Super League Gaming Umumkan Laporan Keuangan, Rugi Rp454 Miliar

Meskipun begitu, CEO Ann Hand tetap optimistis

Super League Gaming, perusahaan yang mengadakan turnamen esports untuk pemain amatir, baru saja merilis laporan keuangan mereka. Sepanjang 2019, pemasukan mereka mencapai US$1,08 juta (sekitar Rp16 miliar), naik dari US$1,04 juta (sekitar Rp15,4 miliar) pada tahun sebelumnya. Hanya saja, mereka masih mengalami kerugian. Total kerugian mereka sepanjang 2019 mencapai US$30,7 juta (sekitar Rp454 miliar). Kerugian mereka naik dari US$20,6 juta (sekitar Rp304,8 miliar) pada 2018. Namun, kerugian pada tahun ini juga mencakup pengeluaran non-tunai. Secara total, kerugian operasional hanya mencapai US$14,5 juta (sekitar Rp214,5 miliar).

Sementara itu, pada Q4 2019, Super League Gaming mendapatkan pemasukan sebesar US$262 ribu (sekitar Rp3,9 miliar), turun dari US$407 ribu (sekitar Rp6 miliar) pada Q4 2018. Mereka menyebutkan, alasan turunnya pemasukan mereka adalah karena waktu pelaksanaan kegiatan marketing klien yang berubah-ubah. Pada Q4 2019, Super League Gaming mengalami kerugian sebesar US$7,5 juta (sekitar Rp111 miliar). Uang kas perusahaan masih tersisa US$8,4 juta (sekitar Rp124,3 miliar).

Super League Gaming membuat turnamen untuk amatir. Sumber: VentureBeat

Walau perusahaan mengalami kerugian, CEO Super League, Ann Hand tetap optimistis. Alasannya, dia merasa, pencapaian perusahaan tetap melebihi target. Sepanjang tahun 2019, Super League Gaming mendapatkan 120 juta view. Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya, jumlah view mereka hanya mencapai 2 juta. Sementara itu, total durasi gameplay mereka mencapai 15 juta jam. Mereka juga berhasil melebihi target tentang jumlah pengguna terdaftar. Jumlah pengguna terdaftar mereka kini mencapai 1 juta orang, sementara target mereka hanyalah 600 ribu orang.

Selain itu, sekarang, Super League bisa membuat turnamen dari 20 game, jauh lebih banyak dari target, yang hanya 6 game. Jumlah total tempat penyelenggaraan turnamen Super League juga melampaui target. Mereka menargetkan untuk mendapatkan 200 tempat untuk menyelenggarakan turnamen esports. Namun, mereka telah mendapatkan lebih dari 500 tempat. Biasanya, Super League Gaming mengadakan turnamen esports amatir di bioskop. Pada Januari 2020 lalu, mereka mengumumkan kerja sama mereka dengan Wanda Cinemas Games, yang memiliki 700 bioskop di Tiongkok.

"Saya percaya, menjadi perusahaan terbuka memaksa kami untuk menjadi transparan dan ini justru membuat kami menjadi lebih fokus. Hasilnya terlihat dari pertumbuhan audiens, jumlah pemain, jumlah game yang dipertandingkan, dan jumlah tempat turnamen yang tumbuh dengan cepat," kata Hand, menurut laporan VentureBeat. "Platform kami menghubungkan para fans esports dengan satu sama lain dan dengan kota tempat mereka tinggal. Fans tersebut tidak hanya berkumpul untuk saling berkompetisi, tapi juga berbagi konten tentang game yang mereka sukai. Ini menjadikan Super League sebagai perusahaan media dan software utama untuk mengembangkan ekosistem esports amatir lokal."

Super League Gaming biasanya diadakan di bioskop. | Sumber: VentureBeat

Namun, dengan adanya wabah virus Corona, ini tentunya akan memengaruhi operasi Super League Gaming. Dalam beberapa bulan terakhir, ada sejumlah turnamen esports yang ditunda, dibatalkan, atau direlokasi karena virus Corona, seperti Point Blank World Challenge 2020 dan Hearthstone Masters Tour Indonesia.

"Belajar dari sejarah, industri gaming biasanya lebih tangguh menghadapi masalah perekonomian, karena bermain game tidak membutuhkan uang banyak jika dibandingkan dengan biaya berlibur. Mengingat industri gaming sekarang bahkan lebih besar dari industri film, kami percaya, industri ini masih akan terus tumbuh. Dalam tiga minggu terakhir, aktivitas di portal digital kami mengalami kenaikan," kata Hand.