Pentingnya Diversifikasi Sumber Pemasukan untuk Organisasi Esports

Saat ini, sumber pemasukan utama bagi organisasi esports adalah sponsorship

Dalam beberapa tahun belakangan, jumlah penonton esports terus bertambah. Seiring dengan itu, industri esports pun menjadi semakin besar. Keinginan untuk menjadi pemain profesional pun tak lagi merupakan mimpi di siang bolong.

Bahkan, selama pandemi, industri esports masih tetap bisa bertahan. Hanya saja, sekarang, tampaknya pelaku industri esports harus siap menghadapi masalah baru: potensi resesi dan berkurangnya budget iklan dari para advertisers. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisasi esports bisa melakukan diversifikasi sumber pemasukan mereka.

Tantangan yang akan Muncul

Selama pandemi, viewership dari konten esports justru mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena sebagian fans olahraga beralih ke esports ketika kompetisi olahraga harus ditunda atau bahkan dibatalkan.

Namun, saat pandemi telah mulai teratasi, viewershipdari konten esports mulai menunjukkan penurunan. Sudah bisa diduga, hal ini akan menyebabkan masalah bagi pelaku industri esports, khususnya organisasi esports.

Selain turunnya viewership, masalah lain yang akan dihadapi oleh pelaku industri esports adalah keadaan ekonomi global yang kurang baik. Dihadapkan pada potensi resesi, perusahaan-perusahaan memutuskan untuk memangkas budget untuk iklan.

Jika dana untuk iklan turun, maka persaingan demi mendapatkan iklan pun menjadi semakin ketat. Dampak negatif dari hal ini akan sangat dirasakan oleh organisasi esports, yang sebagian besar pemasukannya berasal dari sponsorship.

 

Iklan masih jadi sumber pemasukan industri esports yang utama. |{ Sumber: Esports.net

Seolah hal itu tidak cukup buruk, advertisers bukan satu-satunya pihak yang akan menekan dana iklan mereka. Ryan Fitzpatrick, SVP Stragey, Vindex mengungkapkan bahwa para publishers juga akan melakukan hal yang sama dan mengurangi dana spending mereka.

"Semua pihak yang mendapatkan investasi dari venture capital diminta untuk memberikan laporan yang lebih lengkap tentang bagaimana mereka menghabiskan uang yang mereka dapatkan," kata Fitzpatrick pada VentureBeat. "Kali ini, fokus VC adalah untuk menumbuhkan perusahaan dengan hati-hati dan tidak memaksa pertumbuhan tanpa memikirkan konsekuensinya."

Menyadari bahwa perusahaan-perusahaan mulai menekan dana untuk iklan, organisasi esports pun berusaha untuk mengefisiensikan biaya operasional mereka. "Kami sadar akan tren yang muncul di skena esports dari game-game yang kami tekuni. Biaya pertama yang akan dipotong adalah gaji para pemain," kata CEO Gen.G, Arnold Hur.

"Era hype esports telah usai. Dan sekarang, orang-orang tidak lagi berusaha untuk membangun bisnis yang terlalu besar. Sebagai gantinya, mereka membuat bisnis dengan ukuran yang tepat."

Mengatasi Masalah dengan Diversifikasi Sumber Pemasukan

Saat hendak melakukan investasi, idealnya, seseorang tidak hanya memasukkan dananya di satu tempat. Logika yang sama juga bisa diaplikasikan untuk perusahaan. Sebaiknya, perusahaan memiliki lebih dari satu sumber pemasukan. Dengan begitu, ketika satu sumber pemasukan tersendat, perusahaan masih akan bisa bertahan dengan sumber pemasukan yang lain.

Menurut Forbes, diversifikasi sumber pemasukan bisa dilakukan ketika sebuah perusahaan menawarkan lebih dari satu produk atau layanan. Dalam kasus organisasi esports, sponsorship memang merupakan sumber pemasukan utama mereka. Namun, seperti yang sudah Hybrid.co.id bahas sebelumnya, organisasi esports punya beberapa sumber pemasukan lain, seperti hadiah turnamen, hasil penjualan merchandise, dan membuat konten atau mengadakan live streaming.

Mencari sumber pemasukan lain selain sponsorship, hal inilah yang dilakukan oleh FaZe Clan. Pada awalnya, organisasi esports asal Amerika Serikat itu hanya berisi para pemain Call of Duty yang senang untuk melakukan trick shots. Sekarang, mereka berhasil tumbuh menjadi organisasi esports global. Tak hanya itu, mereka juga berusaha untuk membangun reputasi sebagai lifestyle brand.

Selama bertahun-tahun, FaZe menjalin kerja sama dengan merek energy drinks, seperti Gfuel. Pada Mei 2022, mereka juga mengumumkan bahwa mereka punya rekan energy drink baru, yaitu Ghost. Tak hanya itu, FaZe juga memiliki kontrak kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari klub sepak bola sampai perusahaan fast food. Mereka bahkan menjalin kerja sama dengan DoorDash untuk membangun delivery brand.

DoorDash merupakan salah satu rekan FaZe Clan. | Sumber: Sports Business Journal

FaZe juga menjual pakaian dan merchandise untuk para fans. Selain itu, mereka mencoba untuk membuat konten live premium di Twitch. Sebelum ini, mereka juga pernah tertarik untuk membuat cinematic universe. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan Adam Goodman, pria yang memimpin Invisible Narratives, studio konten digital. Kemampuan FaZe untuk menawarkan berbagai produk dan konten di luar esports menjadi kekuatan mereka untuk bertahan di masa depan.

"Saya rasa, nanti, kita mungkin harus menutup beberapa tim," kata Erik Anderson, Head of Esports, FaZe Clan. "Salah satu keunggulan kami, kami cukup fleksibel. Kami tidak terjebak dalam kompetisi esports dengan sistem franchise. Kami juga tidak pernah punya strategi bisnis seperti kebanyakan organisasi esports. Di sisi esports, kami bisa melakukan pivot dengan cepat."

Jika FaZe Clan melakukan diversifikasi pemasukan dengan melakukan streaming dan menjual pakaian, Gen.G punya cara yang berbeda. Selain membangun tim esports yang tangguh, Gen.G juga fokus untuk mengadakan program edukasi dan beasiswa esports. Hur mengklaim, sekolah gaming Gen.G kini merupakan yang paling besar di Asia.

Gen.G Academy.

"Sekolah gaming kami memiliki konsep serupa dengan soccer camp. Lebih dari 10 ribu orang tua telah mendaftarkan anak mereka ke sekolah gaming kami untuk belajar tentang cara bermain bersama tim," ungkap Hur. Program sekolah gaming ini tidak hanya menjadi sumber pemasukan ekstra bagi Gen.G, ia juga membantu mereka untuk mencari talenta baru, baik sebagai pemain maupun sebagai staf.

Di Indonesia, RRQ merupakan salah satu organisasi esports yang menawarkan edukasi esports. Melalui program RRQ Academy, organisasi esports itu tidak hanya memberikan kesempatan pada fans esports untuk meningkatkan kemampuan bermain mereka, program itu juga bisa menjadi cara untuk mencari talenta esports baru.

Sumber header: Esports Observer