Sejarah Halo: Dari Proyek Sampingan Menjadi Salah Satu Mesin Uang Microsoft

Di balik statusnya sebagai media franchise hiburan kenamaan, Halo punya sejarah panjang yang menarik untuk disoroti

Salah satu kebanggaan terbesar bagi kreator video game adalah ketika karyanya berhasil diadaptasikan ke berbagai media lain, entah itu film, buku komik, dan lain sebagainya. Terlepas dari hasil adaptasinya sukses atau tidak, sang kreator layak berbangga melihat karyanya sukses merambah kalangan yang lebih luas daripada yang dibayangkan di awal kelahiran game aslinya.

Game yang sukses dikembangkan menjadi sebuah franchise media hiburan semacam ini ada banyak. Salah satu contohnya adalah Halo. Setelah lebih dari dua dekade, enam game dan beberapa spin-off, properti intelektual kesayangan Microsoft itu akhirnya diangkat ke televisi melalui serial yang berjudul sama: Halo.

Di artikel ini, saya akan membahas secara singkat sejarah perkembangan Halo dari awal perannya sebagai judul game andalan pada debut konsol Xbox, hingga akhirnya berhasil diadaptasikan menjadi novel, buku komik, dan serial TV yang diproduksi oleh sosok setenar Steven Spielberg.

Bungie dan trilogi orisinal Halo

Berdasarkan penuturan panjang tim pengembang Halo kepada Vice, Halo berawal dari proyek sampingan yang Bungie kerjakan di tahun 1997, tidak lama setelah mereka rampung menggarap game real-time tactics berjudul Myth: The Fallen Lords. Gagasan dasarnya sederhana: buat game seperti Myth tapi yang bertema sci-fi. Namun ketimbang harus bersaing dengan StarCraft dan game-game RTS sci-fi lain, Bungie ingin Halo bisa tampil berbeda dengan memaksimalkan teknologi engine 3D rancangan mereka sendiri.

Ya, di tahap awal pengembangannya, Halo merupakan sebuah game strategi. Namun tidak seperti di game RTS lain, pergerakan unit kendaraan di Halo versi awal ini kelihatan cukup alami, dan Bungie ingin menonjolkan hal itu dengan cara menyajikan mode untuk mengubah tampilan kamera menjadi sudut pandang setiap unit. Dari situ, Bungie malah kepikiran untuk membuat Halo menjadi game third-person.

Versi awal Halo ini sama sekali tidak memiliki alur cerita, dan hanya sepenuhnya berfokus pada multiplayer. Bahkan beberapa hari sebelum ia diumumkan pertama kali di ajang Macworld 1999, Halo masih belum memiliki nama resmi — secara internal, Halo kala itu dikenal dengan nama "Monkey Nuts" atau "Blam!". Bungie pun memutuskan untuk memakai jasa perusahaan branding, dan dari ratusan nama yang diajukan, akhirnya dipilih nama "Covenant" dan dibuatlah beberapa variasi logo.

Salah satu artist Bungie, Paul Russel, menilai nama tersebut jelek, dan mengajukan beberapa opsi lain, Halo salah satunya. Awalnya sebagian besar personel tim Bungie tidak setuju, namun pada akhirnya nama Halo dipilih karena Bungie memang ingin menciptakan kesan yang misterius.

Selama mengembangkan Halo, Bungie terus dilanda kesulitan finansial. Untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, pimpinan Bungie kala itu mengajukan proposal ke Microsoft untuk mengakuisisi Bungie. Microsoft, yang kala itu sedang menyiapkan portofolio game untuk konsol perdananya (Xbox), setuju dan mengumumkan akuisisinya terhadap Bungie pada Juni 2000. Sampai titik ini, Halo masih berupa third-person shooter.

Bungie hanya punya waktu sekitar 9 bulan untuk mengembangkan game Halo yang pertama. Alhasil, banyak level yang dipangkas, dan mode multiplayer-nya pun juga nyaris dihapus. Beberapa proyek lain Bungie juga batal dilanjutkan, dan masing-masing tim yang bertanggung jawab juga diminta untuk membantu merampungkan Halo. Di titik ini, Halo juga diubah dari third-person menjadi first-person demi menyajikan pengalaman bermain yang lebih immersive.

