11 April 2022

by Glenn Kaonang

10 Game Mirip Halo yang Wajib Dimainkan Para Pencinta FPS

Seperti Halo, 10 game FPS ini juga menawarkan single-player campaign yang apik, multiplayer yang adiktif, serta sensasi menembak yang memuaskan

Di antara deretan game first-person shooter (FPS), salah satu nama yang paling dikenal adalah Halo. Game ini memang bukan FPS yang pertama, akan tetapi ia adalah game yang bertanggung jawab atas kesuksesan konsol Xbox dari generasi ke generasi, dan selama beberapa tahun terakhir ia pun sudah membangun reputasinya di kalangan gamer PC.

Lucunya, Halo pada awalnya dirancang sebagai game strategi, namun akhirnya diubah demi menyuguhkan pengalaman bermain yang lebih immersive. Formula kesuksesan Halo sebenarnya bisa dipecah menjadi tiga hal: single-player campaign yang apik, multiplayer yang adiktif, dan sensasi menembak yang amat memuaskan. Kabar baiknya, formula tersebut juga dapat kita temukan di beberapa game FPS lain.

Di artikel ini, saya telah memilihkan 10 game mirip Halo yang wajib dimainkan oleh para pencinta FPS. Masing-masing game yang tercantum menawarkan single-player campaign dan mode multiplayer yang sama-sama seru, serta yang paling penting, aksi tembak-menembak yang dijamin bakal selalu memompa adrenalin.

1. Destiny 2

Kalau mencari seri game shooter yang paling mirip dengan Halo, sepertinya tidak ada yang lebih mendekati ketimbang Destiny. Ini wajar mengingat keduanya dikonsepsikan oleh developer yang sama (Bungie), serta sama-sama mengadopsi tema sci-fi yang amat kental. Namun kesamaannya berhenti sampai di situ saja, sebab Destiny dan Destiny 2 dari awal dikembangkan sebagai live-service game dengan fokus pada multiplayer.

Kendati demikian, Destiny 2 masih menawarkan segudang konten menarik yang bisa dinikmati sendirian. Bungie juga masih aktif menambahkan konten-konten baru (expansion) ke Destiny 2 meski game-nya sudah hampir berusia lima tahun. Bagian terbaiknya, base game Destiny 2 dapat dimainkan secara gratis, sehingga Anda bisa mencobanya terlebih dulu sebelum membeli expansion-nya.

Agak berbeda dari game shooter pada umumnya, Destiny 2 sarat elemen RPG. Pemain dapat memilih dari tiga character class yang tersedia — Hunter, Warlock, dan Titan — masing-masing dengan kemampuan unik dan sub-class-nya sendiri-sendiri untuk mengakomodasi gaya bermain yang berbeda. Seperti kebanyakan game RPG, loot alias equipment juga memegang peran yang sangat penting di Destiny 2.

2. Titanfall 2

Game mirip Halo yang berikutnya adalah Titanfall beserta sekuelnya, yang sama-sama mengawinkan tema perang dengan sci-fi. Namun tidak seperti pendahulunya, Titanfall 2 yang dirilis di tahun 2016 hadir membawa satu tambahan yang krusial: single-player campaign. Lebih penting lagi, campaign-nya ini sungguh membekas di hati, dengan gameplay yang terkesan inventif di beberapa misi. Relasi antara protagonis Jack Cooper dengan robot tunggangannya juga menjadi highlight tersendiri dari game ini.

Titanfall dan Titanfall 2 dibuat oleh Respawn Entertainment, studio yang sama yang menggarap Apex Legends. Jadi jangan kaget kalau pengalaman multiplayer yang disajikan benar-benar jempolan, dengan feel menembak yang mantap dan aksi parkour yang memompa adrenalin. Kekurangannya cuma satu: server-nya sering sekali mendapat serangan DDoS yang melumpuhkan seluruh sesi multiplayer. Buat yang bermain di PC, untungnya mereka bisa mengatasi problem ini dengan memanfaatkan custom server.

3. Doom Eternal

Sulit rasanya membahas tentang game FPS yang menawarkan keseimbangan antara pengalaman single-player dan multiplayer tanpa menyinggung soal Doom, sebab game inilah yang memopulerkan semua itu di tahun 1993. Game terbarunya yang dirilis di tahun 2019, Doom Eternal, masih mempertahankan formula yang sama, dengan single-player campaign yang penuh aksi dan multiplayer yang tak kalah seru.

