Pemerintah India kembali blokir Battlegrounds Mobile India (BGMI). Pada 28 Juli 2022, mereka meminta Apple dan Google untuk menghapus game tersebut dari toko aplikasi mereka.
Keputusan pemerintah India untuk memblokir game itu muncul satu tahun setelah ia diluncurkan. Alasan pemerintah India melakukan hal tersebut adalah karena BGMI dianggap sebagai versi lokal dari PUBG Mobile, yang telah diblokir pada 2020.
Isu pemblokiran BGMI dibahas oleh Parlemen India. Meskipun begitu, Kementerian Elektronik dan Teknologi Informasi (MeitY) mengatakan, BGMI adalah game yang berbeda dari PUBG Mobile.
Awal Pemblokiran PUBG Mobile
Di India, MeitY memblokir PUBG Mobile pada September 2020. Walau, wacana pemblokiran mobile game itu sendiri sebenarnya telah muncul sejak awal tahun 2020. Saat diblokir, PUBG Mobile bukan satu-satunya game atau aplikasi yang dilarang dirilis di India.
Arena of Valor menjadi game lain yang diblokir oleh pemerintah India, bersama dengan lebih dari 100 aplikasi lainnya. Sebelum itu, pemerintah India juga sudah memblokir 59 aplikasi dan game, termasuk Mobile Legends: Bang Bang.
Alasan pemerintah India memblokir PUBG Mobile, Arena of Valor, dan aplikasi-aplikasi lainnya adalah atas dasar keamanan. Mereka menganggap, game dan aplikasi yang mereka blokir melakukan aktivitas yang dapat mengancam kedaulatan negara India.
Menurut Niko Partners, keputusan pemerintah India ini tidak sepenuhnya memiliki kaitan dengan memanasnya hubungan antara India dan Tiongkok.
Pemerintah India memutuskan untuk memblokir PUBG Mobile karena game tersebut dibuat dan dirilis oleh Tencent, perusahaan game raksasa asal Tiongkok. Meskipun, franchise PUBG memang dimiliki oleh Krafton, perusahaan asal Korea Selatan.
Ketika PUBG Mobile diblokir di 2020, ia merupakan game nomor satu di India, baik dari segi total pemasukan maupun jumlah downloads. Game itu juga berhasil mendorong pertumbuhan industri game di India.
Pada November 2020, Krafton mengumumkan bahwa mereka akan merilis game battle royale di India. Satu tahun kemudian, pada Juli 2021, mereka meluncurkan BGMI. Untuk menunjukkan komitmen mereka di pasar India, Krafton pun turun tangan langsung sebagai publisher dari game tersebut. Mereka juga menggunakan server lokal untuk menyimpan data pengguna di sana.
Krafton bahkan mengungkap rencana mereka untuk menanamkan investasi sebesar lebih dari US$100 juta untuk mengembangkan industri game, esports, dan hiburan India.
Keputusan Krafton untuk serius di pasar India berbuah manis. Bahkan sebelum BGMI diluncurkan, game itu telah menarik 40 juta orang untuk mendaftarkan diri. Dan pada 10 hari pertama setelah game itu dirilis, ia mendapatkan 16 juta pengguna aktif harian.
Pencapaian BGMI
Krafton mendulang untung besar dengan merilis BGMI di India. Jumlah downloads dari mobile game itu telah menembus 100 juta downloads dan diperkirakan akan mencapai 200 juta downloads, pencapaian yang sudah didapatkan oleh PUBG Mobile sebelum ia diblokir. Tak hanya itu, BGMI juga dengan cepat menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar ke-2 di India. Pemasukan dari game battle royale tersebut bahkan diperkirakan akan melampaui PUBG Mobile.
Krafton juga berinvestasi besar-besaran di skena esports BGMI. Mereka mengadakan kompetisi Battlegrounds Mobile India Pro Series, liga resmi untuk atlet BGMI India, yang menawarkan total hadiah sebesar US$260 ribu. Dengan begitu, BGMI pun berhasil menjadi game esports terpopuler di India.
Menurut Niko’s Asia Esports Tracker, BGMI merupakan game esports dengan total hadiah terbesar di India. Kompetisi-kompetisi BGMI memberikan kontribusi sebesar 25% pada total prize pool dari semua turnamen esports lokal dan regional.
Pencapaian lain dari skena esports BGMI adalah ia berhasil ditayangkan di TV. BGMI Masters Series LAN merupakan turnamen esports pertama yang disiarkan secara langsung di TV. Kompetisi itu berhasil menarik 12,3 juta penonton.
Dampak Pemblokiran BGMI
Mengingat BGMI merupakan salah satu game terpopuler di India, pemblokirannya akan memberikan dampak pada industri game dan esports di negara tersebut.
Niko Partners percaya, jika BGMI diblokir secara permanen, hal ini akan menghambat pertumbuhan industri mobile game dan esports di India. Pasalnya, battle royale merupakan genre dengan player spending paling besar di India.
Data dari Sensor Tower menunjukkan, genre battle royale menyumbangkan satu per tiga dari total spending untuk mobile game pada 2021. Sementara untuk total belanja gamers di genre battle royale, pada 2021 dan semester pertama 2022, sebesar 95% dari total spending genre battle royale berasal dari BGMI dan Free Fire. Namun, kedua game itu kini sedang diblokir.
Menariknya, Free Fire MAX masih tersedia di Google Play. Game tersebut merupakan versi high-end dari Free Fire. Sampai saat ini, masih belum diketahui mengapa game itu masih tersedia di Google Play.
Satu hal yang pasti, game battle royale itu memang tidak masuk dalam daftar game dan aplikasi yang diblokir oleh pemerintah India.
Tak hanya ke industri game secara umum, pemblokiran BGMI juga ditengarai akan memberikan dampak buruk ke ekosistem BGMI itu sendiri, khususnya di segmen esports dan live streaming. Para pemain BGMI juga pasti akan mencari game battle royale baru untuk dimainkan. Kemungkinan, mereka akan bermigrasi ke Free Fire MAX, jika game itu masih terus beroperasi.
Game lain yang mungkin akan diuntungkan dengan pemblokiran BGMI adalah Call of Duty: Mobile. Karena, game itu memang sudah punya reputasi yang baik sebagai game shooter. Selain itu, game dari Activision Blizzard tersebut juga sering masuk dalam daftar 10 game dengan pemasukan terbesar.
Selain Call of Duty: Mobile, beberapa game lain yang bisa mendapat untung limpahan pemain adalah Apex Legends Mobile, New State, dan Farlight 84.
Selain regulasi terkait game, pemerintah India juga membuat regulasi internet baru. Regulasi itu berfungsi untuk memudahkan pemerintah dalam menghapus konten yang dianggap melanggar peraturan dari media sosial atau platform streaming.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, pendekatan pemerintah India akan regulasi internet cukup menyerupai pemerintah Indonesia. Tampaknya, hal itu terjadi karena India dan Indonesia sama-sama memiliki populasi yang besar.