Terlepas dari statusnya sebagai pencipta Pokemon GO, Niantic rupanya terus mengalami isu finansial. Setelah melakukan PHK massal terhadap sekitar 90 karyawan tahun lalu, Niantic kembali harus mengambil keputusan yang sama. Malahan, jumlah korbannya kali ini jauh lebih banyak, yakni 230 orang.
Kabar ini disampaikan langsung oleh CEO Niantic, John Hanke, lewat sebuah email ke seluruh karyawan. Selain merumahkan 230 karyawan, Niantic juga akan menutup studionya di Los Angeles. NBA All-World, game AR yang baru Niantic rilis Januari lalu, juga akan diberhentikan, demikian pula pengembangan untuk game AR lain yang berjudul Marvel: World of Heroes.
Dalam penjelasannya, Niantic memakai alasan yang sejatinya sudah menjadi alasan klise bagi ratusan perusahaan teknologi lain yang melakukan PHK massal selama setahun terakhir — bahwa mereka merekrut terlalu banyak demi mengantisipasi lonjakan pertumbuhan selama pandemi, dan sekarang harus melakukan restrukturisasi dikarenakan pemasukan yang datang sudah tidak lagi sederas di masa pandemi.
Niantic juga sempat menyinggung soal performa proyek game baru mereka yang tidak sesuai harapan. NBA All-World tentu adalah salah satunya, sedangkan contoh lain bisa jadi adalah Peridot, game AR sekaligus IP baru Niantic yang resmi dirilis Mei lalu. Mengutip data dari Sensor Tower, TechCrunch melaporkan bahwa Peridot sejauh ini baru mendatangkan pemasukan kotor sebesar $1,4 juta saja.
Terlepas dari inovasi yang Peridot hadirkan, rupanya banyak pemain yang dibuat kecewa oleh sistem monetisasinya. Untuk mendapatkan sebuah makhluk baru misalnya, pemain harus lebih dulu membeli sebuah in-game item di Peridot. Ini juga berlaku apabila mereka ingin peliharaan barunya memiliki motif bulu atau penampilan yang unik.
Lalu bagaimana nasib Pokémon GO? Game yang satu ini tentu masih menjadi mesin uang bagi Niantic, akan tetapi pemasukannya belakangan cenderung menurun. Berdasarkan data yang dikumpulkan Sensor Tower, Pokémon GO mendatangkan rata-rata pemasukan per bulan sebesar $70 juta dalam periode Juli 2022 sampai Maret 2023. Namun dalam tiga bulan terakhir, angkanya turun menjadi $53 juta per bulan.
Di luar Peridot dan Pokémon GO, Niantic masih optimistis terhadap dua proyek game lainnya, yakni Pikmin Bloom dan Monster Hunter Now. Niantic juga mengungkapkan rencananya untuk lebih berfokus pada segmen kacamata AR dan mixed reality (MR). Jadi jangan kaget kalau nanti kita bakal melihat sebuah karya inovatif dari Niantic di perangkat seperti Apple Vision Pro.
Tidak melulu game, bisnis Niantic juga mencakup platform teknologi bernama Lightship yang dilisensikan ke developer lain. Niantic percaya diri bahwa Lightship bakal menjadi solusi lintas platform yang ideal untuk mengembangkan konten AR dan MR ke depannya.