Game pertamanya, Halo: Combat Evolved, akhirnya dirilis secara eksklusif sebagai launch title konsol Xbox generasi pertama pada November 2001. Tambahan subjudul itu berawal dari keinginan Microsoft untuk mengganti nama Halo sepenuhnya. Bungie menolak dan bersikukuh dengan nama pilihannya, hingga akhirnya mereka mengambil titik tengah dengan menambahkan subjudul.

Halo: Combat Evolved sukses besar dan berhasil mendorong penjualan konsol Xbox secara signifikan. Dalam lima bulan pertamanya, Halo: Combat Evolved terjual sebanyak satu juta kopi. Angka tersebut naik menjadi tiga juta kopi pada Juli 2003. Di bulan September 2003, Halo: Combat Evolved akhirnya di-port ke Windows, lalu ke Mac OS X dua bulan setelahnya.

Bungie awalnya tidak pernah berencana untuk membuat Halo sebagai trilogi, akan tetapi kesuksesan game pertamanya memicu minat terhadap sekuelnya. Di saat yang sama, Bungie sendiri juga tidak mau ide-ide ambisius yang tidak sempat mereka realisasikan di Halo: Combat Evolved jadi sirna selamanya.

Halo 2 akhirnya dirilis untuk Xbox pada November 2004. Game ini pun sukses besar dan terjual sebanyak 2,4 juta kopi pada hari pertamanya. Halo 2 adalah game yang memopulerkan sistem matchmaking pada mode multiplayer. Kala itu, kebanyakan game online memang masih mengandalkan sistem server list tradisional. Pada Mei 2007, versi PC Halo 2 akhirnya dirilis. Di titik itu, Halo 2 diperkirakan telah dimainkan oleh lebih dari lima juta orang.

Halo 2 mendapat banyak pujian terkait mode multiplayer-nya, namun tidak demikian untuk campaign-nya. Bungie pun tergerak untuk 'menebus dosanya' lewat game Halo yang ketiga dan terakhir, sebelum mereka beralih ke proyek lain. Dibandingkan game pertama dan keduanya, game ketiga Halo ini disebut sebagai yang paling mulus pengembangannya, sampai-sampai Bungie punya waktu untuk menambahkan fitur level editor bernama Forge.

Halo 3 dirilis untuk Xbox 360 pada September 2007. Penjualan di hari pertamanya menghasilkan $170 juta, dan itu hanya di Amerika Serikat saja. Dalam seminggu, angka penjualan globalnya telah menembus $300 juta. Selang dua bulan setelah diluncurkan, Halo 3 sudah terjual sebanyak 5 juta kopi. Per 2012, Microsoft mengklaim Halo 3 telah terjual sebanyak 14,5 juta kopi.

Prekuel Halo dan perpisahan Bungie dengan Microsoft

Hanya beberapa hari setelah Halo 3 diluncurkan, Bungie dan Microsoft resmi berpisah. Bungie menjadi perusahaan independen, akan tetapi IP Halo tetap dipegang penuh oleh Microsoft. Sebagai bagian dari perjanjian, Bungie harus mengembangkan dua game Halo lain, dan Bungie pun memutuskan untuk membagi timnya menjadi dua.

Halo: Reach / Bungie

Tim yang pertama membuahkan Halo 3: ODST. Game yang dirilis untuk Xbox 360 pada September 2009 ini agak berbeda karena tidak menceritakan kisah Master Chief, melainkan pasukan elit Orbital Drop Shock Troopers (ODST) dalam peristiwa yang terjadi selama dan setelah plot cerita Halo 2. Meski berbeda, Halo 3: ODST tetap sukses besar dan berhasil terjual sebanyak lebih dari 2,5 juta kopi dalam dua minggu pertamanya.

Tim yang kedua menghasilkan Halo: Reach. Game ini dirilis untuk Xbox 360 pada September 2010, dan merupakan prekuel dari Halo: Combat Evolved. Di hari pertama penjualannya, Halo: Reach mendatangkan pemasukan sebesar $200 juta, memecahkan rekor yang ditetapkan game-game sebelumnya. Sayang ini merupakan game Halo yang terakhir dari Bungie, sebab setelahnya Bungie langsung beralih mengembangkan Destiny.

