Sejak 1997, mobile game telah populer berkat keberadaan game-game kasual, seperti Snake di ponsel Nokia. Perlahan tapi pasti, teknologi yang diusung perangkat mobile menjadi semakin canggih, memungkinkan developer untuk membuat mobile game yang semakin kompleks. Pada 2002, X-Forge 3D dirilis. Dengan game engine tersebut, developer bisa membuat mobile game dengan grafik 3D. Dan sejak saat itu, mobile game terus berkembang, tidak hanya dari segi grafik, tapi juga gameplay.
Kontribusi Mobile Game yang Semakin Besar ke Industri Game Global
Tahun lalu, hampir setengah dari total pemasukan industri game berasal dari mobile game. Tahun ini, mobile game memberikan kontribusi sebesar US$90,7 miliar — atau sekitar 52% — dari total pemasukan industri game, yang diperkirakan bakal mencapai US$175,8 miliar. Hal ini menunjukkan, kontribusi mobile game pada pemasukan industri game terus naik. Selain itu, jika dibandingkan dengan industri game konsol dan PC, industri mobile game juga memiliki tingkat pertumbuhan paling cepat. Dalam periode 2018-2021, tingkat rata-rata pertumbuhan (CAGR) dari industri mobile game mencapai 13,1%. Sementara CAGR dari industri game secara umum hanyalah 8,1%.
Mobile game tidak hanya unggul dari segi pemasukan, tapi juga dari jumlah pemain. Tahun ini, Newzoo menyebutkan, jumlah gamers di dunia mencapai 3,22 miliar orang. Sebanyak 2,8 miliar orang, atau sekitar 94%, bermain game di mobile. Sementara itu, jumlah gamer PC mencapai 1,4 miliar orang dan konsol 900 juta orang.
Jika melihat pembagian industri game berdasarkan region, Asia Pasifik masih menjadi kontributor utama. Kawasan Asia Pasifik menyumbangkan 50% dari total pemasukan game atau sekitar US$88,2 miliar. Sementara itu, Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan industri game terbesar. Sekitar 48% pemasukan dari industri game berasal dari dua negara tersebut. Industri game di Tiongkok bernilai US$45,6 miliar dan di AS US$39,1 miliar.
Tren Mobile Game
Seiring dengan bertambahnya jumlah mobile gamers, maka semakin banyak pula developer yang tertarik untuk membuat mobile game. Developer-developer besar yang sebelumnya tak pernah melirik mobile game pun mulai tertarik untuk membuat mobile game. Salah satu contohnya adalah Riot Games. Selama 10 tahun, mereka fokus pada League of Legends, game PC mereka. Mereka bahkan sempat berselisih dengan Tencent karena mereka tidak ingin meluncurkan League of Legends di mobile. Namun, pada 2020, mereka akhirnya meluncurkan League of Legends: Wild Rift untuk mobile.
Tak hanya itu, Blizzard Entertainment dan Nintendo pun akhirnya memutuskan untuk membuat mobile game. Electronic Arts juga telah mengakuisisi Glu Mobile, menunjukkan ketertarikan mereka untuk membuat mobile game sendiri. Dikabarkan, EA akan merilis versi mobile dari Apex Legends pada tahun depan. Selain Apex Legends, beberapa franchise game populer, seperti Devil May Cry dan Final Fantasy, juga punya game yang dirilis untuk mobile. Hal ini terjadi karena mobile game kini sudah bisa mengakomodasi genre-genre favorit para core gamers, seperti MOBA, racing, shooter, battle royale, dan strategy.
Berkat entry barrier yang rendah, mobile game juga sangat populer di negara-negara berkembang, termasuk di Tiongkok dan India. Jadi, developer yang ingin menargetkan gamers di negara-negara tersebut bisa mencoba untuk membuat mobile game. Para mobile gamers di negara berkembang, seperti Tiongkok, India, dan Arab Saudi, biasanya menyukai mobile game yang kompleks dan kompetitif. Faktanya, di Tiongkok, genre favorit para mobile gamers adalah MOBA, diikuti oleh puzzle, shooter, dan battle royale. Sementara di India, empat genre favorit bagi para mobile gamers adalah racing, puzzle, sports, dan shooter. Di Arab Saudi, empat genre favorit adalah puzzle, sports, racing, dan adventure.
