Dark
Light

Persiapan OG Menghadapi The International

4 mins read
October 12, 2022

The International, turnamen esports Dota 2 tahunan paling bergengsi, dihelat pada Oktober 2022. Tim-tim Dota 2 terbaik di dunia akan bertanding untuk memperebutkan Aegis of Champions dan juga hadiah berupa uang. Dari belasan tim yang berlaga di TI, OG menjadi salah satu tim yang menarik perhatian banyak fans. Minggu lalu, para anggota tim OG mengadakan wawancara dengan media, membahas tentang persiapan mereka dalam menghadapi The International.

Persiapan Tim OG

Tahun ini, The International akan digelar di Singapura. Sebagai bagian dari persiapan untuk menghadapi kompetisi itu, tim OG mengadakan bootcamp di Johor Bahru, Malaysia. Kapten OG, Mikhail “Misha” Agatov menceritakan tentang rutinitas tim dalam berlatih.

“Kami semua bangun pada pukul 10 pagi, layaknya anak baik,” kata Misha. Dia menjelaskan, timnya harus bangun pagi demi menyesuaikan diri dengan jadwal pertandingan di Singapura. “Setiap hari, kami memainkan enam scrims. Dan kami semua menikmati latihan ini.”

Tim OG melakukan bootcamp di Malaysia.

Misha sadar, OG merupakan salah satu tim favorit. Meskipun begitu, dia dan timnya tidak ingin membebani diri mereka sendiri dengan ekspektasi media dan masyarakat luas. “Kami hanya ingin memberikan game terbaik kami,” ujarnya. “All this noise, it doesn’t give us advantage over other teams. Kami tetap harus bekerja super keras.”

Ketika ditanya tentang tim yang OG paling ingin hadapi di The International, mereka menjawab: Team Liquid. Mereka mengaku, mereka ingin bertemu dengan Team Liquid di babak grand final. Memang, sebelum ini, OG dan Team Liquid pernah bertemu di babak final The International 2019. Ketika itu, OG berhasil mengalahkan Liquid dengan nilai 3-1. Hanya saja, roster dari kedua tim itu kini sudah berubah.

Tak hanya sebagai turnamen Dota 2 paling bergengsi, selama ini, The International juga dikenal berkat prize pool-nya yang fantastis. Tahun lalu, total hadiah yang ditawarkan oleh The International mencapai lebih dari US$40 juta. Namun, tahun ini, untuk pertama kalinya, total hadiah The International tidak lebih dari prize pool tahun lalu.

Ketika ditanya tentang hal ini, Tommy “Taiga” Le mengatakan bahwa dia tidak terlalu memikirkan besar hadiah yang ditawarkan The International. Pasalnya, dia lebih ingin mendapatkan Aegis. “Uang itu hanya bonus,” ujarnya.

Tim Dota 2 dari OG.

Senada dengan Taiga, Misha mengatakan, bagi tim OG, The International sama seperti turnamen-turnamen lain yang pernah mereka ikuti. “Kami menganggap turnamen ini seperti turnamen biasa, tidak ada tekanan khusus,” kata Misha. “Kami akan mencoba untuk memberikan game Dota 2 terbaik kami. Tapi memang, kami juga memberikan extra effort dalam mempersiapkan diri.”

Misha menjelaskan, setelah scrims, timnya biasanya akan membahas tentang strategi dan metode yang bisa mereka gunakan untuk memperbaiki permainan mereka. “Kami memang mempersiapkan diri dengan lebih keras sebelum The International,” akunya. “Namun, saat turnamen sudah berjalan, kami hanya berusaha untuk menikmati permainan kami.”

Sekilas Sejarah Tim OG

Pada Oktober 2015, Johan “N0tail” Sundstein dan Tal “Fly” Aizik membuat tim yang dinamai (monkey) Business. Awalnya, keduanya merupakan pemain dari Heroes of Newerth, yang juga merupakan game MOBA. Kemudian, mereka mulai bermain Dota 2 untuk tim Fnatic. Lelah karena harus terus berganti tim, pada Agustus 2015, N0tail dan Fly memutuskan untuk membuat tim baru, yaitu (monkey) Business, lapor EarlyGame. Tim inilah yang akan jadi cikal bakal dari OG.

Sayangnya, tim (monkey) Business gagal untuk menorehkan prestasi apapun. Dua bulan setelah didirikan, tim tersebut dibubarkan. Namun, seluruh pemain Dota 2 dari tim itu tetap memutuskan untuk bermain di bawah nama OG. Saat itu, N0tail dan Fly percaya, jika mereka ingin sukses sebagai tim, mereka harus bisa mempertahankan roster mereka dalam waktu yang cukup lama sehingga para pemain bisa terbiasa dengan satu sama lain.