343 Industries dan Reclaimer Saga

Setelah berpisah dengan Bungie, Microsoft mendirikan studio baru bernama 343 Industries di tahun 2009 untuk mengambil alih pengembangan franchise Halo. Nama studionya diambil dari salah satu karakter di franchise Halo, yakni 343 Guilty Spark.

Game Halo pertama yang dikerjakan 343 adalah Halo: Combat Evolved Anniversary, remake dari game Halo pertama yang dirilis di Xbox 360 pada November 2011. Setelahnya, mereka langsung menggarap Halo 4, dan game itu akhirnya meluncur ke Xbox 360 pada November 2012. Rekor yang sebelumnya dipegang Halo: Reach langsung terpecahkan, sebab Halo 4 berhasil meraup $220 juta pada hari pertama penjualannya.

Halo: The Master Chief Collection / 343 Industries

Setelah Halo 4, 343 berniat mengerjakan remake dari Halo 2 dan merilisnya untuk penerus Xbox 360. Namun rencana tersebut justru berkembang menjadi kompilasi yang berjudul Halo: The Master Chief Collection. Game yang dirilis di Xbox One pada November 2014 ini mencakup campaign sekaligus multiplayer dari lima game sekaligus, yaitu Halo: Combat Evolved Anniversary (remake), Halo 2: Anniversary (remake), Halo 3, Halo 3: ODST, Halo: Reach, dan Halo 4.

Tadinya 343 berniat menjadikan Halo 4 sebagai bagian dari "Reclaimer Trilogy". Namun pada E3 2013, bersamaan dengan pengumuman perdana Halo 5 (yang saat itu masih belum punya judul final), Microsoft memutuskan untuk mengubah "Reclaimer Trilogy" menjadi "Reclaimer Saga" dengan alasan supaya 343 tidak harus membatasi kisahnya dalam sebuah trilogi saja.

Pada Oktober 2015, 343 resmi meluncurkan Halo 5: Guardians di Xbox One. Lagi-lagi rekor baru terpecahkan, dengan penjualan menembus angka $400 juta dalam sehari. Halo 5 memperkenalkan sistem bernama progressive resolution, yang memungkinkan resolusi render untuk turun secara otomatis, sebelum akhirnya di-upscale menjadi 1080p, dengan tujuan untuk memastikan game berjalan stabil di 60 fps.

Game ketiga sekaligus yang terbaru di Reclaimer Saga adalah Halo Infinite, yang diumumkan di E3 2018, tapi akhirnya baru diluncurkan secara resmi pada Desember 2021. Selain memperkenalkan mekanisme baru seperti struktur semi-open world dan grapple shot, Halo Infinite juga menebus cukup banyak dosa Halo 5.

Utamanya, narasi dalam Halo Infinite kembali berfokus pada Master Chief, setelah sebelumnya banyak pemain yang mengeluh soal minimalnya porsi penampilan Master Chief di Halo 5 (karena harus dibagi dengan karakter baru, Spartan Locke). Halo Infinite juga mengembalikan fitur split-screen multiplayer, yang sepenuhnya absen di Halo 5. Untuk pertama kalinya juga dalam sejarah game Halo, fitur online multiplayer di Halo Infinite dapat dimainkan secara cuma-cuma (free-to-play).

Spin-off dan kembalinya Halo ke genre strategi

Sebagian besar orang mengenal Halo sebagai seri game FPS, namun seperti yang saya bilang, Halo pada awalnya justru dikembangkan sebagai sebuah RTS. Visi awal tersebut pada akhirnya tetap terwujud lewat Halo Wars. Game ini dikerjakan oleh Ensemble Studios, yang tidak lain merupakan developer asli seri game Age of Empires. Halo Wars resmi diluncurkan pada Februari 2009 untuk Xbox One.

Halo Wars 2 / 343 Industries

Halo juga pernah merambah platform mobile sebanyak dua kali. Yang pertama lewat Halo: Spartan Assault, sebuah twin-stick shooter garapan 343 dan Vanguard Games yang dirilis pada Juli 2013 untuk Windows Phone 8. Game ini akhirnya juga di-port ke iOS pada April 2015, bersamaan dengan peluncuran sekuelnya, Halo: Spartan Strike.

