Terlepas dari statusnya sebagai cryptocurrency sekaligus jaringan blockchain pertama, Bitcoin bukanlah nama yang orang-orang ingat pertama kali saat berbicara tentang NFT. Hal ini dikarenakan Bitcoin dari awal memang tidak didesain untuk mengadopsi fungsionalitas smart contract, berbeda dari Ethereum yang sejak awal memang dirancang untuk itu.
Kendati demikian, selama setidaknya sebulan terakhir, ranah NFT rupanya diramaikan oleh pembahasan mengenai NFT Bitcoin. Ya, Bitcoin sekarang punya ekosistem NFT sendiri, dan itu dimungkinkan berkat sebuah protokol bernama Ordinals.
Namun bagi yang mengikuti perkembangan Bitcoin sejak awal, mereka semestinya tahu bahwa NFT sudah eksis di Bitcoin jauh sebelum istilah “NFT” itu sendiri diciptakan. Buat yang kurang familier, mari menilik ceritanya secara singkat.
Sejarah singkat NFT Bitcoin
Eksistensi NFT di jaringan Bitcoin bermula dari munculnya protokol bernama Counterparty di tahun 2014. Secara sederhana, Counterparty berfungsi layaknya sebuah solusi Layer-2 untuk Bitcoin. Protokol ini dibangun di atas Bitcoin dan mewarisi sistem keamanannya, namun di saat yang sama menawarkan fungsionalitas ekstra yang memungkinkan penciptaan token unik di jaringan blockchain Bitcoin.
Salah satu NFT pertama yang lahir berkat Counterparty adalah Spells of Genesis. Dirilis di bulan Maret 2015, Spells of Genesis merupakan sebuah permainan trading card dengan aset NFT sebagai kartu-kartunya. Namun yang berhasil merebut perhatian publik adalah Rare Pepe, koleksi NFT yang terinspirasi meme Pepe the Frog yang pertama dirilis di jaringan Bitcoin pada September 2016.
Memasuki tahun 2017, ranah NFT Bitcoin kian ramai berkat sebuah protokol baru bernama Stacks, yang pada dasarnya juga berfungsi layaknya sebuah solusi Layer-2. Lompat ke tahun 2023, sekarang kita punya Ordinals, yang ternyata punya cara kerja yang berbeda lagi dibanding Counterparty maupun Stacks.
Apa itu Ordinals?
Dalam dokumentasi resminya, Ordinals dideskripsikan sebagai protokol untuk memonitor satoshi secara individual. Satoshi adalah pecahan terkecil BTC, dinamai berdasarkan Satoshi Nakamoto selaku pencipta Bitcoin. 1 BTC dapat dipecah-pecah menjadi 100 juta satoshi, dan berkat Ordinals, tiap-tiap satoshi ini dapat diisi dengan data seperti gambar atau video hingga menjadi suatu aset yang unik. Proses penambahan data ke satoshi ini biasa disebut dengan istilah “inscription”.
Semua itu dilakukan tanpa perlu mengandalkan sidechain maupun token di luar jaringan Bitcoin. Sederhananya, Ordinals dapat berfungsi secara native tanpa perlu memodifikasi jaringan Bitcoin, dan ini dimungkinkan berkat upgrade Taproot yang diimplementasikan ke Bitcoin pada November 2021 lalu.
Sejak Ordinals resmi diluncurkan pada 21 Januari 2023 kemarin, sejauh ini sudah ada lebih dari 100 ribu inscription yang dibuat berdasarkan data dari platform analitik Dune. Menariknya, 1 inscription tidak selamanya berarti 1 aset NFT, dan itu berarti jumlah NFT Bitcoin yang dibuat dengan Ordinals bisa lebih dari 100 ribu.
Perbedaan NFT Ordinals dengan NFT konvensional
Ada beberapa hal yang membedakan NFT yang dibuat dengan Ordinals dengan NFT konvensional yang dikenal sebagian besar orang. Pencipta Ordinals, Casey Rodarmor, lebih sreg memakai istilah “digital artifact” ketimbang NFT, dan ia punya sejumlah alasan pendukung.
Yang paling utama, Casey menyebut digital artifact sebagai aset yang komplet. Komplet dalam artian kontennya benar-benar tersimpan di jaringan blockchain Bitcoin, dan bukan sebatas metadata yang kemudian merujuk pada konten yang tersimpan di suatu server terpisah. Sebagai informasi, sebagian besar NFT konvensional di Ethereum maupun blockchain lainnya hingga kini masih mengandalkan metode berbasis metadata tersebut.