Sebagai perbandingan, genre favorit para mobile gamers di AS adalah puzzle, match, traditional card games, dan arcade. Mobile gamers di Inggris juga punya selera yang sama dengan mobile gamers di AS. Hanya saja, arcade menjadi genre favorit ketiga, dan traditional card games di posisi keempat. Di AS, genre mobile game kompetitif yang populer adalah strategy. Karena itu, game-game seperti Clash of Clans dan Clash Royale dari Supercell cukup populer di kalangan mobile gamers AS. Selain itu, game 4X strategy dari developer Tiongkok juga cukup sukses. Buktinya, game-game itu berhasil masuk dalam daftar mobile game terpopuler di AS.
Dalam laporannya, Newzoo mengategorikan mobile gamers ke dalam tujuh kelompok: Ultimate Gamer, All-Round Enthusiast, Subscriber, Conventional Player, Hardware Enthusiast, Popcorn Gamer, dan Time Filler. Di dunia, dua kelompok mobile gamers yang mendominasi adalah Time Filler (24%) dan Subscriber (23%). Time Filler adalah mobile gamers yang hanya bermain game untuk mengisi waktu luang atau di sela-sela kegiatan sosial. Sementara Subscriber adalah gamers yang senang untuk bermain game berkualitas tinggi, khususnya game free-to-play. Mereka hanya akan membeli hardware yang lebih mumpuni jika memang diperlukan.
Di Tiongkok, sebagian besar mobile gamers merupakan Ultimate Gamers, yaitu para gamers yang rela untuk menghabiskan waktu dan uang mereka demi bermain game. Di Arab Saudi, AS, dan India, kelompok Subscriber mendominasi. Sementara di Inggris, kebanyakan mobile gamers masuk dalam kategori Time Fillers.
Bagaimana Industri Mobile Game Tiongkok Bisa Berkembang?
Saat ini, Tiongkok menjadi negara dengan jumlah core mobile gamers terbanyak. Salah satu alasannya adalah karena hingga 2010, para gamers di Tiongkok hanya bisa bermain game di PC. Memang, pemerintah Tiongkok melarang penjualan konsol sampai 2015. Alhasil, PC menjadi platform utama para gamers. Di kalangan gamers PC Tiongkok, game-game yang populer adalah game kompetitif seperti Counter-Strike atau MMORPG seperti World of Warcraft dan Fantasy Westward.
Gamers Tiongkok mulai mengenal mobile game pada 2010 berkat Angry Birds dan Fruit Ninja. Sementara itu, sejak 2011, perusahaan smartphone lokal, seperti Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Huawei, mulai menyasar pengguna smartphone kelas bawah dan menengah. Dan perlahan tapi pasti, mereka mulai menguasai pasar smartphone di Tiongkok. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa industri mobile game di Tiongkok bisa tumbuh pesat. Tak berhenti sampai di situ, pada 2012, Shenxiandao Mobile diluncurkan. Peluncuran game tersebut menginspirasi developer game untuk membuat mobile game dari game-game browser yang sudah populer. Sementara pada 2013, Locojoy merilis I AM MT, mobile game yang berhasil mengintegrasi mekanisme game PC ke mobile.
Kemampuan mobile game untuk mengadaptasi mekanisme game PC semakin terlihat pada 2015, dengan diluncurkannya Honor of Kings. Sejak saat itu, semakin banyak game PC yang dirilis untuk mobile, seperti Fantasy Westward Journey dan CrossFire Mobile. Sampai saat ini, kedua mobile game itu masih masuk dalam daftar mobile game dengan pemasukan terbesar di Tiongkok. Sejak saat itu, tren di game PC pun mulai diadaptasi ke mobile. Pada 2017, NetEase meluncurkan game battle royale berjudul Knives Out. Memang, ketika itu, genre battle royale tengah populer berkat PUBG. Satu tahun kemudian, pada 2018, Tencent merilis PUBG Mobile. Nantinya, game tersebut dirilis ulang dengan nama Peacekeeper Elite.
Popularitas mobile game di Tiongkok mendorong munculnya mobile esports. Pada 2019, turnamen mobile esports tingkat global pertama digelar di Tiongkok. Saat itu, ada dua game yang diadu, yaitu QQ Speed dan Honor of Kings. Pada 2020, developer Tiongkok mulai meluncurkan game di multiplatform. Salah satunya adalah miHoYo dengan Genshin Impact. Tren ini tampaknya akan masih berlanjut pada 2021 dengan peluncuran Revelation Mobile.