11 October 2021

by Galih

Ubisoft Jadi Perusahaan Game Paling Dibenci di Twitter dalam Riset Terbaru

Perusahaan asal Perancis ini bahkan dibenci di 23 negara.

Ketika mendengar kata-kata perusahaan game paling dibenci di dunia banyak gamer mungkin akan menunjukkan jarinya kepada Electronic Art (EA). Predikat tersebut memang melekat cukup lama pada EA, namun kelihatannya hal tersebut berubah tahun ini. Karena pada riset terbaru yang dilakukan RAVE Reviews menunjukkan bahwa perusahaan game yang paling dibenci saat ini bukan lagi EA melainkan Ubisoft.

Riset yang dilakukan oleh RAVE Reviews diambil secara spesifik melalui para pengguna Twitter dengan memanfaatkan program bernama SentiStrength. Program ini mampu menganalisa serta mensortir jutaan cuitan di Twitter berdasarkan reaksi positif dan negatif atas satu topik dan menarik persentasenya.

RAVE Reviews juga membagi hasil surveinya tersebut ke beberapa kategori seperti merek global terbesar secara keseluruhan, makanan cepat saji, raksasa teknologi, dan juga video game. Selain dibagi ke dalam kategori, hasil survei tersebut juga dibagi berdasarkan negara.

Image Credit: RAVE Review

Hasilnya menunjukkan Ubisoft menjadi perusahaan gaming paling dibenci di 23 negara termasuk Indonesia. Persentasenya sendiri mencapai 83,3% yang berarti hampir semua gamer Indonesia yang tercatat dalam pendataan tersebut membenci pengembang seri Assassin's Creed ini.

Selain Ubisoft, peringkat kedua perusahaan yang paling dibenci di dunia diperoleh Capcom yang dibenci di 9 negara. Diikuti oleh pengembang game-game Pokemon, Game Freak yang dibenci di 4 negara, Konami yang dibenci di tiga negara, dan Activision yang dibenci di dua negara.

Image Credit: RAVE Review

Fakta mengejutkan lain dari hasil survei RAVE Review tersebut adalah Sony menjadi merek global yang paling dibenci di seluruh dunia di 10 negara. Microsoft menjadi raksasa teknologi yang paling dibenci dengan 22 negara. Dan Game Freak lagi-lagi menorehkan prestasi dengan dibenci 100% di Kanada.

Cukup mengejutkan bahwa EA bahkan tidak masuk ke dalam hasil survei ini, yang membuat riset ini menjadi sedikit diragukan akurasinya. Apalagi data yang diambil hanya sebatas cuitan yang dapat dibombardir oleh satu orang yang sama. Namun setidaknya hasil survei ini dapat menjadi pelajaran bagi para perusahaan game terutama Ubisoft yang ternyata cukup dibenci di banyak negara.