NFT identik dengan karya seni digital. Namun bagi startup lokal Artopologi, NFT juga bisa menjadi komponen pelengkap untuk karya seni fisik. Idenya adalah, dengan memanfaatkan integrasi jaringan blockchain dan NFT, suatu karya seni fisik dapat selalu dijamin keasliannya.
Oleh pendirinya, Intan Wibisono, Artopologi dideskripsikan sebagai pasar seni terkurasi yang terintegrasi dengan blockchain. Karya seni fisik yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada lukisan saja, tetapi juga bentuk-bentuk lain seperti patung, instalasi, hingga bahkan seni pertunjukan. Semuanya diperdagangkan melalui platform Artopologi, dengan sertifikat keaslian yang disertakan dalam bentuk NFT.
Sebelum kita salah tangkap, Artopologi bukanlah sebuah marketplace NFT. Peran NFT di sini tidak lebih dari sebatas penanda akan keaslian suatu karya seni fisik, serta untuk memastikan bahwa pihak seniman dapat selalu menerima royalti setiap kali karyanya berpindah tangan di pasar sekunder. Sebagai lapisan proteksi ekstra, setiap karya seni fisik yang dijual di Artopologi juga akan mendapatkan stiker kode QR yang dapat dipindai untuk melihat sertifikat NFT-nya dan memverifikasi keasliannya.
Secara teknis, Artopologi menggunakan jaringan blockchain Polygon, dan pengguna platform diwajibkan untuk memiliki crypto wallet agar bisa menerima dan mentransfer sertifikat NFT. Pun demikian, semua transaksinya sendiri dilakukan menggunakan mata uang rupiah, termasuk halnya untuk pembayaran royalti. Pihak yang bisa memperdagangkan karyanya di Artopologi juga tidak terbatas pada seniman independen maupun galeri yang mewakili seniman saja, melainkan juga para kolektor yang tertarik menjual koleksi pribadinya.
Kalau melihat situs Artopologi, saat ini sudah ada sekitar 80 karya seni fisik yang diperdagangkan. Harganya sendiri cukup bervariasi, mulai dari satu jutaan sampai yang sudah berada di kisaran ratusan juta rupiah. Selain marketplace karya seni fisik, Artopologi juga menyediakan layanan Art Advisory bagi yang membutuhkan konsultasi dalam pencarian karya seni yang representatif.
Baru-baru ini, Artopologi juga menggelar pagelaran seni bertajuk Rekam Masa, yang masih berlangsung hingga 6 November mendatang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Dari sisi perusahaannya sendiri, DailySocial melaporkan bahwa Artopologi sudah menerima pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Ideosource, tapi dengan nominal yang dirahasiakan.