Pandemik virus Corona membuat banyak acara olahraga harus dibatalkan. Namun, sebagian pertandingan esports masih bisa diselenggarakan walaupun sempat tertunda, seperti liga League of Legends di Tiongkok, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Utara. Memang, salah satu keuntungan pertandingan esports adalah ia bisa diadakan secara online. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah yang harus diantisipasi oleh penyelenggara ketika mengadakan pertandingan esports online. Salah satunya adalah para penyelenggara harus memastikan bahwa para peserta yang bertanding tidak melakukan kecurangan.
Saat sebuah pertandingan esports diadakan secara offline, penyelenggara bisa mengimplementasikan sejumlah metode untuk memastikan validitas pertandingan, misalnya dengan menyediakan wasit di panggung serta para pengawas di belakang panggung. Namun, ketika para tim bertanding dari markasnya masing-masing, pihak penyelenggara tidak bisa mengirimkan wasit ke sana. Namun, pihak League of Legends European Championship telah menyiapkan beberapa metode untuk memastikan pemain tidak berbuat curang, mulai dari kamera ekstra di markas tim, memonitor percakapan pemain, dan merekam jalannya pertandingan. Pihak penyelenggara juga bisa mengambil alih kendali pertandingan dari jauh jika dianggap perlu.
“Ada banyak hal yang tidak bisa Anda kendalikan ketika Anda menyelenggarakan pertandingan online,” kata Avi Bhulyan, VP of Product Development, Popdog, perusahaan layanan esports pada The Esports Observer. Sebelum ikut serta dalam penyelenggaraan LEC, Bhulyan juga memiliki pengalaman dalam mengadakan League of Legends Championship Series (LCS) di Amerika Utara. “Di LEC, LCS, dan liga besar lainnya, biasanya peserta menggunakan perangkat yang masih disegel untuk mencegah para pemain mengutak-atik perangkatnya. Ada banyak hal yang bisa seseorang lakukan pada perangkat mereka untuk meningkatkan kemungkinan mereka menang. Ada juga risiko terjadi masalah pada server.”
Bhulyan mengaku, keputusan LEC untuk mengadakan pertandingan secara online memang tidak ideal. Kemungkinan, kualitas tayangan pertandingan LEC tidak akan sebaik jika pertandingan dilakukan secara offline. Ada berbagai masalah yang mungkin terjadi seperti lag, terputus dari server, atau bahkan DDOS (Distributed Denial of Service). “Saya rasa, mengingat keadaan saat ini, risiko ini pantas untuk diambil. Namun, jika terjadi kecurangan, kami akan menyelidikinya dengan serius,” ujar Bhulyan.
Selain itu, pihak penyelenggara LEC juga harus mempertimbangkan cara untuk menyertakan segmen lain dari turnamen selain pertandingan, seperit analisa sebelum dan sesudah game serta wawancara dengan tim yang menang. Untuk menyiarkan segmen ini, tim manajemen LEC berencana untuk menampilkan video berupa rekaman pertandingan dan grafik. Namun, mereka tampaknya tidak akan menampilkan para analis atau para pemain ketika diwawancara.
“Untuk segmen selain pertandingan, semua masih sama,” kata LEC Broadcast Producer, John Depa. Dia menjelaskan, mereka ingin menyiapkan konten siaran dengan sangat hati-hati mengingat ini adalah kali pertama mereka menyiapkan siaran di luar studio. Tak hanya itu, LEC juga hanya memiliki waktu satu minggu untuk menentukan prosedur pembuatan konten sebelum pertandingan online kembali digelar. “Ke depan, kami akan memperbaiki prosedur kami,” ujarnya.