Rivalitas Antarkota dalam Turnamen Tekken 7 Creators Super Fest 2019 Surabaya

Walau dikatakan rivalitas, kompetisi semacam ini justru mempererat persahabatan antar komunitas.

Creators Super Fest (CSF) adalah sebuah event yang memfasilitasi para kreator dan komunitas lokal Indonesia untuk berkumpul, menikmati hiburan, serta memamerkan dan menjual karya-karya mereka ke khalayak ramai. Ditambah lagi dengan adanya kreator-kreator luar negeri sebagai tamu undangan, acara yang merupakan “adik” dari Anime Festival Asia (AFA) ini memiliki nuansa yang khas, meriah namun sangat kental dengan atmosfer grassroot.

Tahun 2019 ini, untuk pertama kalinya Creators Super Fest tidak hanya diadakan di Jakarta, tapi juga di Surabaya. Berlangsung dua hari pada tanggal 31 Agustus – 1 September kemarin, acara ini juga jadi tempat berlangsungnya turnamen Tekken 7 yang digelar oleh komunitas Drop The Cap bekerja sama dengan pihak Creators Super Fest AFA. Seperti apa keseruan kompetisi tersebut, simak liputan langsung Hybrid di bawah ini.

Keceriaan yang tersusun rapi

Sebetulnya ketika melihat pengumuman turnamen Tekken 7 CSF 2019, saya berpikir bahwa turnamen ini akan dibagi ke dalam dua hari. Hari pertama untuk babak grup, dan hari kedua untuk pertadingan-pertandingan final. Tapi ternyata tidak. Ketika sudah sampai di venue dan melakukan pendaftaran ulang—saya juga hadir sebagai peserta—ternyata turnamen ini berlangsung selama satu hari saja dari awal sampai selesai.

Keputusan menempatkan seluruh pertandingan di satu hari pada akhirnya merupakan keputusan tepat, karena peserta turnamen ini juga banyak yang datang dari luar kota. Dengan demikian, mereka tidak perlu menginap untuk menunggu pertandingan esok harinya atau menghabiskan ongkos pulang pergi dua kali. Kedatangan komunitas luar kota ini juga menghadirkan keseruan tersendiri yang akan kita bahas nanti.

Suasana turnamen Tekken 7 CSF 2019 Surabaya

Turnamen Tekken 7 CSF 2019 diikuti oleh kurang lebih 40 peserta terdaftar. Di hari-H ada beberapa peserta yang tidak hadir, akan tetapi jumlah pesertanya sudah cukup banyak untuk membuat sebuah kompetisi yang seru. Para pengunjung acara pun cukup antusias menonton, membuat lokasi turnamen yang berada di samping booth Drop The Cap ini selalu terlihat ramai.

Saya cukup salut dengan Drop The Cap yang menjadi organizer dari turnamen ini, karena mereka berhasil menjalankan seluruh acara dengan begitu rapi. Dengan empat setup PS4 untuk bermain (sesuai jumlah grup di bracket), serta satu kru penanggung jawab di setiap grup, turnamen dapat berjalan dengan efektif dan lancar sesuai jadwal. Pihak panitia juga sangat baik dalam menyampaikan hal-hal seperti aturan bermain, siapa lawan berikutnya, menyediakan controller, hingga membantu peserta dalam mengoperasikan setup yang digunakan.

Mungkin satu kekurangan minor adalah jumlah monitor besar yang hanya ada dua, padahal setup permainan ada empat. Sehingga tidak semua pertandingan bisa ditonton dengan leluasa. Monitor besar hanya menampilkan pertandingan untuk setup Grup B dan Grup C, padahal di Grup A dan Grup D juga banyak terjadi pertarungan seru. Namun kekurangan ini tidak mengganggu keseruan turnamen keseluruhan.

Penonton dapat mengikuti pertandingan lewat dua monitor besar

Meski skala turnamennya tidak begitu besar, cukup banyak pemain yang menarik perhatian dalam kompetisi kali ini. Di antaranya Bigetron | M45T4Z yang menunjukkan permainan Law yang rapi. Hadir juga Mishima Boy, yang sempat tidak saya kenali karena ia menggunakan nickname berbeda ketika mendaftar. Jaka, KenKen, dan Shomus juga termasuk beberapa peserta yang menarik perhatian dan berhasil membuat para penonton berdecak kagum.

