EVO Japan 2019 telah berakhir, mengembalikan Yusuke Momochi ke takhtanya sebagai jawara Street Fighter dunia. Meski bukan merupakan ajang EVO utama yang digelar di Las Vegas, EVO Japan tetap menghadirkan pertarungan-pertarungan level tinggi yang seru. Lebih menarik lagi adalah bahwa ajang ini dihadiri oleh pemain-pemain yang biasanya tak bisa hadir di EVO Las Vegas, seperti juara Tekken 7 EVO Japan 2019 yaitu Arslan Ash dari Pakistan.
Antusiasme EVO Japan juga tinggi di kalangan penggemar fighting game Indonesia. Beberapa di antara mereka bahkan rela terbang ke negeri sakura, bukan hanya untuk menonton pertandingan secara langsung tapi juga untuk ikut bertanding. Seperti apa keseruan EVO Japan 2019 bila disaksikan dari dekat? Berikut ini cerita mereka.
Dari Tokyo menuju Fukuoka
Evolution Championship Series: Japan, alias EVO Japan, pertama kali digelar pada tahun 2018 lalu sebagai perpanjangan dari turnamen EVO yang ada di Las Vegas, Amerika Serikat. Keberadaan EVO Japan membuka peluang besar bagi para pecinta fighting game di Bumi belahan timur untuk berkompetisi di panggung internasional. Pasalnya, tidak semua orang punya cukup modal transportasi serta akomodasi ke Las Vegas, apalagi ada beberapa negara yang sulit untuk mendapatkan visa Amerika Serikat.
Tidak perlu khawatir juga level kompetisinya lebih rendah, karena brand EVO sendiri sudah sangat kuat sebagai wadah berkumpulnya petarung-petarung jago. Apalagi hadiah yang ditawarkan juga cukup besar. EVO Japan 2019 kali ini pun dihadiri oleh wajah-wajah populer dunia fighting game seperti Knee, Tokido, Ogawa, Kazunoko, dan masih banyak lagi lainnya.
EVO Japan 2018 dulu digelar di kota Tokyo, tepatnya di mal Sunshine City Ikebukuro. Namun EVO Japan 2019 sekarang digelar di kota Fukuoka yaitu di gedung Fukuoka Kokusai Center. Berjarak lebih dari 1.000 Km dari Tokyo, nama Fukuoka mungkin tidak begitu dikenal oleh para penggemar di luar Jepang. Tapi kota ini masih tergolong kota besar, dengan lokasinya yang berada di tepi pantai memberi nuansa wisata tersendiri.
Kontingen Indonesia yang berangkat ke EVO Japan 2019 terdiri dari Bram “buramu” Arman (co-founder Advance Guard) dan Rindradana “Kontoru” Rildo (founder ABUGET). Di lokasi, mereka sempat juga bertemu dengan sekelompok warga Indonesia lainnya, namun sayangnya mereka tidak sempat berbincang banyak. Christian “R-TecH” Samuel (atlet Alter Ego Esports) juga pada awalnya berencana berangkat, bahkan sudah mendapatkan tiket pesawat, tapi batal pergi karena suatu halangan.
Biaya yang dibutuhkan untuk menghadiri EVO Japan secara mandiri jelas jauh lebih murah daripada EVO Las Vegas. Menurut testimoni peserta yang pernah berangkat ke Las Vegas dari Malaysia, total biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 4.000 – 5.000 dolar Amerika (sekitar Rp56 – 70 juta). Tapi transportasi dan akomodasi ke EVO Japan bisa didapatkan dengan modal mulai Rp7 juta saja.
Tentu harga ini bisa lebih mahal tergantung dari jenis transportasi dan penginapan yang dipilih. Sebagai contoh, bila Anda mendapat tiket pulang pergi seharga Rp5 juta, dan hotel seharga Rp1 juta tiap malamnya, maka Anda butuh dana Rp11 juta untuk pergi lalu menginap selama enam malam. Yang jelas masih jauh lebih murah ketimbang terbang ke negeri Paman Sam.
