Beberapa waktu lalu, Humble Games meminta grup analis independen untuk mengadakan survei, mencari tahu tentang karakteristik gamers yang membeli games indie. Hasil survei itu dibahas oleh Product Marketing Lead, Phil Hofman dalam Game Developers Conference (GDC) 2023. Dia menekankan, survei tersebut tidak menggambarkan keseluruhan perilaku dan kebiasaan fans games indie. Namun, tetap ada sejumlah temuan menarik dalam survei itu.
Berikut ulasan lengkap tentang survei dari Humble Games.
Karakteristik Fans Game Indie
Secara garis besar, survei dari Humble Games membagi responden ke dalam tiga kategori. Pertama, Regular Indie Buyers, yaitu gamers yang membeli lebih dari lima games indie di tahun lalu. Kedua, Light Indie Buyers, yang membeli satu sampai lima games indie di tahun lalu. Terakhir, Traditional Game Buyers, yang lebih memilih untuk membeli game AA atau AAA dan tidak pernah membeli game indie sepanjang 2022.
Dari 5 ribu gamers berusia 18-45 tahun yang menjadi responden survei, sebanyak 40% masuk dalam kategori Regular dan Light Indie Buyers. Menariknya, survei menunjukkan bahwa gamers yang masuk dalam kategori Traditional menghabiskan waktu lebih sedikit untuk bermain game. Setiap minggu, gamers Traditional hanya menghabiskan 12 jam untuk bermain game. Sebagai perbandingan, Regular menghabiskan waktu 18 jam seminggu untuk bermain game dan Light 15 jam.
Temuan lain dalam survei dari Humble Games adalah gamers yang masuk dalam kategori Light dan Regular biasanya membeli game di PC. Para fans games indie juga punya kecenderungan untuk membeli berbagai jenis game. Jika dibandingkan dengan gamers di kategori Light dan Traditional, para Regulars lebih sering membeli game, termasuk game AAA, lapor GamesIndustry.
Semua responden punya pandangan yang mirip tentang game: mereka menganggap gaming sebagai kegiatan untuk bersantai dan melepas lelah. Selain itu, mereka juga cukup kompetitif dan mereka lebih suka game yang non-linear. Karena, mereka akan punya kebebasan lebih untuk menjelajahi dunia dalam game.
Menariknya, para konsumen games indie juga menganggap label “gamers” sebagai bagian dari jati diri mereka. Sementara gamers yang masuk dalam kategori Traditional biasanya lebih tertarik untuk memainkan game yang juga dimainkan oleh teman-teman mereka.
Ekspektasi Gamers akan Game Indie
Kebanyakan gamers mengidentikkan game indie dengan gameplay yang unik dan inovatif. Namun, game indie juga dipercaya sering menggunakan mekanisme yang eksperimental. Saat memilih game indie, kebanyakan responden dari survei Humble Games memprioritaskan cerita, gameplay, serta durasi konten. Biasanya, gamers yang peduli akan elemen art atau fitur multiplayer di game merupakan fans game AAA.
Ketika membeli game indie, gamers di kategori Regulars dan Lights akan mengutamakan sisi inovasi/keunikan dan juga kreativitas dari game. Sebaliknya, saat mereka membeli game AAA, durasi konten justru menjadi pertimbangan utama.
Survei dari Humble Games juga menunjukkan bahwa fans game indie lebih menyukai game orisinal, yang tidak didasarkan pada Intellectual Property (IP) yang telah ada. Selain itu, mereka juga akan menghargai developer yang membuat gameplay unik serta grafik yang khas. Game indie yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri juga akan digemari.
Para konsumen game indie lebih suka game dengan perspektif third person. Mereka juga mengaku, mereka suka dengan game indie yang memiliki pace lebih lambat, sehingga mereka punya waktu untuk membuat rencana. Daripada game multiplayer, fans game indie lebih memilih untuk memainkan game single-player. Namun, jika mereka harus memainkan game multiplayer, mereka lebih suka game multiplayer yang mengharuskan para pemainnya untuk bekerja sama daripada berkompetisi dengan satu sama lain.
Harga dan Genre Favorit
Responden di survei Humble Games punya cara masing-masing untuk menentukan apakah sebuah game merupakan game indie atau tidak. Tapi, semua responden percaya, harga terjangkau merupakan salah satu karakteristik game indie.
Para responden merasa, rentang harga yang pantas untuk game indie berkualitas adalah US$15 sampai US$25. Jika mereka menemukan game dengan harga di bawah US$15, mereka akan meragukan kualitas dari game tersebut. Sementara untuk game dengan harga lebih dari US$25, mereka akan menginginkan konten dengan durasi yang lebih lama.
Untuk masalah model bisnis, para responden mengaku bahwa mereka lebih suka untuk membeli game indie premium. Tapi, baik gamers yang masuk dalam kategori Regulars maupun Light tetap bersedia untuk memainkan game indie dengan model bisnis free-to-play. Hanya saja, mereka ingin agar microtransactions pada game tidak mempengaruhi gameplay dan hanya merupakan item kosmetik.
Sebaliknya, gamers di kategori Traditionals justru tidak keberatan untuk memainkan game indie dengan model pay-to-win, dengan items yang mempengaruhi gameplay. Mereka juga tidak merasa masalah dengan game indie yang menampilkan iklan.
Terkait genre, di kalangan Traditionals dan Lights, First-Person Shooter (FPS) merupakan genre favorit. Namun, bagi para Regulars, FPS masih kalah dari RPG, yang merupakan genre favorit mereka. Dari segi tema, fantasi dan science fiction merupakan dua tema terpopuler di kalangan gamers. Sementara tiga tema yang dirasa sudah terlalu sering diangkat antara lain post-apocalyptic, superheroes, dan warfare.
Sumber header: IGN