Perjalanan Panjang Bebo dari Jejaring Sosial Hingga Jadi Bagian Twitch Rivals

Twitch dikabarkan baru saja mengakuisisi Bebo dengan nilai transaksi US$25 juta.

Nama Bebo mungkin tidak begitu dikenal di Indonesia, tapi di Amerika Serikat, masyarakat mengenalnya sebagai salah satu media sosial yang cukup populer lebih dari satu dekade lalu. Didirikan oleh suami istri Michel Birch dan Xochi Birch pada tahun 2005, nama Bebo muncul sebagai singkatan dari kalimat “Blog Early, Blog Often”, dan sempat bersaing dengan situs-situs jejaring sosial besar pada zamannya seperti Friendster, hi5, dan MySpace.

Dengan lebih dari 10 juta pengguna terdaftar, Bebo pernah menjadi situs jejaring sosial nomor satu di Inggris Raya. Popularitas ini kemudian berujung pada akuisisi Bebo oleh AOL dengan nilai yang cukup fantastis, yaitu US$850 juta pada tahun 2008. Sayangnya Bebo (seperti banyak situs jejaring sosial lainnya) tidak berhasil mempertahankan momentum hingga harus tergeser oleh Facebook dan Twitter yang melejit kencang.

AOL kemudian menjual Bebo ke perusahaan lain, yaitu Criterion Capital, dengan harga jauh lebih rendah di US$25 juta saja. Tapi meski sudah berganti kepemilikan, Bebo tetap tidak berhasil menemukan pijakan dan bangkrut. Masih belum menyerah, keluarga Birches kemudian membeli kembali hak atas perusahaan Bebo seharga US$1 juta dan melakukan perombakan besar.

Tampilan media sosial Bebo | Sumber: pravc.ru

Bebo beralih menjadi perusahaan aplikasi dengan produk video messaging bernama Blab di tahun 2014. Sayangnya aplikasi ini pun gagal di pasaran dan tutup pada tahun 2016. Sekitar waktu yang sama, Bebo sempat muncul kembali sebagai aplikasi pengiriman pesan, tapi itu pun tidak begitu populer.

Pada titik inilah Bebo mulai bersentuhan dengan dunia esports. Sadar bahwa ada potensi besar di industri esports, Bebo mulai menciptakan aplikasi streaming untuk para pemain esports. Sayangnya aplikasi ini pun gagal meraih popularitas, kalah oleh beberapa saingan berat seperti OBS dan Xsplit. Sempat mencoba berbagai ide monetisasi, Bebo akhirnya mentok dan memutuskan untuk mengakhiri layanan mereka.

Akan tetapi Bebo tetap menolak untuk mati. Ketika mereka sedang mengembangkan aplikasi streaming, ada sebuah ide kecil yang ternyata cukup sukses: mengadakan turnamen untuk para streamer. Ide yang awalnya hanya kegiatan sampingan ini ternyata mendatangkan banyak peminat. Selama dua bulan saja, Bebo telah mengadakan lebih dari 100 turnamen, dengan lebih dari 10.000 streamer berpartisipasi, mendatangkan lebih dari 5 juta viewer, dan memberikan uang hadiah lebih dari US$50.000. Tim Bebo pun kemudian berpikir, daripada meneruskan persaingan yang jelas tak bisa dimenangkan, mengapa tidak fokus pada hal yang berhasil mereka lakukan saja?

Tampilan aplikasi streaming Bebo | Sumber: The Drum

Bebo pun melakukan pivot menjadi organizer turnamen secara penuh sejak bulan Oktober 2018. Sejak saat itu Bebo terus beroperasi meski secara low profile, dan kini mereka masuk ke babak baru dari perjalanan panjang yang penuh lika-liku ini. Dalam laporannya pada tanggal 18 Juni 2019, TechCrunch menyatakan bahwa Bebo telah diakuisisi oleh Twitch.

Ada yang menarik dari akuisisi ini, yaitu bahwa ternyata Twitch bukan satu-satunya pihak yang menaruh minat terhadap Bebo. Setidaknya ada dua perusahaan lain yang juga ingin mengakuisisi Bebo, yaitu Discord dan Facebook. Namun Twitch keluar sebagai pemenang dengan nilai tawaran paling tinggi senilai US$25 juta. Sementara menurut sumber TechCrunch, Facebook hanya memberi tawaran senilai US$20 juta.

Ketiga perusahaan peminat itu belakangan ini memang sedang bersemangat mengembangkan inisiatif di bidang esports. Tapi mungkin Twitch adalah partner yang paling tepat untuk Bebo, sebab mereka sudah memiliki program esports yang bertajuk Twitch Rivals. Mirip seperti model bisnis Bebo setelah pivot terakhir, Twitch Rivals juga menyediakan wadah bagi para streamer untuk berkompetisi. Setelah akuisisi ini, Twitch akan memanfaatkan teknologi serta sumber daya manusia yang dimiliki oleh Bebo untuk mengembangkan Twitch Rivals lebih jauh lagi.

Salah satu kompetisi yang digelar Twitch Rivals baru-baru ini | Sumber: Twitch Esports

Twitch Rivals saat ini sudah memiliki kompetisi di jumlah cabang esports yang cukup besar, mulai dari Dota 2, Apex Legends, Rainbow Six: Siege, PlayerUnknown’s Battlegrounds, Hearthstone, dan banyak lagi. Beberapa waktu lalu bahkan mereka menggelar kompetisi yang cukup nyeleneh, yaitu kompetisi Stardew Valley. Di sisi lain, Amazon yang merupakan induk perusahaan Twitch juga sempat dikabarkan tengah mengembangkan layanan game streaming baru. Bagaimana Twitch memanfaatkan semua ini, dan sebesar apa dampaknya untuk industri esports? Kita belum bisa memastikan, namun apa yang dipersiapkan Twitch tampaknya akan menjadi sebuah kejutan menarik.

Sumber: TechCrunch, Esports Insider