Gojek kembali mencoba peruntungan untuk bisa beroperasi di Filipina. Ini merupakan percobaan ketiga, dua upaya sebelumnya belum berhasil karena terganjal moratorium. Di upaya teranyarnya, perusahaan menggandeng pendiri e-commerce lokal Paulo Campos sebagai mitra strategis.
Dikutip dari Asia Nikkei, Paulo Campos adalah pemilik 35% saham Pace Crimson Ventures. Price Crimson sendiri adalah perusahaan yang mengakuisisi 60% saham afiliasi bisnis Gojek di Filipina, Velox Technology Philippines.
Agar dapat beroperasi Filipina, regulasi mensyaratkan kepada perusahaan terkait sahamnya harus dimiliki pihak lokal minimal 60%.
“Velox Filipina dengan demikian 60,01 persen sahamnya dimiliki oleh warga negara Filipina dan kini telah memenuhi batas kepemilikan asing,” kata Penasihat Umum SEC Camilo Correa seperti dikutip Nikkei Asian Review.
Sebelumnya di Filipina, Gojek mengakuisisi Coin.ph, perusahaan fintech blockchain. Kehadiran Gojek akan menjadi penantang Grab yang sudah mulai mendominasi pasar layanan on-demand di sana.
Kurang dari lima tahun terakhir Gojek telah menjelma menjadi perusahaan Indonesia yang dikenal baik di banyak negara Asia Tenggara, meski dengan membawa nama lokal di beberapa negara. Keputusan Gojek melebarkan sayapnya di beberapa negara Asia Tenggara meruncingkan kompetisinya dengan Grab.
Kekompakan Gojek dan Grab tak hanya soal negara tempat mereka beroperasi tetapi juga di berbagai inovasi yang dihadirkan. Seolah tak mau kalah, kedua-duanya mulai mentasbihkan diri menjadi “super app”, aplikasi yang siap menjadi pemenuh beragam kebutuhan pengguna. Ketika dua istilah ini dimunculkan ke publik, Gojek dan Grab secara bertahap melengkapi ekosistem layanannya.