Perbedaan yang kedua adalah, NFT Ordinals atau digital artifact sama sekali tidak diatur oleh kebijakan royalti. Istilahnya permisionless kalau kata Casey, dan ini tentu sangat berbeda dari NFT yang kita kenal sejauh ini, yang belakangan malah diramaikan oleh drama antara kubu yang pro-royalti dan anti-royalti.
Namun perbedaan yang mungkin bakal menjadi dealbreaker terbesar adalah perkara aksesibilitas. Pasar NFT Ordinals sepenuhnya mengandalkan sistem peer-to-peer, dan sejauh ini belum ada marketplace yang mencoba memfasilitasi transaksi jual-beli NFT Ordinals.
Untuk bisa mendapatkan NFT Ordinals, Anda harus bergabung ke server Discord resmi Ordinals dan berinteraksi langsung dengan masing-masing penjual. Anda juga memerlukan wallet khusus yang dapat memantau transaksi satoshi secara individual. Kalau tidak, ada kemungkinan NFT Ordinals yang Anda punyai (yang tersimpan di sebuah satoshi) bisa terkirim secara tidak sengaja ketika bertransaksi menggunakan BTC.
Contoh NFT Ordinals yang populer
Meski baru eksis kurang dari sebulan, Ordinals sudah cukup populer di komunitas NFT. Menurut laporan NFT Now, beberapa Ordinals bahkan sudah ada yang terjual senilai ratusan ribu dolar.
Salah satu yang paling populer adalah koleksi bernama Ordinal Punks. Terinspirasi CryptoPunks, Ordinal Punks merupakan koleksi 100 NFT Bitcoin dengan wujud karakter pixelated yang di-mint di 650 inscription pertama pada jaringan Bitcoin.
Contoh lain NFT Ordinals yang populer adalah Taproot Wizards, yang di-mint mulai inscription ke-652. Proyek yang satu ini sempat menjadi bahan pembicaraan karena berhasil mencatatkan transaksi dan blok terbesar di sepanjang sejarah Bitcoin, dengan ukuran data yang berada di kisaran 4 MB. trolling
Last night, we made history
The gatekeepers tried to censor us
But we mined the LARGEST BLOCK and LARGEST TRANSACTION IN BITCOIN’S HISTORY
Special thanks to bitcoin full node operators for supporting our efforts and hosting our 4MB NFT for all eternity!
gm @TaprootWizards 🧙♂️ pic.twitter.com/uKGG918af8
— Udi Wertheimer (@udiWertheimer) February 2, 2023
Popularitas Ordinals dan NFT Bitcoin juga turut menarik perhatian kalangan kreator NFT. OnChainMonkey (OCM), sebuah proyek NFT Ethereum yang cukup populer, kini juga dapat ditemukan di Bitcoin. Istimewanya, 10.000 aset PFP NFT tersebut di-mint ke satu inscription saja.
Menurut tim pengembang OCM, ukuran inscription yang mereka buat tidak lebih dari 20.000 byte, dan ini pada dasarnya bisa menjadi bukti bahwa NFT Bitcoin dapat dibuat tanpa harus memadati jaringannya. Ya, proyek ini 180 derajat dari Taproot Wizards tadi.
Namun jangan mengira NFT Ordinals hanya bisa berupa gambar atau video saja, sebab video game pun rupanya juga bisa disematkan ke dalam sebuah inscription. Kalau perlu bukti, coba intip Inscription #466, dan Anda akan langsung disambut oleh clone versi simpel dari game FPS Doom yang sepenuhnya interaktif.
Penutup
Seperti yang sudah disinggung secara singkat, ekosistem NFT Bitcoin sebenarnya sudah eksis sejak lama. Namun keberadaan Ordinals seakan menjadi angin segar berkat cara kerjanya yang menarik, dan yang sepenuhnya kompatibel dengan jaringan Bitcoin dalam kondisinya sekarang.
Umur Ordinals memang masih sangat muda, tapi bukan tidak mungkin ekosistemnya bisa berkembang lebih luas lagi. Satu hal yang pasti, Ordinals bakal mengubah cara pandang publik terhadap Bitcoin secara umum. Menjawab pertanyaan “apa itu Bitcoin” bakal lebih sulit pasca Ordinals, sebab seperti yang bisa kita lihat, Bitcoin bukan lagi sebatas mata uang digital.
Di saat yang sama, penolakan terhadap Ordinals pun kemungkinan juga bakal terus ada. Alasannya bukan semata karena Ordinals membuat Bitcoin jadi melenceng dari visi asli Satoshi Nakamoto, melainkan juga karena alasan-alasan yang bersifat praktis, seperti misalnya fakta bahwa Ordinals menyebabkan biaya transaksi jaringan Bitcoin naik secara signifikan.