Di Indonesia, game esports mobile biasanya lebih populer daripada game esports untuk PC. Tidak heran, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia memang mengenal internet melalui smartphone. Namun, di negara-negara berbahasa Inggris, game-game esports yang populer adalah game PC, sebut saja Fortnite, League of Legends, atau Counter-Strike: Global Offensive. Game mobile justru masih dipandang sebelah mata sebagai game esports. Skillz mencoba untuk mengubah pandangan ini.
Skillz adalah platform yang memungkinkan para pemain game mobile untuk menemukan kompetisi game kasual. Melalui Skillz, developer game dapat membuat pertandingan esports dan menentukan format turnamen, jumlah pemain, dan hadiah turnamen. Sejauh ini, total hadiah terbesar yang pernah diberikan adalah US$250 ribu. Skillz memiliki 30 juta pengguna terdaftar sementara total hadiah dari semua turnamen yang diselenggarakan di Skillz mencapai US$60 juta per bulan. Apa yang dilakukan oleh Skillz berhasil menarik 32 Equity, divisi permodalan dari National Football League, untuk mendanai mereka. Selain itu, mantan CFO Airbnb juga bergabung sebagai bagian dari anggota dewan direktur Skillz.
“Menurut saya, kami bermula dari ejekan tentang mobile esports,” kata Andrew Paradise, CEO dan pendiri Skillz, dikutip dari Fast Company. “Dalam waktu sekitar 18 bulan, kami telah berubah menjadi platform yang membuat para profesional percaya akan mobile esports.” Industri game diperkirakan memiliki nilai US$152 miliar pada tahun ini dan hampir setengah dari total pendapatan itu berasal dari industri gaming mobile.
Paradise menyebutkan, platform Skillz juga membuat industri game menjadi lebih inklusif, terutama untuk perempuan. Meskipun setengah dari gamer adalah perempuan, hanya 22 persen developer game merupakan perempuan. Selain itu, Xiaomeng “VKLiooon” Li yang menjadi juara dari Hearthstone Grandmasters Global Finals mengaku memiliki pengalaman tak mengenakkan sebagai pemain profesional perempuan. Menurut Paradise, pada tahun lalu, 70 persen pemain di Skillz adalah perempuan. Sementara dari 20 ribu kreator game yang memanfaatkan Skillz, Paradise menyebutkan studio yang paling sukses adalah Tether Studios yang didirikan oleh Aletheia O’Neil dan suaminya.
Selain menyediakan platform untuk kompetisi esports, Skillz juga merekam dan menyiarkan pertandingan yang diselenggarakan di platform mereka. Sayangnya, game kasual tak terlalu populer, bahkan di platform streaming seperti Twitch. “Jumlah penonton kami masih belum terlalu banyak,” kata Paradise. “Perlu waktu lama untuk mengembangkan industri esports untuk game PC, sampai banyak turnamen diadakan, agar mendapatkan penonton. Hal yang sama akan terjadi di esports mobile. Salah satu kelebihan mobile esports adalah semua orang sudah memiliki perangkat mobile.”
Pada saat yang sama, jika dibandingkan dengan esports untuk PC atau konsol, esports mobile memiliki tantangan tersendiri. “Mobile bukan platform universal seperti PC dan konsol — ada banyak tipe smartphone yang menggunakan sistem operasi dengan versi yang berbeda-beda juga,” kata Christina Alejandre, eksekutif konsultan terkait game dan esports. “Karena perbedaan ini, sebagian orang mungkin menganggap bahwa sebuah kompetisi tidak ‘adil’ karena perbedaan performa ponsel atau teknologi yang lebih tua.” Masalah lainnya adalah jaringan. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, tak semua kawasan memiliki kualitas jaringan internet yang sama.
Paradise mengaku bahwa masalah ini memang ada. Namun, dia berharap, dengan dukungan NFL, mereka akan bisa membuat semakin banyak orang yang tertarik dengan esports mobile. Skillz bukanlah satu-satunya platform yang berusaha untuk mempopulerkan game kasual sebagai esports. Ready Games juga menyediakan platform pertandingan untuk game kasual. Pada akhir Agustus lalu, mereka juga mendapatkan kucuran dana segar sebesar US$5 juta.
Sumber header: The Esports Observer