Dark
Light

Selayang Pandang Dota 2 Indonesia di 2020 dari Para Shoutcaster

6 mins read
December 30, 2020

Di tengah dominasi esports mobile di Indonesia, Dota 2 yang menjadi game PC yang cukup lama menghiasi perjalanan esports Indonesia masih sukses bertahan di 2020. Walau banyak perubahan seperti berkurangnya tim Dota yang tersisa maupun kehadiran turnamen yang semakin minim di Indonesia, game besutan Valve ini masih terbukti eksis hingga saat ini berkat dukungan dari komunitas maupun dari pegiat dari komunitas.

Bagaimana DOTA 2 Indonesia di tahun 2020? Apa sajakah perubahan yang terjadi di tahun sebelumnya dan bagaimana prediksi di tahun 2021? Kali ini saya berbincang-bincang secara langsung dengan caster Dota 2 di Indonesia yakni Yudi “Justincase” Anggi, Dimas “Dejet” Surya Rizki, dan Gideon “ANONIM” Arief yang memberikan opini mereka seputar kaleidoskop Dota 2 Indonesia di 2020.

BOOM Esports menjadi tim Dota 2 Indonesia yang semakin sukses di 2020 dengan prestasi mereka seperti meraih 4 besar di turnamen Minor Dota 2 hingga tampil stabil di turnamen regional.

Bagaimana pendapat kalian akan performa BOOM di 2020 dan apakah BOOM masih mempertahankan performa mereka di 2021 setelah ditinggal pemain penting mereka, Randy “Dreamocel” Sapoetra?

Sumber: StarLadder Fanpage
Sumber: StarLadder Fanpage

Justincase: “Melihat performa BOOM Esports di 2020, gua optimis seandainya di 2020 ada The International 90% mereka pasti bakal lolos. Namun sayangnya Valve memutuskan untuk meniadakannya tahun ini. Alasannya mereka bisa mengalahkan tim-tim ternama SEA saat ini seperti FNATIC dan MG Trust meskipun mereka sempat secara mengejutkan dikalahkan oleh MG Trust di grand final yang seharusnya mereka bisa meraih gelar juara.

Secara pribadi gua terkejut Dreamocel meninggalkan BOOM dan bisa menjadi petaka bagi tim. Gua berharap yang terbaik untuk karir Dreamocel ke depannya dan yang gua takutkan apakah pengganti Dreamocel bisa membawa BOOM ke The International tahun depan. Namun tetap berharap terbaik bagi mereka di 2021.”

ANONIM: “Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, BOOM secara kualitas lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya meski sayangnya belum berhasil meraih gelar juara regional seusai ESL SEA Championship. Bicara mengenai keluarnya Dreamocel, BOOM memang butuh suasana yang baru yang menurut gua menjadi alasan mereka melakukan keputusan tersebut. Siapapun penggantinya, BOOM bakal tampil lebih baik di tahun 2021.”

Dejet: “Di 2020, BOOM tetap jadi tim yang masih mempertahankan core organization mereka yakni PC. Divisi Dota 2 secara keseluruhan tampil konsisten dengan berhasil mencapai 3 besar di turnamen SEA. Mengenai keluarnya Dreamocel, secara pribadi optimis mereka akan tetap menjadi BOOM Esports walau mereka mengganti pemain atau lineup mereka. Tidak ada salahnya untuk menunggu kiprah dari pemain baru ini di BOOM.”

Sumber: Fanpage Army Geniuses
Sumber: Fanpage Army Geniuses

Selain BOOM Esports, sejatinya ada berbagai tim Dota 2 Indonesia lain yang masih eksis hingga saat ini seperti contohnya Army Geniuses, NGID M11, The Prime Esports yang kembali menghadirkan divisi Dota 2 mereka di 2020. Bagaimana pendapatnya akan penampilan ketiga tim yang disebutkan di tahun ini?

Justincase: “Berbicara mengenai ketiga tim ini, Army Geniuses menjadi tim yang paling pesat perkembangannya di 2020. Berbeda dengan The Prime dan NGID yang ada dihuni pemain veteran Dota 2 Indonesia seperti Rusman dan Varizh di The Prime atau KelThuzard dan Travins yang berada di NGID. Army Geniuses berisikan gabungan dari PG Orca dan Godlike, tim akademi dari PG Barracx.

Mereka bahkan sempat mengalahkan Sparking Arrow Gaming yang merupakan tim DOTA 2 ternama di Tiongkok saat ini. Mereka juga memiliki pemain berbakat seperti Tri “MamangDaya” Pamungkas yang memiliki kemampuan mekanik yang bagus saat bersama PG Orca. Tinggal bagaimana racikan pelatih AG, Farand “Koala” Kowara bisa memaksimalkan performanya dan juga pemain lain untuk tahun mendatang.”

ANONIM: “Selain BOOM Esports, pemain Dota 2 Indonesia saat ini mayoritas bermain di 3 tim tersebut dengan alasan passion. Contohnya Rusman yang sempat bermain Mobile Legends di Rex Regum Qeon namun akhirnya memutuskan kembali ke Dota karena alasan tersebut. Meski begitu, ketiga tim ini masih harus berjuang keras untuk setidaknya bisa menembus turnamen Dota 2 SEA.”

Dejet: “Kalau melihat apa yang mereka lakukan di 2020, menurut gua, target The Prime dan NGID adalah membuktikan diri di Indonesia. Namun untuk Army Geniuses bisa menjadi tim dengan potensi besar dengan kehadiran roster yang masih muda banget dan sudah diberikan fasilitas untuk bisa berkembang. Tinggal bagaimana caranya mereka bisa memadukan chemistry mereka dan menunjukkan kemampuannya lebih dari apa yang mereka lakukan saat ini.”

Via: One Esports
Via: One Esports

Di 2020 kita bisa melihat semakin banyak pemain Dota 2 Indonesia yang memutuskan untuk berpindah ke tim luar negeri. Bagaimana pendapatnya akan performa para pemain terutama ketika bermain di tim luar?

Justincase: “Menurut gua realistis bagi para pemain yang masih cinta dengan Dota 2 untuk memutuskan bermain di tim luar mengingat tim esports ternama di Indonesia seperti EVOS dan RRQ memilih melepas divisi Dota 2 mereka. Di antara pemain tersebut menurut gua Xepher dan Whitemon yang berkembang paling pesat.

Walau ada kendala bahasa di awal, mereka bisa mengatasi hal tersebut. Namun selain pemain tersebut, pemain lain seperti InYourdream, Drew, Jhocam, bahkan Ramz yang sempat ke MS Chonburi menunjukkan performa baik saat bermain di tim luar Indonesia.”

ANONIM: “Kalau tahun sebelumnya mungkin hanya 1 atau 2 pemain Indonesia yang memutuskan terjun di tim luar dan viewer sudah heboh, kali ini lebih banyak yang beralih ke tim luar karena lebih berani untuk mengambil kesempatan. Secara organisasi, mereka lebih menjanjikan dan terjamin dibandingkan di Indonesia. Untungnya bahasa Dota masih gampang untuk dikomunikasikan sehingga mudah bagi pemain untuk beradaptasi.”

Dejet: “Berbicara mengenai performa tim, ada pemain yang meraih hasil yang sangat bagus seperti Xepher dan Whitemon yang bermain bersama di Geek Fam hingga akhirnya direkrut T1. Namun beberapa pemain Indonesia yang bermain di tim luar mengalami performa yang naik turun. Mungkin alasan performa mereka belum maksimal karena belum menemukan cara mainnya atau rekan tim yang tepat. Meski begitu, berkat pengalaman mereka bermain di tim luar, mereka lebih mudah mendapatkan kesempatan baru dibanding yang belum pernah.”

Via: ONE Esports
Via: ONE Esports

Berbicara mengenai turnamen Dota 2 yang diadakan di Indonesia di 2020, tidak banyak turnamen yang berlangsung (hanya ada 2 turnamen offline yang berjalan yakni Predator League 2020 Indonesia dan ONE Esports DOTA 2 Invitational Jakarta). Namun komunitas Dota mendapat kejutan dengan kehadiran turnamen amatir yang diadakan oleh inYourdreaM yakni Dream with Inyourdream. Bagaimana pendapat kalian mengenai turnamen DOTA 2 di Indonesia di 2020?

P.S: Dejet menjadi organizer saat turnamen amatir dari IYD

Justincase: “Walau di 2020, jarang ada turnamen besar Dota 2 namun kehadiran turnamen dari IYD yang tidak pernah diketahui ditambah hadiah yang sangat besar mendapat respons positif dari komunitas. Ketika DPC yang akan kembali berjalan di awal 2021 pasti perkembangannya bakal lebih gila lagi dibanding sekarang.”

ANONIM: “Kehadiran turnamen amatir tentu sangat bagus bagi perkembangan dan regenerasi di Indonesia. Namun untuk bisa memastikan terjadinya perkembangan harus diadakan turnamen yang berlangsung secara konsisten sehingga akhirnya bisa menjadi acuan bagi tim-tim besar untuk mengambil talenta baru ini. Untungnya DPC akan dimulai dan juga menghadirkan divisi 2 yang diadakan secara regional. Kehadiran liga ini bisa menjadi cara lain untuk pencarian bibit baru untuk Dota 2 di Indonesia.”


Dejet: “Bicara mengenai kehadiran turnamen DOTA 2 dari IYD bermula dari Kiky (panggilan akrab IYD) berbicara kepada gua akan keinginannya untuk membantu Dota 2 Indonesia. Turnamen ini benar-benar ditujukan untuk amatir. Jadi untuk kategori pemain pro (individu yang pernah mendapatkan kontrak kerja dari pro team) maupun mantan pemain profesional (individu yang pernah mendapatkan fasilitas pro player dan pernah bermain di tim profesional), tidak bisa mengikuti turnamen ini.

Demi memastikan benar-benar untuk amatir, gua juga sudah memegang data dari pemain pro maupun mantan pemain pro. Walau begitu sepanjang turnamen masih ada yang ketahuan mengikuti turnamen dari mantan pemain pro sehingga gua memutuskan untuk mendiskualifikasi secara langsung tim di turnamen.

Total 875 tim yang terdaftar dan semuanya berasal dari Indonesia meski hanya terbuka untuk 256 slot. Dari Kiky merasa puas karena melebihi ekspektasi dia. Kalau dari gua menjadikan turnamen ini sebagai pelajaran karena masih banyak kekurangan. Dari rating 1-10, gua bisa bilang kepuasan gua di angka 8. Untuk tahun 2021, gua sudah ada investor yang membantu membiayai turnamen yang saya buat. Rencananya bakal ada 7 kali turnamen amatir dan 1 kali turnamen dengan 3 tim profesional yang bakal ikut bertanding.”

Sumber: The Prime
Sumber: The Prime

2020 menjadi momen munculnya berbagai content creator baru terutama dari pemain yang masih aktif di Dota 2 yang juga aktif sebagai streamer seperti IYD, Rusman, dan Varizh. Bagaimana pendapatnya akan fenomena baru ini?

Justincase: “Menurut gua kehadiran Saweria sangat membantu dan menjadi alasan dari menjamurnya content creator DOTA 2 di Indonesia saat ini. Bahkan gua bisa bilang caster dari WXC bisa meraih pendapatan puluhan juta setiap bulannya dari Saweria. Selain kehadiran streamer baik dari pemain yang masih aktif maupun sudah menjadi mantan, variasi caster yang memandu pertandingan DOTA 2 juga lebih beragam dan secara khusus saya juga memberi apresiasi ke Dejet akan kehadiran podcast yang membahas Dota 2 Indonesia.”

ANONIM: “Berkembangnya content creator Dota 2 menjadi solusi dari berkurangnya turnamen di Indonesia. Donasi dari komunitas terutama dari Saweria menjadi sumber penghasilan terutama bagi para pemain yang masih eksis untuk bertahan. Komunitas Dota 2 di Indonesia terbilang loyal dalam memberikan dukungan terhadap Dota 2 termasuk untuk content creator-nya.”

Dejet: “Alasan mengapa tiba-tiba ramai ya wajar karena mereka harus melakukan sesuatu untuk bertahan hidup. Hasilnya sangat bagus karena komunitas bisa lebih dekat menyapa para pemain ataupun yang tidak lagi aktif. Hal ini membuktikan bahwa Dota 2 di Indonesia tidak pernah mati.Kalau bicara kenapa bikin podcast mengenai Dota 2 Indonesia karena berawal dari iseng. Jujur kaget bahwa ada yang memperhatikan dan bahkan menjadi bahan untuk teman-teman media.”

Previous Story

OPPO Reno4, Pilihan Smartphone Under 5 Juta Rupiah

Next Story

D2C “Group Retail” Company Hypefast Pours Investment to Bonnels

Latest from Blog

Don't Miss

Review Poco X6 5G Hybrid

Review Poco X6 5G, Performa Ekstrem dan Sudah Dapat Pembaruan HyperOS

Poco X6 membawa layar AMOLED 120Hz dengan Dolby Vision lalu

Review Realme 12 Pro+ 5G, Smartphone Mainstream dengan Zoom Periscope Paling Terjangkau

Realme 12 Pro+ 5G merupakan smartphone paling baru dari realme di