Sekilas tentang Drop The Cap

Di sela-sela kesibukan berjalannya turnamen, saya sempat mencuri waktu untuk berbincang singkat dengan Jason Nuryadin, ketua panitia Tekken 7 CSF 2019 sekaligus Community Manager dari Drop The Cap. Jason menceritakan sekilas tentang apa itu Drop The Cap, kegiatannya, juga kondisi komunitas fighting game di wilayah Surabaya.

Drop The Cap didirikan pada tanggal 24 Januari 2017, dengan pendiri yang bernama Dwiky dan saat ini diketuai oleh Yusuf. Pada dasarnya Drop The Cap atau DTC merupakan komunitas yang didirikan untuk mewadahi penggemar segala jenis fighting game di Surabaya. “Kita itu fighting game-nya general ya, jadi kita menerima 2D anime fighter, habis gitu 2D klasik kayak Street Fighter, Mortal Kombat, Samurai Shodown. Habis gitu 3D game seperti Tekken, juga Soulcalibur, sama Virtua Fighter, DOA, itu kita nerima,” kata Jason.

Booth Drop The Cap di CSF 2019 Surabaya

Ketika ditanya tentang makna Drop The Cap, Jason bercerita bahwa nama ini memiliki dua makna. Pertama, secara harfiah istilah Drop The Cap yang berarti “menjatuhkan topi” itu diambil dari pose kemenangan khas karakter Terry Bogard dalam seri Fatal Fury/The King of Fighters. Kemudian kedua adalah istilah “cap” yang bisa diartikan sebagai koin, maka “drop the cap” merupakan gambaran seseorang yang memasukkan koin ke mesin arcade untuk bermain game.

Bila dibandingkan dengan beberapa komunitas fighting game lain, Jason mengaku bahwa Drop The Cap cenderung lebih kasual ketimbang fokus pada esports tetapi tetap memiliki semangat bersaing dan berkembang. Menurutnya, di Surabaya terdapat dua komunitas fighting game yang cukup besar saat ini, yaitu Drop The Cap dan STC (Surabaya Tekken Community). Namun STC memang khusus hanya untuk Tekken, dan lebih kompetitif.

“Kita juga kompetitif tapi tidak sampai segitunya. Kita pinginnya itu open arcade. Maksudnya gini, setiap orang itu bisa masuk keluar sambil main. Yang penting mereka bermain, kita senang, gitu. Kita cuma pinginnya anak-anak kumpul, kalau bisa bawa setup terima kasih, kalau nggak ya kita yang penting butuh orang. Karena fighting game itu kan permainan dua orang atau lebih. Kita pinginnya mereka bisa main bareng, seneng-seneng bareng,” demikian Jason bercerita.

Sumber: Drop The Cap

Kegiatan utama yang rutin diadakan oleh Drop The Cap memang adalah gathering untuk bermain bersama. Mereka biasa melakukan gathering setiap hari Jumat di BOBER Cafe, Jemursari, Surabaya, dari jam 7 malam sampai jam 1 pagi. Sementara untuk kompetisi, Tekken 7 CSF 2019 ini baru turnamen kedua yang mereka adakan. Yang pertama adalah turnamen Samurai Shodown di bulan Juli lalu, disusul oleh turnamen mini BlazBlue Cross Tag Battle pada tanggal 15 September nanti.

Karena merupakan komunitas yang berarahan kasual, anggota Drop The Cap pun punya karakter yang cukup bervariasi. Mulai dari anggota muda yang masih SMA, hingga anggota yang sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, semuanya ada. Drop The Cap berharap lebih banyak penggemar fighting game yang bisa bergabung sebagai bagian dari komunitas ini, saling bertukar kegemaran, dan yang terpenting merasa nyaman. “Pengennya kita itu bikin family dulu, bukan esports-nya dulu,” ujar Jason.

Rivalitas antarkota di babak final

Turnamen Tekken 7 CSF 2019 Surabaya dimulai pada pukul 13.00 WIB, dengan babak Grand Final yang diletakkan di penghujung acara, pukul 19.30 WIB. Penempatan waktu seperti ini memiliki satu kelemahan, yaitu banyaknya pengunjung yang sudah pulang sehingga massa menjadi agak sepi.

Panggung Grand Final, serasa "mini EVO"

Sebagai gantinya, para pengunjung yang tersisa semuanya benar-benar penggemar fighting game yang ingin menonton pertandingan Tekken di babak puncak. Meski jumlahnya tak sebanyak massa di siang hari, suasananya tetap heboh dan meriah. Apalagi Grand Final ditayangkan di layar besar panggung utama CSF 2019 Surabaya, membuat suasana malam itu terasa seperti sebuah “mini EVO” saja.

