Strategi Square Enix di 2023

Game blockchain akan jadi salah satu fokus Square Enix di 2023

Di awal tahun 2023, President Square Enix, Yosuke Matsuda merilis surat yang membahas tentang strategi perusahaan di tahun ini. Square Enix berkomitmen untuk terus mengembangkan bisnis game high-definition mereka. Untuk itu, mereka akan mempopulerkan franchise mereka yang sudah populer, seperti Final Fantasy dan Kingdom Hearts.

Pada saat yang sama, Square Enix juga berencana untuk mengembangkan Intellectual Property (IP) baru. Hal lain yang dibahas dalam surat Matsuda adalah game blockchain. Matsuda mengatakan, tahun ini, Square Enix masih akan menanamkan investasi dan mencoba untuk mengembangkan game blockchain.

Keadaan Ekonomi Makro dan Perubahan Struktur Perusahaan

Keadaan ekonomi makro dunia mempengaruhi dunia bisnis global. Tak terkecuali industri game. Karena itu, dalam suratnya, Matsuda juga membahas tentang keadaan ekonomi global. Beberapa topik yang dia angkat adalah inflasi, keputusan Amerika Serikat untuk meningkatkan suku bunga, serta invasi Ukraina oleh Rusia. Selain itu, belakangan, nilai saham perusahaan, khususnya teknologi, juga cenderung turun.

"Semua kejadian ini memiliki dampak negatif pada dunia bisnis secara global," kata Matsuda, dikutip dari VentureBeat. Lebih lanjut dia menyebutkan, mata uang Jepang, Yen, juga mengalami depresiasi, yang menyebabkan meroketnya harga barang impor. Pada akhirnya, turunnya nilai Yen juga menyebabkan inflasi di Jepang. "Dunia baru saja mulai pulih dari pandemi COVID-19 yang berlangsung selama tiga tahun. Namun, perubahan keadaan ekonomi makro memunculkan risiko tersendiri untuk pelaku industri hiburan digital."

Salah satu ancaman nyata yang dihadapi oleh pelaku industri game adalah keterbatasan suplai hardware. Square Enix pun sempat merasakan dampak dari kelangkaan suplai ini. Kabar baiknya, Matsuda memperkirakan, masalah kekurangan suplai hardware akan teratasi di awal tahun 2023.

Tahun lalu, Square Enix menjual puluhan franchise mereka, termasuk Tomb Raider dan Deus Ex. | Sumber: Kotaku

Keadaan ekonomi makro yang kurang baik mendorong Square Enix untuk menyesuaikan strategi mereka dalam mencapai target jangka menengah. Kemungkinan, keadaan ekonomi yang tidak menentu ini juga akan mengharuskan Square Enix untuk merombak struktur perusahaan. Tahun lalu, salah satu perubahan besar yang Square Enix lakukan adalah menjual sejumlah franchise game dan studio developer di Barat. Ada puluhan franchise game yang Square Enix jual, termasuk Tomb Raider, Deus Ex, dan Thief.

"Kami akan meninjau ulang portofolio dari game-game yang kami buat dalam jangka panjang dan menengah," ujar Matsuda. "Untuk itu, kami akan terus menambah talenta internal demi meningkatkan kemampuan untuk membuat game yang kompleks." Lebih lanjut dia menjelaskan, Square Enix akan menambahkan talenta developer dengan cara organik maupun inorganik. Merger dan akuisisi jadi metode yang juga dipertimbangkan oleh Square Enix.

Final Fantasy XVI jadi salah satu game Square Enix yang paling ditunggu di 2023.

Matsuda menyadari, keputusan Square Enix untuk menjual studio developer di tahun lalu bertentangan dengan strategi perusahaan untuk menambah talenta internal. Meskipun begitu, dia percaya, sebagai perusahaan, Square Enix memang harus terus mempertimbangkan daftar game yang ingin mereka kembangkan dalam jangka panjang dan menengah. Dan hal itu hanya bisa mereka lakukan jika mereka terus mengamati kemampuan dari studio yang membuat game-game tersebut.