Pada Februari 2017, 343 meluncurkan Halo Wars 2 di Xbox One sekaligus PC. Berhubung Ensemble Studios sudah tutup sejak sebelum Halo Wars meluncur ke pasaran, 343 pun menggandeng studio lain dalam pengerjaan sekuelnya ini, yaitu developer seri game Total War, Creative Assembly.

Adaptasi Halo di berbagai media lain

Sejak awal mendengar tentang Halo, Microsoft sudah punya keinginan untuk memperluasnya ke beragam media lain. Tanpa perlu menunggu lama, Microsoft menunjuk novelis Eric Nylund untuk menuliskan novel pertama Halo. Sama seperti game pertamanya, novel berjudul Halo: The Fall of the Reach itu juga digarap dengan terburu-buru dan selesai dalam waktu 7 minggu saja. Novel ini dirilis pada Oktober 2001 dan berperan sebagai prelude dari game Halo: Combat Evolved.

Novel keduanya, Halo: The Flood, ditulis oleh William C. Dietz dengan berdasar pada game Halo pertama dan dirilis di tahun 2003. Selain novel biasa, Halo juga banyak diadaptasikan menjadi novel grafis dan buku komik, termasuk yang dipublikasikan oleh Marvel. Per Agustus 2021, tercatat sudah ada 36 novel Halo dan 13 seri komik beserta novel grafis Halo dari berbagai penulis.

Beralih ke ranah film, rencana untuk mengadaptasikan Halo menjadi sebuah live-action movie sebenarnya sudah ada sejak tahun 2005. Dari sekian banyak rumah produksi yang dihubungi, yang tertarik akhirnya cuma 20th Century Fox dan Universal Pictures. Keduanya memutuskan untuk bekerja sama memproduksi film Halo, dan menunjuk Peter Jackson sebagai produser eksekutif, serta Neil Blomkamp sebagai sutradara. Sayang sekali, proyek ini tidak pernah selesai, dan di tahun 2007, Neil mengonfirmasi bahwa proyeknya sudah mati.

Serial TV Halo / Paramount

Sebelum meluncur ke televisi, Halo sebenarnya sudah sempat diadaptasikan menjadi tiga miniseries, yakni Halo: Landfall di tahun 2007, Halo 4: Forward Unto Dawn di tahun 2012, dan Halo: Nightfall di tahun 2014. Halo bahkan juga sempat dibuat menjadi anime berjudul Halo Legends dan dirilis di tahun 2010.

Rencana serial TV Halo sebenarnya sudah ramai diberitakan sejak Mei 2013, tepatnya ketika Xbox Entertainment Studios dan 343 mengumumkan bahwa Steven Spielberg akan memproduksi serial berjudul Halo: The Television Series. Xbox Entertainment Studios akhirnya ditutup pada 2014, dan pengembangan serial TV-nya pun semakin kacau balau.

Setelah beberapa kali ganti produser dan sutradara — kecuali Steven Spielberg, yang masih tercatat sebagai produser eksekutif — syuting serial TV Halo akhirnya baru dimulai pada Februari 2021. Menurut IGN, setiap episode di season pertama serial TV Halo memakan biaya produksi di atas $10 juta (total ada sembilan episode). Pengembangan season keduanya sejauh ini sudah diberi lampu hijau oleh Paramount.

Halo di esport

Sejak game pertamanya diluncurkan di akhir tahun 2001, turnamen Halo sebenarnya sudah cukup sering diadakan di Amerika Serikat, meski sebagian besar sering kali tanpa persiapan. Barulah di Agustus 2002, channel TV G4 menggelar turnamen Halo National Championship Finals. Popularitas Halo di ranah game kompetitif ini bahkan memicu kelahiran organisasi kenamaan seperti Major League Gaming (MLG).

Pada tahun 2014, Microsoft berkolaborasi dengan ESL untuk mengadakan liga profesional Halo yang pertama, yaitu Halo Championship Series (HCS). Liga ini diumumkan tidak lama setelah peluncuran Halo: The Master Chief Collection, dan game yang dipakai dalam kompetisinya adalah Halo 2: Anniversary.

Pada tahun 2016, HCS bermigrasi ke Halo 5: Guardians. Meski bukan liga esport yang paling populer saat ini, HCS sempat memecahkan rekor prize pool terbesar di antara liga esport konsol lain, yakni $2,5 juta di event final Halo World Championship pada tahun tersebut.