Fly dan N0tail. | Sumber: RedBull via EarlyGame

Pada awal berdiri, tim Dota 2 OG terdiri dari : N0tail, Fly, Amir “Miracle-” Al-Barkawi, Andreas Franck “Cr1t-” Nielsen, dan David “MoonMeander” Tan. Kombinasi pemain ini terbukti ampuh. Mereka berhasil memenangkan Frankfurt Major 2015 setelah mengalahkan Team Secret dengan skor 3-1. Mereka juga ada di peringkat perrtama di DreamLeague Season 4.

Setelah dua kemenangan tersebut, tim OG sempat menjadistagnan selama beberapa bulan. Kabar baiknya, mereka kembali sukses dengan memenangkan DreamLeague Season 5, The Manila Major 2016, dan ESL Frankfurt 2016. Setelah memenangkan semua turnamen tersebut, OG pun mendapatkan tiket untuk bertanding di The International 2016.

Di TI 2016, OG mendominasi fase group stage. Sayangnya, mereka harus kalah dari MVP Phoenix di Upper Bracket. Di Lower Bracket, mereka kembali kalah dari TNC Pro Team. Akhirnya, tim OG pun terdepak keluar dari TI 2016 dan harus puas dengan peringkat 9-12.

Tidak puas dengan peforma mereka di TI 2016, OG memutuskan untuk mengganti anggota tim. Cr1t- dan Miracle- pergi dari tim, sementara MoonMeander juga dikeluarkan. Ketiganya digantikan oleh Gustav “s4” Magnusson (mantan pemain Alliance), Jesse “Jerax” Vainikka (mantan pemain Team Liquid), and Anathan “ana” Pham.

Jesse “Jerax” Vainikka. | Sumber: X Games

Dengan roster baru, OG berhasil memenangkan Boston Major 2016. Dengan ini, mereka menjadi tim pertama yang dapat mempertahankan gelar juara dalam turnamen Major di Dota 2. Tak berhenti sampai di situ, OG juga memenangkan Kiev Major 2017. Sayangnya, setelah itu, OG terbentur masalah. Di Epicenter 2017, mereka bahkan gagal lolos dari group stage.

Performa OG di The International 2017 juga tidak sebaik yang diharapkan. Mereka memang berhasil lolos dari fase group stage ke Lower Bracket. Namun, LGD Gaming mengalahkan mereka di ronde ke-3. Alhasil, OG hanya dapat meraih peringkat 7-8 di TI 2017.

Di awal musim 2017/2018, ana memutuskan untuk rehat dari Dota 2. Posisinya di OG digantikan oleh Roman “Resolut1on” Fominok. Di musim ini, performa OG cukup buruk. Mereka gagal untuk lolos babak kualifikasi dari tiga kompetisi. Performa mereka di ESL One Katowice 2018 dan Bucharest Major juga kurang memuaskan. Seolah hal itu tidak cukup buruk, Resolut1on memutuskan untuk pergi. Dia digantikan oleh Sebastien “7ckngMad” Debs, yang kini dikenal dengan nama Ceb.

Sebastian “Ceb” Debs. | Sumber: Liquipedia

Masalahnya, karena OG mendadak mengganti anggota tim mereka, mereka tidak bisa mendapatkan undangan langsung ke The International 2018. Alhasil, mereka harus melalui jalur turnamen Open Qualifiers untuk bisa bertanding di The International. Menariknya, walau di TI 2018 OG tidak dianggap sebagai tim favorit — sebaliknya, mereka dilihat sebagai underdog — mereka justru berhasil memenangkan Aegis of Championas.

Selain menjadi juara The International 2018, OG juga dapat mengalahkan Evil Geniuses di turnamen tersebut. OG memiliki hubungan yang buruk dengan Evil Geniuses karena Fly memutuskan untuk keluar dari OG dan bergabung dengan tim Amerika Utara itu. Saat pergi, Fly juga mengajak s4. Dan Fly memilih untuk keluar beberapa jam sebelum China Dota 2 Super Major. Dengan begitu, mau tidak mau, OG pun harus mundur dari turnamen itu, karena mereka kehilangan dua pemain.

Pada 2019, OG kembali berlaga di The International dan menang. Hal ini membuat tim tersebut menjadi tim pertama yang dapat memenangkan The International dua kali berturut-turut.

Xiaomi Redmi A1
Previous Story

Xiaomi Redmi A1 Adalah Smartphone Android Go, Lebih Murah Dari Redmi 10A?

NFT
Next Story

10 Jenis NFT yang Perlu Anda Ketahui

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan
Dota 2 10th anniversary

Rayakan 10 Tahun, Dota 2 Rilis Seri Kosmetik Ikonik Sepanjang Sejarah

Setelah dinantikan sekian lama, Dota 2 akhirnya merilis update untuk