Keteguhan untuk Investasi di Blockchain

Strategi Square Enix di 2023 tidak terbatas pada restrukturisasi perusahaan. Tahun ini, Square Enix juga akan mencoba untuk menjajaki bisnis baru. Salah satunya, blockchain entertainment. Matsuda mengungkap, Square Enix akan menanamkan investasi dalam jumlah besar demi mengembangkan bisnis di bidang blockchain entertainment.

Minat Square Enix akan game blockchain sebenarnya telah terlihat sejak tahun lalu. Namun, ketika itu, perusahaan Jepang itu mendapatkan protes dan kritik dari para gamers. Pasalnya, para gamers khawatir, Square Enix akan berhenti membuat game berkualitas demi membuat game blockchain yang berbau menipu. Namun, Square Enix menekankan, mereka akan tetap mengembangkan game hardcore mereka.

"Di 2022, saya rasa, blockchain mulai diakui oleh masyarakat luas. Buktinya, 'Web 3.0' menjadi buzzword yang sering digunakan di kalangan pelaku bisnis," ujar Matsuda. "Namun, di 2022, pasar cryptocurrency dan Non-Fungible Token (NFT) juga menjadi tidak stabil, yang merupakan refleksi dari berbagai tantangan di tingkat ekonomi makro." Memang, tahun 2022 dianggap sebagai "crypto winter". Pada puncaknya, di November 2022, salah satu bursa crypto terbesar, FTX bangkrut.

FTX bangkrut di November 2022. | Sumber: Ars Technica

Matsuda mengungkap, bangkrutnya beberapa perusahaan crypto mendorong sejumlah pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih ketat terkait bisnis ini. Tapi, Matsuda mengklaim, pemerintah Jepang justru menunjukkan dukungan pada bisnis crypto.

Memang, pada Juni 2022, kabinet Jepang menandatangani proposal bernama "Program Regulasi Prioritas untuk Merealisasikan Masyarakat Digital". Salah satu hal yang dibahas dalam program teresbut adalah cara menciptakan lingkungan yang mendorong terealisasinya konsep Web3, termasuk penggunaan NFT berbasis teknologi blockchain. Selain itu, Digital Agency di Jepang juga mengadakan grup studi Web3.

"Teknologi dan framework baru dapat mendorong inovasi, tapi, keduanya juga bisa menciptakan kebingungan di kalangan masyarakat," kata Matsuda. "Setelah mengatasi masalah sosial yang muncul, sejumlah teknologi dan framework perlahan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, teknologi dan framework inilah yang akan memunculkan bisnis baru dan menumbuhkan ekonomi."

Di 2021, hype akan NFT dan metaverse memang sangat tinggi. Namun, pada 2022, hype itu mulai surut dan industri blockchain malah menjadi goyah. Meskipun begitu, Matsuda percaya, ketidakstabilan ini justru akan mendorong terciptanya regulasi di industri blockchain dan mendorong perusahaan untuk melakukan praktek bisnis yang lebih transparan. Dia percaya, kedua hal ini akan menjadi pendorong yang membuat industri blockchain entertainment berkembang.

Matsuda merasa, game blockchain akan sukses ketika ia dapat memberikan pengalaman baru menggunakan konsep desentralisasi. Dia juga menyebutkan bahwa di 2022, telah ada beberapa acara blockchain gaming yang diselenggarakan. Acara-acara tersebut memicu diskusi di industri game terkait penggunaan blockchain. Sayangnya, Matsuda menganggap, diskusi tersebut dipimpin oleh para investor spekulatif dan bukannya gamers.

"Jadi, konten yang dibuat fokus pada monetisasi NFT dan blockchain," kata Matsuda. "Tapi, ketika industri cryptocurrency mengalami masalah, muncul tren baru, yaitu konsep bahwa teknologi blockchain bukanlah produk akhir, tapi alat untuk membuat sesuatu. Selain itu, juga muncul diskusi tentang cara menggunakan blockchain sehingga perusahaan dapat memberikan pengalaman baru pada konsumen. Saya rasa, perubahan ini akan menguntungkan industri blockchain di masa depan."

Matsuda mengaku, saat ini, Square Enix tengah mengembangkan beberapa game blockchain yang didasarkan pada IP baru. Sebagian dari game blockchain yang Square Enix kembangkan sudah mereka umumkan pada tahun lalu dan sebagian lainnya akan diumumkan di tahun ini.

Sumber header: Wccftech