Bagi saya pribadi, Doom Eternal sejauh ini masih merupakan game FPS dengan sensasi menembak yang paling memuaskan. Senjata apapun yang Anda pilih, semuanya akan terasa begitu dahsyat setiap kali Anda menekan tombol klik kiri pada mouse maupun tombol trigger kanan pada controller. Dipadukan dengan musik metal penuh energi dan tempo permainan cepat yang sudah menjadi ciri khas Doom sejak lama, hasilnya adalah sesi bermain super-intens yang akan selalu membuat jantung berdebar-debar.

Tidak seperti game lain yang tercantum dalam daftar ini, Doom Eternal juga tersedia di Nintendo Switch, dan performanya di konsol tersebut pun sangat lancar.

4. Borderlands 3

Anda mendambakan game FPS dengan koleksi senjata paling variatif yang pernah ada? Tidak ada pilihan lain yang lebih pas ketimbang Borderlands 3. Mulai dari shotgun yang bisa berubah menjadi granat saat pelurunya habis sampai bazoka berpeluru tinja, semuanya ada di Borderlands 3. Dengan total lebih dari satu miliar senjata di Borderlands 3, Anda tidak akan pernah kekurangan alasan untuk bereksperimen dengan gaya bermain yang berbeda-beda.

Ini penting mengingat Borderlands 3 sebenarnya merupakan sebuah RPG dengan empat character class dan opsi kustomisasi build yang beragam. Meski bisa dimainkan sendirian, Borderlands 3 akan terasa lebih asyik jika dimainkan bersama orang lain (co-op). Pada expansion terbarunya, Borderlands 3 bahkan menawarkan mode permainan anyar bernama Arms Race yang banyak mengambil inspirasi dari genre battle royale.

5. Tiny Tina's Wonderlands

Kalau Anda suka dengan Borderlands 3, maka Anda wajib memainkan spin-off-nya yang berjudul Tiny Tina's Wonderlands ini. Bayangkan kegilaan yang sama seperti di Borderlands 3, tapi dengan setting dan tema fantasi yang terinspirasi tabletop RPG. Kalau di Borderlands 3 banyak properti dengan elemen sci-fi, di Tiny Tina's Wonderlands arahnya cenderung ke sihir.

Seperti Borderlands 3, Tiny Tina's Wonderlands juga seru-seru saja dimainkan sendirian, akan tetapi keseruannya akan naik berkali-kali lipat saat ada tiga pemain lain yang ikut bergabung. Elemen RPG dan variasi loot yang luar biasa tetap menjadi aspek andalan di Tiny Tina's Wonderlands, demikian pula narasi yang penuh humor. Game ini memang tidak seserius Halo maupun game lain yang ada dalam daftar ini, tapi ia tetap bisa memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para penggemar FPS.

6. Far Cry 6

Far Cry bukanlah franchise game yang orang ingat saat berbicara soal game multiplayer. Namun semenjak Far Cry 6, Ubisoft telah menghadirkan mode co-op multiplayer sehingga Anda dapat menjalani campaign-nya bersama seorang pemain lain jika mau. Tentu saja, campaign dengan dunia open-world yang sangat luas kembali menjadi daya tarik utama di Far Cry 6. Yang agak berbeda, setting lokasinya kali ini juga melibatkan kawasan urban dalam sebuah pulau fiktif bernama Yara.

Tipikal game open-world Ubisoft, ada banyak sekali yang bisa dilakukan di Far Cry 6 — bahkan mungkin terlalu banyak. Game ini punya banyak sekali distraksi, namun plot cerita utamanya tetap cukup menarik untuk diikuti. Satu fitur baru dalam Far Cry 6 yang cukup menarik adalah pilihan senjata ala kadar yang konyol namun menyenangkan untuk digunakan, mulai dari nailgun sampai senjata yang memakai compact disc (CD) lagu sebagai pelurunya.

7. Call of Duty: Vanguard

Seperti halnya game Halo, seri game Call of Duty juga dikenal sejak lama akan kombinasi single-player campaign dan multiplayer-nya yang jempolan. Call of Duty: Vanguard yang dirilis mendekati akhir 2021 kemarin pun tidak luput dari tren tersebut, dengan campaign yang menceritakan peristiwa di Perang Dunia II, dan mode multiplayer dengan total 20 map yang berbeda. Seperti sebelumnya, progres yang Anda jalani di Vanguard akan sepenuhnya terintegrasi dengan game free-to-play Call of Duty: Warzone.