Penyelenggaraan yang lebih rapi
Secara keseluruhan, skema acara EVO Japan 2019 tidak berubah banyak dari tahun sebelumnya. Namun tetap ada perbedaan dari segi fasilitas serta penyelenggaraan, sebagian lebih baik dan sebagian lebih buruk. Contohnya, EVO Japan 2018 menggunakan venue dengan dua hall berbeda, dengan dua lantai berbeda untuk turnamen yang termasuk official tournament. Tahun ini semua official tournament digelar di area yang sama.
Babak penyisihan tahun lalu memakan waktu hanya satu hari yaitu di hari Sabtu, namun tahun ini dibagi menjadi dua di hari Jumat dan Sabtu. Padahal jumlah game di official turnamen tahun lalu lebih banyak. Hebatnya, meski dengan waktu yang lebih singkat dan padat, penyelenggara EVO Japan 2018 bisa menjalankan turnamen dengan lebih efisien. Sementara di 2019, menunggu peralihan dari Winners’ Bracket ke Losers’ Bracket bisa makan waktu 3 – 4 jam.
Dari segi kenyamanan penonton, EVO Japan tahun 2018 maupun 2019 sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Tahun lalu lebih baik karena setiap game memiliki streaming station sendiri, sementara tahun ini hanya ada tiga stage untuk streaming sehingga setiap game harus ditayangkan bergantian. Tapi buruknya, tahun lalu pertandingan final digelar di tempat berbeda (Akihabara) dan tidak semua orang bisa menonton.
Tahun lalu, meski punya uang untuk membayar, hadirin tetap harus melalui semacam undian untuk menentukan apakah mereka boleh ikut menonton pertandingan final atau tidak. Kini sistem undian dihilangkan sehingga semua orang dapat menonton, dan acara final digelar di tempat yang sama dengan kualifikasi. Pada hari pertandingan final, area kualifikasi diubah menjadi bangku penonton, trik cukup cerdas untuk memfasilitasi jumlah penonton yang besar.
Kekurangan yang dari tahun lalu masih belum berubah yaitu staf penyelenggaranya yang hanya bisa bahasa Jepang. EVO Japan adalah event besar yang menarik penggemar dari berbagai penjuru dunia, jadi ini cukup menyulitkan bila ada hadirin yang tidak bisa berbahasa Jepang. Selain itu, EVO Japan tetap memiliki antrian yang mengular. Untungnya warga Jepang sangat rapi dalam mengantri.
Kompetisi, merchandise, dan pameran
EVO Japan adalah event independen, tidak seperti EVO Las Vegas yang biasanya masuk menjadi bagian dari rangkaian event lain (Tekken Word Tour, Capcom Pro Tour, dsb). Meski demikian, game ini tetap menawarkan hadiah yang cukup menarik. Malah, hadiah Tekken 7 di EVO Japan lebih tinggi daripada hadiah World Circuit Tekken World Tour Final. Berikut ini beberapa game yang dipertandingkan dan hadiahnya.
Tekken 7, Street Fighter V: Arcade Edition
- Juara 1: 1.500.000 Yen
- Juara 2: 600.000 Yen
- Juara 3: 300.000 Yen
- Juara 4: 180.000 Yen
- Juara 5: 12.000 Yen x 2 orang
- Juara 7: 9.000 Yen x 2 orang
BlazBlue Cross Tag Battle, The King of Fighters XIV, Soulcalibur VI, Guilty Gear Xrd REV 2
- Juara 1: 500.000 Yen
- Juara 2: 200.000 Yen
- Juara 3: 100.000 Yen
- Juara 4: 60.000 Yen
- Juara 5: 40.000 Yen x 2 orang
- Juara 7: 30.000 Yen x 2 orang
Deretan judul yang disebut di atas adalah game yang masuk ke official tournament. Selain itu, masih ada juga turnamen sampingan (side tournament) yang digelar oleh komunitas-komunitas fighting game. Side tournament itu meliputi banyak game, termasuk Dead or Alive 6, Dragon Ball FighterZ, Million Arthur: Arcana Blood, Street Fighter II, Capcom vs. SNK 2: Mark of the Millennium 2001, dan lain-lain.
Beberapa judul di dalam side tournament itu malah cukup nyeleneh, seperti turnamen Catherine: Full Body dan Pop’n Music yang sama-sama bukan fighting game. Karena semua ini bukan turnamen resmi, hadiahnya pun ala kadarnya saja, yaitu hanya berupa kaos polo eksklusif EVO Japan 2019 untuk peraih juara 1. Namun itu tidak mengurangi keseruan para penggemar game yang dilombakan.