Dua pemain yang lolos ke Grand Final adalah Mishima Boy (alias Myboy) dan Jaka. Nama Mishima Boy mungkin sudah tak asing di telinga Anda yang mengikuti dunia esports fighting game Indonesia. Pria bernama asli Tommy ini merupakan juara di turnamen Fight Fest 2019/Indonesia Esports Games (IEG) 2018, juga tercatat sebagai salah satu pemain Rank AA di Advance Guard Ranking. Dengan karakter Jin andalannya, ia melenggang ke Grand Final lewat jalur Winners’ Bracket.

Sebaliknya, Jaka yang jauh-jauh datang dari Malang harus berusaha mendaki Losers’ Bracket setelah kalah dari Mishima Boy di semifinal. Pada awalnya bukan favorit juara, permainan Jaka yang sangat agresif dengan Akuma benar-benar mematahkan ekspektasi semua orang. Ia mengeliminasi Shomus dan M45T4Z, juga memaksa KenKen untuk harus puas menempati peringkat 3.

Challenge Super Smash Bros. bersama cosplayer Heyleydia dari Thailand

Grand Final Tekken 7 CSF 2019 Surabaya menjadi panggung rivalitas komunitas fighting game dari dua kota, Surabaya vs. Malang. Begitu pertandingan dimulai, Jaka langsung menunjukkan aksi meledak-ledak seperti sedang kerasukan Awais Honey saja. Dengan taktik vortex yang cantik, serta keahliannya memanfaatkan dinding untuk damage maksimal, Jaka berhasil melakukan bracket reset dengan skor gemilang 0-3.

Akan tetapi Mishima Boy tidak menyerah. Berganti karakter dari Jin ke Heihachi, Mishima Boy beradaptasi terhadap taktik Jaka kemudian memukul balik setiap ada kesempatan. Pergantian stage ke arena yang tidak memiliki dinding juga kurang menguntungkan bagi Akuma. Berulang kali Jaka menjatuhkan combo, mungkin karena tekanan mental, apalagi Akuma memang membutuhkan keahlian eksekusi yang sangat tinggi.

Kedua pemain kejar-mengejar angka, dan setelah pertarungan yang sengit, akhirnya Jaka harus mengakui keunggulan lawannya dengan skor 3-2. Mishima Boy pun keluar sebagai juara, dan berhak membawa pulang hadiah berupa tabungan senilai Rp1.000.000 dari bank CIMB Niaga. Jaka yang menjadi juara 2 menerima hadiah tabungan senilai Rp700.000, sedangkan KenKen di posisi peringkat 3 berhak atas tabungan senilai Rp300.000.

Mishima Boy, senang bisa bertemu pemain-pemain Tekken dari Malang

“Kesan saya selama masa turnamen sangat menyenangkan, bisa bertemu dengan pemain di luar Surabaya. Salah satunya pemain Tekken dari Malang namanya Jaka, Hendra, termasuk juga Yusi, mereka jauh-jauh dari Malang. Saya pemain Tekken bernama Tommy dari Surabaya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi mengikuti turnamen Tekken 7 di Surabaya,” demikian komentar Mishima Boy seusai pertandingan.

Peringkat Top 8 Tekken 7 Creators Super Fest 2019 Surabaya:

  • Juara 1: Mishima Boy (alias Myboy)
  • Juara 2: Jaka
  • Juara 3: KenKen
  • Juara 4: Bigetron | M45T4Z
  • Juara 5: RBX | ReVerse
  • Juara 5: Shomus
  • Juara 7: BAxDamast
  • Juara 7: KMPT | Kokushi_Moshou

-

Meski disebut-sebut sebagai rivalitas, dan pada praktiknya memang melibatkan adu bogem virtual, kompetisi fighting game sejatinya merupakan tempat untuk menjalin persahabatan. Di sini para pemain diajarkan untuk saling menghormati, terus mengembangkan diri, dan bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki kecintaan terhadap hobi yang sama. Kompetisi seperti CSF 2019 Surabaya ini pun pasti akan lebih mempererat persaudaraan antara komunitas Tekken di Surabaya dengan komunitas Tekken di Malang.

Bila Anda tertarik untuk bergabung, atau ingin mengikuti kabar terbaru seputar komunitas Drop The Cap, Anda bisa mengunjungi jalur media sosial mereka di Facebook dan Instagram. Jangan lupa juga untuk terus memantau Hybrid.co.id untuk berita terbaru seputar fighting game di Indonesia. Salam esports!