Kekuatan utama Call of Duty: Vanguard terletak pada single-player campaign-nya yang terasa begitu sinematik, dengan karakter-karakter yang berkarisma dan penuh kepribadian. Sayang memang durasinya agak terlalu pendek jika dibandingkan dengan game-game sebelumnya — yang sendirinya juga tidak bisa dibilang panjang. Namun seperti biasa, jika Anda sudah rampung dengan campaign-nya, Anda tentu masih bisa bersenang-senang dengan mode multiplayer-nya.

8. Wolfenstein: Youngblood

Wolfenstein: Youngblood adalah game keempat dari reboot seri game Wolfenstein yang diprakarsai MachineGames di tahun 2014. Sesuai judulnya,  Youngblood tak lagi menceritakan perjuangan B.J. Blazkowicz seperti di game-game sebelumnya, melainkan petualangan sepasang anak kembar perempuannya yang bernama Jessie dan Sofia. Anda bebas memilih salah satu dari kedua gadis bengal tersebut, dan satunya akan dikontrol secara otomatis oleh AI selama permainan berlangsung. Alternatifnya, Anda juga bisa mengajak seorang teman untuk bermain bersama.

Seperti seri game Doom, Wolfenstein juga menjanjikan sensasi menembak yang sangat melegakan untuk masing-masing senjatanya. Yang sedikit berbeda, Anda sesekali juga bisa melancarkan serangan stealth di Wolfenstein. Youngblood pun turut meminjam sejumlah elemen dari genre RPG yang bakal membantu menghidangkan gameplay yang lebih bervariasi. Mengendap-endap di awal, lalu membrutal setelah dua atau tiga musuh tumbang merupakan gaya bermain favorit saya di Youngblood, dan taktik ini bakal lebih manjur lagi ketika bermain bersama teman, dengan masing-masing pemain mengambil rute skill tree yang berlawanan.

9. Deathloop

Kemenangan Deathloop atas gelar Best Game Direction di The Game Awards 2021 tentu bukan tanpa alasan. Game mirip Halo ini menawarkan mekanisme gameplay yang sangat unik, yang menggabungkan beberapa elemen dari game seperti Dishonored maupun Prey. Ketimbang sebatas mengandalkan manuver-manuver stealth dan sihir seperti Dishonored, Deathloop juga memberikan pemain akses ke beragam senjata dan gadget canggih. Ditambah lagi, Deathloop juga mengandalkan plot cerita penuh intrik yang melibatkan time travel.

Deathloop memang merupakan game single-player, tapi ia juga punya mode multiplayer opsional yang mirip seperti mode invade di seri game Dark Souls. Jadi saat mode ini aktif, Anda harus bersiap untuk diganggu oleh pemain lain. Sebaliknya, Anda pun juga dapat mengganggu pemain lain yang sedang menjalankan misinya. Semoga saja tidak sampai rage quit.

10. Back 4 Blood

Game mirip Halo berikutnya dikembangkan oleh Turtle Rock Studios, Back 4 Blood adalah penerus tak langsung dari seri game Left 4 Dead. Seperti Left 4 Dead, Back 4 Blood juga menceritakan perjuangan empat protagonis dalam dunia post-apocalyptic yang dipenuhi zombi, beberapa bahkan zombi yang dibekali kemampuan khusus. Anda bebas memainkannya sendiri bersama AI, atau bersama tiga pemain lain, lagi-lagi sama seperti Left 4 Dead. Yang berbeda, feel menembak dalam game ini sudah jauh lebih memuaskan, dan masing-masing pemain juga punya lebih banyak kebebasan dalam kustomisasi build karakternya.

Selain co-op multiplayer, Back 4 Blood juga punya mode PvP empat lawan empat, dengan setiap tim mendapat giliran untuk bermain sebagai manusia maupun zombi, dan tim yang bertahan paling lama sebagai manusia adalah pemenangnya. Keberadaan zombi memang membuatnya sangat kontras dengan Halo, akan tetapi keseruan yang diberikan single-player campaign dan mode multiplayer-nya cukup setara.