28 July 2022

by Daniel Hamiaz

Inilah Hasil Riset Oxford University Tentang Dampak Bermain Game

Dari 7 game berbeda, dengan 40 ribu pemain yang berpartisipasi di studi ini, tidak ada bukti nyata bahwa bermain game bisa meningkatkan atau memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.

Sebuah studi terbaru dari Oxford University melaporkan bahwa tidak ada dampak bermain game dengan kesehatan, khususnya kesehatan mental. Pernyataan ini cukup berlawanan dengan keyakinan umum, yang beredar di masyarakat global.

Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, kali ini Oxford University melacak dan memperhatikan langsung gameplay yang nyata, ketimbang bergantung terhadap perkiraan yang dilaporkan oleh pemain. Durasi bermain juga tidak ditemukan memiliki dampak nyata.

Menjalin kerjasama dengan 7 Publisher game, penelitian ini melibatkan sekitar hampir 40 ribu orang. Hal yang diamati adalah kebiasaan dari para pemain, yang datanya dibagikan tanpa publikasi oleh para Publisher tersebut.

Dengan skala yang cukup besar ini, tidak ditemukan bukti yang kuat, mengenai dampak bermain game terhadap kesehatan. "Dengan 40 ribu observasi selama 6 minggu, kami tidak menemukan bukti konkrit, bahwa bermain game  mempengaruhi kondisi emosional seseorang dalam hal kepuasan hidup," kata Andy Przybylski, salah satu dari para peneliti.

"Yang penting adalah mindset yang dimiliki setiap orang, saat mereka bermain game," lanjutnya. Setiap pemain akan diminta untuk melaporkan pengalaman mereka, yang meliputi "kemandirian", "kompetensi", dan "motivasi dasar", dan memilih apakah mereka bermain untuk alasan kesehatan mental, seperti bersenang-senang atau bersosialisasi, atau apakah karena paksaan untuk menyelesaikan suatu tujuan yang game tersebut berikan.

Motivasi yang lebih sehat, lebih cenderung dimiliki oleh mereka yang memiliki mental yang sehat. Berbeda dengan orang-orang yang "harus" bermain game, memiliki kepuasan yang lebih buruk, terlepas dari waktu yang mereka habiskan untuk bermain.

Penemuan bahwa tidak ada sangkut pautnya bermain game dengan kesehatan mental ini masih bisa tidak berlaku untuk ukuran yang lebih ekstrem. Misal dampak yang terjadi kepada orang-orang yang bermain lebih dari 10 jam sehari, atau kurang dari 1 jam saja. Penelitian tidak dilakukan kepada mereka, karena alasan resiko kesalahan pencatatan. Namun, dengan sampel yang mereka miliki, mereka yakin dapat menyangkal bahwa bermain game akan berdampak kepada kesehatan mental yang buruk

Sayangnya, penemuan ini belum mampu melingkupi semua jenis game, di berbagai level. Mereka sudah menjangkau lebih dari 30 Publisher, namun hanya 7 saja yang bersedia untuk berpartisipasi.

Adapun game yang menjadi bahan penelitian adalah: 1. Animal Crossing: New Horizons. 2. Apex Legends. 3. Eve Online. 4. Forza Horizon 4. 5. Gran Turismo Sport. 6. Outriders. 7. The Crew 2.

"Membutuhkan waktu satu setengah tahun untuk para perusahaan game untuk mengirimkan data mereka. Game-game inipun tidak dipilih secara acak, namun dipilih juga oleh para Publisher untuk keperluan penelitian," kata Andy Przybylski

"Hal ini merupakan penelitian yang cukup sederhana. Kami juga tidak terlalu memahami apa yang para pemain lakukan saat mereka bermain game. Kami tidak melakukan eksperimen."

"Walau tanpa hasil studi ini, banyak negara yang menerapkan peraturan, seperti Jepang, atau Tiongkok yang menerapkan pembatasan jam bermain kepada anak-anak di bawah umur, hingga melarang bermain game. Dengan hasil penelitian ini, tidak ada jaminan aturan-aturan tersebut akan memperbaiki kesehatan oleh generasi muda, khususnya kesehatan mental. Tidak ada bukti bahwa peraturan-peraturan tersebut efektif."

--

Jika Anda tertarik dengan riset yang berkaitan dengan game dan esports, kami juga sempat menuliskan perjalanan sejarah riset di esports.