Di samping pertandingan, EVO Japan 2019 juga menyajikan berbagai booth menarik, serta merchandise eksklusif dengan harga yang relatif mahal. Salah satunya yang cukup menarik adalah penjualan spare part untuk arcade stick yang merupakan produk buatan Indonesia. EVO Japan juga memiliki berbagai setup untuk mencoba beragam fighting game terbaru. Misalnya demo Kill la Kill: IF dan Street Fighter V: Type Arcade. Untuk game yang kedua ini rupanya masih memiliki bug, karena meskipun menggunakan empat kabinet yang terhubung dengan jaringan LAN, ternyata pertarungan masih mengalami lag cukup parah.
Mengadu nasib di negeri orang
Kontoru dan buramu sempat mengikuti turnamen untuk tiga game, yaitu Dragon Ball FighterZ, Street Fighter V: Arcade Edition, serta Tekken 7. Anda mungkin merasa aneh karena game sepopuler Dragon Ball FighterZ tidak masuk official tournament. Beberapa waktu lalu memang sempat ada kasus di mana pihak organizer EVO Japan tidak mendapat izin untuk menggelar turnamen karena masalah hak cipta.
buramu di sini ikut turnamen sekadar iseng saja dan memang bukan pemain Dragon Ball FighterZ tingkat advanced, jadi ia langsung gugur dengan mudah setelah kalah dua kali (Winners’ Bracket dan Loser’s Bracket). Di sisi lain, Kontoru adalah pemain Dragon Ball FighterZ yang berdedikasi. Sepak terjangnya di turnamen ini cukup seru:
- Winners’ Bracket: Kontoru vs Setsuo. Setsuo adalah pemain asal Jepang yang tangguh dan rapi dalam permainan. Kontoru pun mengakui bahwa Setsuo sangat kuat, tapi mungkin karena faktor turnamen ia jadi grogi. Kontoru menang dengan skor 2-0.
- Winners’ Bracket: Kontoru vs Bunzo. Sebelum bertarung dengan Bunzo, Kontoru sudah terintimidasi oleh lawannya karena melihat baju yang ia gunakan. Bukan sembarang baju, Bunzo mengenakan baju yang menunjukkan bahwa ia pernah meraih Top 8 di turnamen Dragon Ball FighterZ World Tour Saga. Kontoru hanya bisa pasrah kepada Yang Maha Kuasa.
- Losers’ Bracket: Kontoru vs Onaha. Meski terlempar ke Loser’s Bracket, perjuangan Kontoru belum berakhir. Ia berhasil menang dengan skor 2-1.
- Losers’ Semi Final: Kontoru vs Setsuo. Bertemu kembali dengan lawan pertamanya, terlihat bahwa Setsuo kini sudah dalam kondisi yang lebih sigap. Kontoru harus menerima kekalahan dengan skor 1-2, karena memang lawannya terbukti tangguh.
Sayangnya turnamen Street Fighter V: Arcade Edition bertabrakan dengan turnamen Dragon Ball FighterZ. Meski hanya side tournament, Kontoru ingin lebih fokus pada Dragon Ball FighterZ, sehingga ia meninggalkan turnamen Street Fighter V. Sementara buramu tetap ikut, namun ia mengakui bahwa persiapannya jauh dari cukup.
Sehari sebelumnya buramu sempat mencoba bertanding melawan para pemain perofesional dari tim Atlas Bear, yaitu IamChuan dan GunFight. Ia langsung sadar bahwa perbedaan kemampuannya masih jauh sekali. Namun saat pertandingan, buramu masih sempat mencuri angka dari lawannya. Berikut ini perjuangan buramu:
- Winners’ Bracket: buramu vs Sakagami. Sakagami adalah pemain Balrog (Boxer) yang sangat rapi. Perbedaan kemampuan mereka berdua sangat jauh, ditambah buramu tidak familier dengan matchup lawannya. Ia harus menerima kekalahan dengan skor 2-0.
- Losers’ Bracket: buramu vs Kuraaken. Terjadi mirror match dengan karakter Urien, dan saat itu buramu sempat mendapatkan kemenangan. Tapi kemudian lawannya berganti karakter ke M. Bison (Dictator). Menurut buramu sebetulnya dari sisi skill ia bisa memberikan perlawanan, namun ia banyak melakukan kesalahan fatal sehingga harus kalah 2-1.
