Peran Developer Game di Metaverse

Metaverse dipercaya akan dibuat menggunakan game engine, yang biasa digunakan oleh developer game

Metaverse jadi salah satu topik yang dibahas dalam Consumer Electronics Show (CES) 2023. Dalam salah satu diskusi panel, para pembicara menjelaskan tentang bagaimana developer game akan punya peran penting dalam mengembangkan metaverse. Pada saat yang sama, survei dari GDC menunjukkan bahwa ada cukup banyak developer game yang tidak lagi bergairah dengan potensi metaverse.

Pentingnya Developer Game Dalam Pembuatan Metaverse

Menurut VP Metaverse Content, Meta, Jason Rubin, animasi 3D dari metaverse akan dibuat menggunakan game engine. Dan developer game merupakan pihak yang paling tahu tentang cara untuk memaksimalkan potensi game engine. Karena itulah, developer game akan menjadi kunci di balik pembuatan metaverse.

Sementara itu, Jeri Ellsworth, CEO dari Tilt Five justru menganggap, industri game telah menghasilkan beragam teknologi inovatif yang juga bisa digunakan dalam industri lain. Memang, selama ini, teknologi dalam game juga bisa digunakan di berbagai industri lain, mulai dari film, edukasi, kesehatan, sampai militer.

Produk dari Tilt Five. | Sumber: Kickstarter

"Salah satu alasan mengapa industri game bisa menciptakan berbagai teknologi inovatif adalah karena sesuatu yang fun dapat memukau lebih banyak orang daripada aplikasi produktivitas," kata Ellsworth, dikutip dari VentureBeat.

"Ketika saya masih harus mendesain mainan, saya diajarkan bahwa selama mainan itu menyenangkan untuk dimainkan, maka orang-orang tidak akan peduli akan teknologi yang digunakan di balik mainan tersebut."

Ellsworth mengungkap, filosofi itu juga diadopsi di Tilt Five, perusahaan pembuat kacamata AR. Melalui kacamata AR, Tilt Five ingin menggabungkan teknologi AR dengan tabletop game. Selain itu, produk Tilt Five juga memungkinkan para gamers untuk bermain dengan pemain yang ada di tempat lain.

Jika Tilt Five ingin membawa teknologi AR ke tabletop game, Holoride fokus untuk  membuat aplikasi dan game VR yang bisa dimanfaatkan di mobil. CEO Holoride, Nils Wollny menjelaskan, aplikasi dan games yang mereka buat didesain untuk menghilangkan kebosanan penumpang mobil dalam perjalanan.

"Menggunakan smartphone, Anda bisa memainkan game dalam keadaan apapun, walau Anda tidak memiliki banyak waktu untuk bermain," kata Wollny. "Bermain game dapat meringankan beban pikiran yang terakumulasi sepanjang hari."

Dirk Lueth merupakan co-founder dari Upland. | Sumber; Zipmex

Sementara Dirk Lueth percaya, teknologi Web3 memungkinkan gamers untuk memiliki aset visual. Selain itu, teknologi Web3 juga akan membuka kesempatan bagi gamers untuk membuat aplikasi metaverse mereka sendiri, tanpa harus menggantungkan diri pada platform metaverse buatan perusahaan besar.  Lueth merupakan ahli ekonomi dan co-founder dari Upland. Layanan dari Upland memungkinkan seseorang untuk membeli tanah secara virtual dan di dunia nyata.

Pendekatan yang diambil oleh Area 15 berbeda. Mereka justru ingin membawa metaverse ke dalam dunia nyata. Untuk itu, mereka menampilkan light show, menggunakan teknologi dan proyektor demi. CTO Area 15, Mark Stutzman mengungkap, apa yang Area 15 ingin lakukan adalah membuat teknologi yang dapat menampilkan dunia virtual interaktif di atas dunia nyata. Dia menambahkan, pada akhirnya, platform dan produk metaverse yang sukses akan ditentukan pada penerimaan masyarakat.

Rasa Pesimistis Para Developer

Menariknya, ada banyak developer game kurang tertarik dengan metaverse, berdasarkan survei dari Game Developers Conference (GDC). Buktinya, ketika ditanya platform metaverse yang punya kemungkinan besar untuk suses, sebanyak 45% developer memilih untuk tidak menjawab.

Mereka bahkan menganggap, konsep metaverse tidak akan bisa direalisasikan. Bagi developer-developer game tersebut, ada beberapa hal yang membuat mereka menganggap, metaverse tidak akan menjadi nyata.

Salah satu alasan mengapa para developer pesimistis dengan metaverse adalah karena tidak adanya definisi yang jelas akan metaverse itu sendiri. Baik perusahaan yang menggaungkan akan metaverse ataupun konsumen tidak ada yang tahu apa itu metaverse.

Alasan lain yang membuat developer pesimistis adalah karena hardware VR -- yang dibutuhkan untuk untuk memasuki metaverse -- masih cenderung mahal. Tak hanya itu, walaupun teknologi AR/VR sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dua dekade lalu, teknologi ini masih belum sempurna. Masih ada berbagai masalah yang ditemukan pada teknologi AR/VR saat ini, seperti waktu loading yang lama atau teks yang masih mengabur.

Meta Quest Pro VR. | Sumber: CNET

Tak hanya pada hardware, masalah juga muncul dari sisi game VR. Pasalnya, saat ini, belum ada standar yang jelas akan game VR. Setiap game VR menggunakan metode input yang bermacam-macam, yang menghasilkan pengalaman yang berbeda-beda pula.

Selain itu, game VR punya prioritas yang berbeda dari game AAA. Game VR cenderung fokus untuk membuat environment yang penuh dengan benda kecil yang interaktif. Sebagai perbandingan, game AAA biasanya justru fokus pada kualitas grafik, gameplay, jaringan, dan lain sebagainya.

Walau banyak developer game yang merasa pesimistis dengan masa depan metaverse, tidak begitu dengan konsumen. Menurut laporan Accenture, 55% dari 9 ribu responden merasa, metaverse akan membuka kesempatan baru dalam membuat dan memonetisasi konten. Tak hanya itu, 89% eksekutif di level C juga percaya, metaverse akan punya peran penting dalam pertumbuhan perusahaan mereka.

Namun, mengingat ketiadaan standar di industri metaverse saat ini, konsep metaverse ideal setiap orang juga berbeda-beda. Bagi Ellsworth, metaverse yang ideal adalah dunia virtual yang tidak dibatasi oleh perusahaan teknologi raksasa yang hanya ingin mendapatkan untung.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan teknologi besar seharusnya tidak terlalu agresif dalam menguasai metaverse, dunia virtual yang seharusnya bisa dinikmati oleh semua orang.

"Biarkan metaverse berubah dengan natural dan beri kesempatan pada konsumen untuk menentukan apa yang mereka inginkan," kata Ellsworth. Sementara menurut Lueth, binatang peliharaan akan punya peran besar dalam metaverse. Dia percaya, semua orang selalu ingin bersama dengan binatang peliharaan mereka, tidak peduli apakah mereka sedang di rumah, di kantor, atau sedang liburan. Terakhir, Wollny ingin melihat metaverse yang bisa diakses ketika orang-oran sedang dalam perjalanan.

Sumber header: Holoride