Kunai, keyboard pertama dari Sades dengan layout 65% akhirnya meluncur ke pasaran pada bulan Desember 2021 lalu. Hadirnya Kunai SK-868 ini menandakan bahwa keyboard kaya fitur dan berspesifikasi tinggi tidak selalu harus mahal.
Di harga Rp700 ribuan, Sades Kunai mendominasi pasar keyboard 65% dengan menyuguhkan fitur nirkabel termurah. Selain itu, keyboard dari Sades ini juga menawarkan spesifikasi switch dan hotswap yang menarik. Namun, apakah Sades Kunai di dunia nyata sebagus spesifikasi dan fitur di atas kertasnya? Berikut adalah review dari saya pribadi.
Sebelum itu, saya harus membuat disclaimer bahwa saya meminjam keyboard ini dari teman saya. Jadi, review Sades Kunai ini akan berdasarkan opini pribadi saya sebagai penikmat keyboard mekanikal. Namun, saya tidak akan mengulik dalam-dalam seperti review Dareu EK971 Trinity GTR. Di review kali ini, saya akan mengambil sudut pandang pemakai keyboard mekanikal pada umumnya.
Sebelum masuk ke review-nya, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan keyboard imut satu ini. Sades Kunai merupakan keyboard nirkabel ber-layout 65% dengan jumlah tombol 68. Jadi, bagi Anda yang menginginkan keyboard terjangkau dengan portabiltias tinggi namun masih memerlukan arrow keys, Sades Kunai ini patut dipertimbangkan untuk Anda bawa pulang.
Review Sades Kunai
Fitur Jempolan dari Sades
Sades Kunai menawarkan 3 opsi konektivitas, yaitu wired (kabel) dan wireless menggunakan Bluetooth serta dongle 2.4Ghz. Saya pribadi lebih merekomendasi Anda menggunakan wireless dongle 2.4Ghz karena delay dan gangguan yang lebih minim dari Bluetooth. Untuk mode konektivitas, Anda dapat menggantinya dengan menggeser saklar di bagian belakang.
Berbicara soal Bluetooth, entah mengapa si Sades Kunai tidak bisa terkoneksi dengan Bluetooth PC saya. Padahal, Koodo Gecko yang saya review kemarin dapat berjalan dengan normal menggunakan dongle Bluetooth bermerek TP-Link yang sama. Menariknya, Sades Kunai dapat mengingat tiga device dalam mode Bluetooth-nya dengan menekan Fn+Z/X/C.
Saat dipakai secara nirkabel (2.4Ghz), Sades Kunai dapat hidup hingga 2 hari saja (per hari hanya dinyalakan sekitar 9 jam) dalam kondisi lampu backlight dinyalakan. Lumayan singkat, mengingat Koodo Gecko dapat bertahan hingga 48 jam. Namun, daya tahan baterai mungkin akan berbeda-beda — mengingat daya tahan baterai sebenarnya tergantung dengan pemakaian pribadi masing-masing. Saat mode wireless, Sades Kunai memiliki sistem hemat daya yang dapat mematikan backlight keyboard secara otomatis setelah 2 menit tidak ada input.
Tidak seperti Koodo Gecko, indikator mode wireless hanya muncul dengan berkedip saat berhasil terhubung dengan PC atau device Anda. Indikator baterai juga hanya menyala (berkedip di tombol Ctrl) saat keyboard hampir kehabisan daya — membuat backlight-nya tidak belang-belang seperti di Koodo Gecko. Meski tampilannya akan menjadi lebih clean, hal ini memicu satu kelemahan — yaitu Anda tidak dapat mengetahui level baterai keyboard Anda. Di software Sades juga tidak ada keterangan baterai sama sekali.
Keycap yang disematkan oleh Sades di keyboard ini berbahan ABS dan mengadopsi warna two-tone, membuat penampilannya terlihat lebih dinamis. Namun, bagi yang menyukai desain simpel — mungkin Anda akan lebih suka jika keycap-nya hanya satu warna. Tentu saja, ini tidak menjadi masalah — mengingat keycap dapat diganti dengan mudah sesuai selera.
Sayangnya, Sades Kunai masih menggunakan rubber feet. Sedangkan kompetitornya di harga Rp700 ribuan seperti Rexus Daxa M71 sudah menggunakan magnet sebagai kaki keyboard-nya. Selain tidak bisa diatur typing angle-nya, rubber feet milik Sades Kunai ini sedikit bermasalah (akan saya jelaskan di bawah).
Build Quality Sades Kunai
Build quality dari Sades Kunai benar-benar membuat saya kecewa karena beberapa aspek. Pertama, rubber feet milik Sades Kunai tidak simetris di bagian kanan atas dan kiri bawah — membuatnya sedikit goyang-goyang saat dipakai. Seakan deja vu, hal sama persis seperti ini juga saya temukan saat menggunakan Koodo Gecko. Namun, saya tidak tahu apakah semua Sades Kunai memiliki kecacatan seperti ini atau tidak — mungkin saja hanya unit yang saya coba yang memiliki cacat ini.
Lalu, keycap berbahan ABS milik Sades Kunai ini lumayan tipis sampai terlihat beberapa bleeding backlight di sekitar font-nya. Beberapa font keycap juga terlihat sedikit buram dan kurang rapi seperti di tombol Caps Lock dan Enter. Sebagai perbandingan, salah satu kompetitornya di rentang harga Rp700 ribuan, Rexus Daxa M64 sudah menggunakan keycap berbahan PBT.
Selain itu, dongle wireless 2.4Ghz-nya juga terasa tidak solid. Saat digoyangkan, USB dongle tersebut menghasilan suara aneh seperti ada komponen yang copot di bagian dalam. Anda dapat melihatnya pada video berikut.
Untuk bagian eksteriornya, Sades Kunai menggunakan case plastik ABS tebal yang lumayan kokoh. Namun, suara yang dihasilkan oleh case ini masih terdengar kopong. Jadi, Anda harus sedikit memodifikasinya dengan menambahkan beberapa lembaran PE foam untuk mengurangi rasa hollow tersebut.
Switch dan Fitur Hotswap Sades Kunai
Lanjut ke bagian teknisnya, Sades Kunai mengusung switch dari Gateron dengan tiga pilihan warna, yaitu Brown (Tactile), Red (Linear), dan Yellow (Linear). Bagi yang belum tahu, switch Gateron terkenal memiliki lifespan lebih lama dan reputasi yang lebih baik. Jadi, untuk urusan switch, Sades Kunai bisa dibilang sudah bagus dari pabrik. Sades Kunai juga menawarkan fitur hotswap 3/5 pin yang akan memudahkan Anda mengganti switch tanpa harus menyolder ulang.
Kebetulan Sades Kunai yang saya coba kali ini menggunakan Gateron Yellow. Menurut saya, Gateron Yellow lebih nyaman digunakan bagi Anda yang ingin bertransisi dari tactile ke linear. Pasalnya, actuaction force yang dimiliki oleh Yellow switch ini terbilang sangat pas di 50g (tidak terlalu enteng seperti Red). Oh iya, Sades juga tidak memberikan switch cadangan di paket pembelian.
Software Sades Kunai
Seperti keyboard gaming pada umumnya, Sades Kunai juga memiliki software bawaan sendiri. Meski UI-nya tidak seindah Logitech G Hub, semua pengaturan fungsional seperti pengaturan RGB, remap key, hingga macro, hadir di software Sades ini. Namun, satu yang absen adalah keterangan level baterai seperti yang telah saya sebutkan di atas. Software untuk Sades Kunai dapat Anda temukan di website resmi Sades.
Satu hal yang saya sadari, saat mengganti mode maupun warna backlight keyboard (entah itu dari software maupun shortcut Fn +Enter) — lampu backlight akan mati terlebih dahulu dan nyala kembali saat modenya terganti. Meski tidak mengganggu, ini mengakibatkan perpindahan mode backlight menjadi sedikit lama — mengingat Anda harus menunggu lampunya mati nyala dahulu. Sistem seperti ini lumayan aneh dan belum pernah saya temukan di keyboard-keyboard saya lainnya (Koodo Gecko, Vortex VX5 Pro, dan Feker Glaze98).
Kesimpulan
Keyboard ber-layout 65% pertama besutan Sades ini sebenarnya lumayan worth it untuk dibeli. Tidak hanya harganya yang cukup terjangkau, spesifikasi dan fitur nirkabelnya juga diimplementasikan dengan sangat baik oleh Sades. Switch yang sudah mengusung Gateron juga membuat keyboard ini semakin layak dipertimbangkan untuk Anda garap.
Namun, Sades Kunai mungkin tidak bisa saya rekomendasikan penuh bagi Anda yang ingin keyboard yang terima jadi. Menurut saya, keyboard dari Sades ini masih harus dimodifikasi ringan seperti mengganti keycap dan menjejalkan PE foam di case agar lebih nyaman saat dipakai.
Kesimpulannya, Sades Kunai akan cocok untuk Anda yang membutuhkan keyboard dengan fitur nirkabel. Harganya yang terjangkau dan switch bermerek Gateron juga membuatnya layak untuk di-check out. Namun, bagi Anda yang tidak terlalu membutuhkan fitur nirkabel — saya lebih merekomendasikan Rexus Daxa M64 yang juga dibanderol dengan harga Rp700 ribuan. Atau jika Anda dapat menambah budget sedikit lagi, Anda bisa mempertimbangkan Dareu EK871 Trinity GTR di harga Rp879 ribu.