Kontoru kemudian kalah default di pertandingan pertama turnamen Tekken 7, karena saat turnamen berlangsung masih jam 10 pagi dan Kontoru baru saja berkumpul dalam keriaan bersama kawan-kawan komunitas fighting game dari Filipina dan Singapura. Namun ternyata lawannya juga tidak hadir, dan Kontoru beruntung karena ia maju ke pertandingan berikutnya.
Di pertandingan kedua Kontoru masih belum datang ke venue, sementara lawannya sudah hadir, sehingga Kontoru terlempar ke Losers’ Bracket. Pertandingan Loser’s Bracket digelar lebih siang, yaitu pukul 2 siang, sehingga Kontoru bisa mengikutinya. Di sini Kontoru sempat mengalahkan satu pemain yang bernama GEN1US, namun di pertandingan berikutnya kalah oleh takehara0729 yang mengandalkan Leo.
Di tempat lain, buramu berhasil menang mudah di pertandingan pertama Winners’ Bracket. Lawannya, Hanitaro, adalah pemain Armor King dari Jepang yang tidak membuat buramu kesulitan. Menurutnya di Indonesia pun banyak pemain yang lebih jago dari Hanitaro. Tapi kemudian sesuatu yang mengerikan terjadi.
Lawan kedua buramu di Winners’ Bracket adalah Arslan_Ash. Benar sekali, dia adalah pemain asal Pakistan yang pada akhirnya menjadi juara Tekken 7 EVO Japan 2019. buramu sudah kenal siapa lawannya, jadi ia hanya bisa pasrah “terbantai”. Kata buramu, bertarung melawan Arslan_Ash rasanya seperti melawan robot yang mainnya canggih sekali.
Di Loser’s Bracket, buramu menang satu pertandingan karena lawannya (SID) tidak hadir. Kemudian ia melawan cyberfoxz, pemain asal Thailand yang mengandalkan Hwoarang. Sama seperti Hanitaro, cyberfoxz masih kalah tangguh dibanding pemain-pemain Indonesia yang biasa dilawan buramu. buramu menang dengan skor 2-1.
Kemudian buramu melawan pemain Korea bernama Emperor of Night. Permainan Jin yang ditunjukkannya sudah selevel dengan pemain-pemain Tekken terbaik Indonesia, jadi buramu kalah 2-0 murni karena perbedaan keahlian. Dengan demikian berakhirlah sepak terjang kedua pemain Indonesia ini di EVO Japan 2019. Tapi masih ada satu orang lagi yang masih bertahan: SKIPAPAP.
Siapakah SKIPAPAP? Tidak ada yang kenal, namun yang jelas ia adalah orang Indonesia juga. Ia hadir di EVO Japan 2019 bersama beberapa orang temannya, tapi buramu dan Kontoru tidak sempat berkenalan dengan mereka.
SKIPAPAP memenangkan pertanding pertama di Winner’s Bracket, kemudian menang WO atas pemain profesional bernama Pekos. Berikutnya, ia berhadapan dengan JeonDDing, pemain profesional Tekken asal Korea Selatan yang terkenal mengandalkan Eddy dan Chloe. Pertandingan ini juga masuk ke dalam live streaming, sehingga banyak orang Indonesia terheran-heran siapa sebenarnya SKIPAPAP ini. Sayangnya SKIPAPAP kemudian gugur di Losers’ Bracket setelah kalah 2-0 dari General.
–
Demikian cerita tentang keseruan acara EVO Japan 2019 yang berlangsung beberapa waktu lalu. EVO Japan 2019 adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Di sini ada pertandingan, pameran, perbelanjaan, dan yang paling penting, ada komunitas fighting game dari berbagai belahan dunia. Jepang juga merupakan tujuan liburan yang menyenangkan, jadi ada banyak hal lain untuk dinikmati selain EVO Japan itu sendiri.
Ke depannya mudah-mudahan lebih banyak lagi pemain Indonesia yang bisa berangkat ke acara EVO Japan. Malah kalau bisa tidak hanya berangkat, tapi juga meraih prestasi. Maju terus fighting game Indonesia!
–
Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard.