22 August 2022

by Galih

Riset Terbaru Menunjukkan Lebih Dari Separuh Gamer Pernah Marah-Marah Karena Bermain Game

Konten kekerasan di dalam game ternyata bukan penyebab utama kemarahan para gamer.

Marah memang menjadi salah satu ekspresi dasar yang bisa dialami oleh para gamer. Terutama bagi mereka yang menyukai game dengan unsur kompetitif ataupun yang memiliki tingkat kesulitan tinggi.

Rasa frustasi saat kalah ataupun gagal dalam misi yang diberikan memang dapat membuat para gamer kesal dan berujung pada marah. Namun yang mengejutkan bahwa dari riset terbaru ditunjukkan bahwa lebih dari separuh gamer mengalami "Kemarahan ekstrim yang tidak terkontrol".

Melalui riset yang dilakukan oleh oleh Ben Treanor dari time2play kepada 1.046 gamer. Rata-rata responden dari riset ini berumur 28,6 tahun, dengan waktu bermain rata-ratamencapai 14,9 jam per minggu atau sekitar 2 jam per harinya.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebesar 56,4% gamer setidaknya mengalami kemarahan ekstrim setidaknya satu kali per minggunya. Dari semua para gamer yang sering mengalami marah ekstrim tersebut mayoritas menggunakan Xbox.

Image Credit: Time2play

Selanjutnya, game yang paling banyak membuat para gamer ini marah ternyata adalah Call of Duty. Penelitian ini tidak menunjuk salah satu seri spesifik, karena data tersebut merujuk pada mode multiplayer kompetitif yang selalu dimiliki oleh Call of Duty.

Yang mengejutkan, di posisi kedua game yang paling banyak membuat para gamer ini kesal adalah Mario Kart. Diikuti dengan Minecraft, League of Legends, Super Smash Bros, dan juga Grand Theft Auto.

Efek dari kemarahan ekstrim para gamer ini juga menunjukkan perilaku yang agresif. Dengan 18,4% responden mengatakan bahwa mereka akan merusak sesuatu saat marah. Bahkan, 25,5% responden mengatakan bahwa mereka meluapkan amarahnya karena video game ke orang yang dicintai.

Image Credit: Activision

Penyebab paling banyak yang membuat para gamer ini marah ternyata bukan datang dari mode kompetitif, melainkan karena harus berulang kali gagal di level yang sama. Baru di posisi kedua, keberadaan para pemain 'curang' di mode online menjadi penyebab para gamer ini marah.

Survei ini juga pada akhirnya membuktikan bahwa perilaku agresif yang dimiliki oleh sebagian besar gamer ini cenderung terkait pada aspek kompetitif dalam game, ketimbang aspek kekerasan yang ada di dalam game-nya sendiri.

Mengingat Call of Duty dan Mario Kart yang memang cenderung lebih kompetitif berada di posisi atas. Dibandingkan Grand Theft Auto yang selama ini selalu dipojokkan karena berbagai aspek kekerasan dalam game-nya yang nyatanya berada di posisi 6.