itu akan mempengaruhi industri game, khususnya 10 perusahaan game terbesar di dunia.

Jika Microsoft berhasil mendapatkan Activision dan Blizzard, mereka akan mengambil posisi Sony sebagai perusahaan game terbesar kedua. Sementara itu, setelah mengakuisisi Zynga, Take-Two akan menggeser Sea sebagai perusaahaan game terbesar ke-10.

Microsoft akan menggeser Sony jika berhasil mengakuisisi Activision Blizzard. | Sumber: Newzoo

Menariknya, meskipun Microsoft berhasil mencaplok Activision Blizzard, posisi Tencent sebagai raja di industri game masih tetap tidak tergoyahkan. Dan hal ini berarti, regulator tidak bisa mengklaim rencana Microsoft dan Take-Two untuk mengakuisisi Activision Blizzard dan Zynga sebagai usaha untuk memonopoli industri game. Karena, masih ada perusahaan game lain yang lebih besar.

Kondisi Perusahaan-Perusahaan Konsol

Setelah Tencent, perusahaan game terbesar kedua adalah Sony. Di 2021, pemasukan dari perusahaan Jepang itu hanya mencapai US$18,2 miliar, turun 2,3% dari tahun sebelumnya. Memang, Sony merupakan salah satu perusahaan game yang paling dirugikan oleh pandemi. Pasalnya, pandemi membuat Sony kesulitan untuk memenuhi permintaan konsumen akan PlayStation 5. Padahal, permintaan akan PlayStation 5 sangat tinggi. Masalah suplai inilah yang membuat angka penjualan PS5 saat ini masih kalah daripada pendahulunya, PlayStation 4.

Pada 2020, Sony juga berhasil membangun momentum berkat peluncuran PlayStation 5 dan sejumlah game eksklusif untuk PlayStation, seperti Spider-Man Miles Morales, The Last of Us: Part II dan Ghost of Tsushima. Selain itu, di tahun 2020, gamers juga cenderung rela untuk menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli game atau bahkan konsol baru karena banyak negara yang menetapkan lockdown. Sayangnya, Sony kesulitan untuk mempertahankan momentum itu di 2021. Alhasil, pemasukan mereka pun sedikit turun di 2021.

Selain Sony, perusahaan game lain yang kesulitan untuk menghadapi pandemi adalah Nintendo. Perusahaan pembuat Switch itu ada di peringkat 8, dengan pemasukan sebesar US$81 miliar di 2021. Angka ini hanya naik 1,9% dari tahun 2020. Masalah yang dialami oleh Nintendo serupa dengan Sony: mereka kesulitan untuk menjaga momentum yang mereka dapatkan di 2020. Nintendo mendapatkan momentum di 2020 berkat peluncuran Animal Crossing: New Horizons, yang memang sangat populer.

Daftar 10 perusahaan game terbesar di dunia di 2021. | Sumber: Newzoo

Sony dan Nintendo mengalami masalah akibat pandemi. Namun, Microsoft justru mendapatkan pertumbuhan pemasukan yang sehat. Di 2021, pemasukan Microsoft naik 9,6%, menjadi US$12,9 miliar, dari US$11,8 miliar pada 2020. Game Pass menjadi salah satu faktor di balik kesuksesan Microsoft ini. Selain itu, peluncuran Halo Infinite dan Forza Horizon 5 juga membuat semakin banyak orang tertarik untuk menggunakan Game Pass.

Microsoft juga mengungkap, sekarang, jumlah pelanggan dari Game Pass telah mencapai 25 juta orang. Data itu menjadi bukti lain dari kesuksesan layanan langganan game dari Microsoft tersebut. Melihat kesuksesan Microsoft dengan Game Pass, tidak heran jika Sony dan Nintendo juga ikut-ikutan untuk memperbaiki layanan langganan game mereka. Pada Maret 2022, Sony  bahkan memperkenalkan layanan PlayStation Plus baru.

Industri Mobile Game

Pada 2021, Apple dan Google merupakan perusahaan game terbesar ketiga dan keempat di dunia. Pemasukan Apple pada tahun lalu mencapai US$15,3 miliar, naik 17,7% dari tahun 2020, yang hanya mencapai US$13 miliar. Sementara pemasukan Google naik 20,8%, dari US$9,1 miliar pada 2020 menjadi US$11 miliar di 2021. Salah satu alasan mengapa pemasukan Apple dan Google dari game naik adalah karena industri mobile game memang tumbuh 12,5% pada 2021. Dan Apple serta Google mengambil potongan sebesar 30% dari total spending di game yang dirilis di toko aplikasi mereka.

Perusahaan game lain yang diuntungkan oleh pertumbuhan industri mobile game adalah Sea Limited, perusahaan Singapura yang dulunya dikenal dengan nama Garena. Pada 2021, pemasukan Sea mencapai US$4,3 miliar, naik 114,3% dari pemasukan pada 2020, yang hanya mencapai US$2 miliar.

Free Fire, game battle royale dari Sea.

Pemasukan Sea bisa tumbuh hingga lebih dari 100% berkat Free Fire, mobile game ber-genre battle royale yang mereka buat. Sekarang, Free Fire merupakan salah satu mobile game shooter paling populer di dunia. Mobile game itu khususnya populer di kawasan Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India.

Sayangnya, Sea harus siap menghadapi masalah baru, yaitu diblokirnya Free Fire di India. Free Fire bukan satu-satunya game dan aplikasi yang diblokir di India. Selain game battle royale itu, ada puluhan aplikasi dan game buatan Tiongkok lain yang pemerintah India blokir. Alasan dari pemblokiran itu adalah memanasnya hubungan geopolitik antara India dan Tiongkok. Walau bermarkas di Singapura, Sea terkena dampak dari pemblokiran itu karena 18,7% saham mereka dipegang oleh Tencent, yang merupakan perusahaan Tiongkok.

Pemblokiran Free Fire di India akan membatasi pertumbuhan dari mobile game tersebut. Karena, India menyumbangkan 20% dari total downloads untuk Free Fire . Tak hanya itu, sebanyak 25% pemain aktif harian Free Fire berasal dari India. Karena pemblokiran tersebut, market cap dari Sea turun sebanyak 16,6%. Dalam laporan terbarunya, Sea juga menurunkan perkiraan pemasukan mereka, menjadi US$2,9-3,1 miliar, jauh lebih rendah dari pemasukan mereka pada 2021.

Ke depan, tampaknya, hubungan geopolitik antara dua negara atau lebih akan mempengaruhi lanskap dari industri game. Hal lain yang akan mempengaruhi industri game adalah regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah di sebuah negara. Sebagai contoh, dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah Tiongkok memperketat regulasi terkait industri hiburan, termasuk industri game dan streaming.

Sumber header: Flickr/Chris Yunker

Previous Story

12 Tim yang Siap Bertanding di VCT Masters Copenhagen 2022

Xiaomi 12S Ultra 7
Next Story

Xiaomi 12S Ultra Resmi Diungkap, Bawa Sensor Kamera 1 Inci Dengan Lensa Leica

Latest from Blog

Don't Miss

Microsoft 365 Kenalkan Fitur Agen Otonom Terbaru

Di tengah pengembangan fitur AI di berbagai lini, Microsoft secara

TECNO Gelar Turnamen Esport Pertama untuk MLBB dan Free Fire

Selain berfokus menghadirkan produk-produk menarik mulai smartphone hingga laptop, TECNO