IGDX Roadshow di Yogyakarta Bahas Tentang Cara Masukkan Elemen Lokal di Game

Mojiken dan Toge menjelaskan, jika developer mengincar pasar global, maka mereka harus mengangkat tema yang umum

Setiap tahun, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Asosiasi Game Indonesia mengadakan Indonesia Game Developer Exchange (IGDX). Acara IGDX diharapkan bisa menjadi ajang bagi developer game untuk bertemu dengan berbagai pihak pendukung penting, mulai dari publisher, venture capital, sampai pejabat pemerintah.

IGDX hadir dengan berbagai program. Selain Academy, IGDX juga menggelar roadshow di berbagai kota. Pada 24 Juni 2023, IGDX 2023 Roadshow hadir di Yogyakarta. Ada dua pembicara dalam acara tersebut, yaitu Dimas Noval Delfiano, Director of Game, Mojiken Studio, dan Sarah Johana, Head of Marketing, Toge Productions. Sementara Frida Dwi Iswantoro, Co-founder Noobzilla, menjadi moderator diskusi.

Mojiken merupakan developer dari A Space for the Unbound, yang memenangkan Japan Future Awards. Sementara Toge menjadi publisher dari game tersebut. Saat ini, game dengan grafik pixel itu masih memiliki status "Overwhelmingly Positive" di Steam, yang berarti, sekitar 95-99% dari keseluruhan review bersifat positif.

Review untuk A Space for the Unbound di Steam. | Sumber: Steam

A Space for the Unbound memang populer secara global. Tapi, Indonesia masih memberikan kontribusi paling besar pada total penjualan dari A Space for the Unbound. Sarah mengatakan, hal ini menjadi bukti bahwa gamers Indonesia sebenarnya punya daya beli. Dan para gamers juga sudah mulai tahu tentang bagaimana cara membeli game secara legal.

"Dulu, kita punya miskonsepsi bahwa kita tidak akan bisa menjual game ke pasar lokal," kata Sarah. Dia menceritakan, Mojiken pernah membuat game yang dilengkapi dengan Bahasa Jawa. Namun, game itu ternyata tidak laku di kalangan gamers lokal. "Kami salah karena kami mengira kami tidak bisa jual game di Indonesia. Ternyata, pasar game di Indonesia sudah jauh berkembang." Dia percaya, pandemi COVID-19 -- yang mengharuskan banyak orang untuk bekerja dari rumah -- punya peran dalam mengembangkan pasar game di Indonesia.

Untuk pembuatan A Space for the Unbound, Dimas -- yang akrab dengan panggilan Samid -- mengatakan bahwa sejak awal, Mojiken tidak menargetkan pasar Indonesia untuk game tersebut. "Kami tahu, tingkat pembajakan di Indonesia tinggi. Ketika itu, kami juga sedih. Dan gamers Indonesia juga awam tentang cara beli game legal gimana. Bagi gamers Indonesia, harga game juga terbilang mahal, walau adanya harga lokal dari Steam membantu," katanya.

Meskipun Mojiken menargetkan audiens global dengan A Space for the Unbound, Samid mengungkap, dia ingin agar game itu tetap memiliki elemen lokal khas Indonesia. Pada saat yang sama, dia harus memastikan, tema yang diangkat dalam game cukup umum sehingga tema itu diterima oleh banyak gamers, tidak peduli negara asal mereka. Alhasil, tema yang Mojiken angkat dalam A Space for the Unbound adalah rasa kesepian dan kiamat; dua hal yang bisa dimengerti oleh banyak orang.

Samid menjelaskan, memasukkan unsur lokal ke game tidak bisa sembarangan. Dia menjadikan wayang atau batik sebagai contoh. Memang, baik wayang maupun batik identik dengan Indonesia. Namun, gamers global tidak memiliki ikatan emosional dengan dua hal tersebut. Sehingga, menjual game dengan tema batik atau wayang di tingkat internasional akan sangat sulit.

Tema yang diangkat dalam A Space for the Unbound memang umum. Namun, game itu tetap memiliki detail yang sangat khas Indonesia. Salah satu contohnya, adanya acara perwakinan yang menutup jalan. Sarah bercerita, ketika bagian tersebut diunggah ke media sosial, post itu menjadi viral. "Karena relatable untuk banyak orang," ujarnya.