3 Juni 2020 yang lalu, WHIM Management (manajemen di balik EVOS Esports) resmi meluncurkan program keanggotaan terbesar di Asia Tenggara. Menariknya, pada awal peluncurannya kali ini, EVOS menawarkan 2 paket keanggotaan (gratis dan berbayar). EVOS Basic bisa didapatkan secara gratis sedangkan EVOS+ bisa Anda dapatkan setelah mendaftar EVOS Basic dan membayar sejumlah Rp450 ribu.
Saya pun menghubungi Ivan Yeo, CEO dari EVOS Esports untuk berbincang-bincang seputar program keanggotaan ini dan bagaimana program tersebut bisa mengubah kondisi industri esports Indonesia.
Di siaran pers yang kami terima, Ivan memang mengatakan bahwa program ini adalah bentuk komitmen dari EVOS untuk mendekatkan para atlet, influencer, dan penggemar EVOS. Mengingat saya sebenarnya kurang puas dengan jawaban tadi, saya pun menanyakan tujuan program membership ini langsung ke Ivan.
Ivan pun menjawab, “di EVOS Esports, kami selalu mengeksplorasi cara-cara inovatif baru untuk memberikan nilai lebih kepada fans-fans kami. Dengan keanggotaan berbayar ini, hal tersebut memungkinkan fans-fans mendapatkan akses khusus ke berita ekslusif atau jadi yang pertama menonton konten-konten kami. Fans EVOS juga bisa membeli berbagai official merchandise eksklusif dan game voucher dari laman EVOS Membership. Mereka juga bisa berbagi aktivitas dan ide-ide komunitas.”
Selain itu, Ivan pun melanjutkan bahwa anggota yang berbayar bisa mengikuti perjalanan tim EVOS, lengkap dengan skor dari berbagai turnamen dan newsletter.
“Kami punya banyak sekali kabar baik yang sudah direncanakan dan akan kami bagikan saat kami siap.” Tambah Ivan.
Mendekatkan fans dengan para pemain dan tim yang mereka idolakan memang kedengarannya menarik. Namun demikian, di sisi lain, ada banyak hal yang bisa dicapai dengan program keanggotaan ini menurut saya pribadi.
Pertama, tentu saja pendapatan untuk EVOS dari biaya keanggotaan. Meski mungkin memang nilainya tidak seberapa, mengingat di tahun 2019 kemarin EVOS dikabarkan mendapatkan investasi sebesar US$4,4 juta dan total hadiah turnamen sebesar Rp6 miliar yang mereka dapatkan dalam setahun, pendapatan tersebut tetap bisa digunakan untuk sejumlah kebutuhan yang tidak terlalu besar nominalnya.
Keuntungan kedua yang bisa dicapai adalah soal pembuktian dan branding. Jika jumlah anggota berbayar EVOS memang cukup besar, hal ini menjadi bukti konkret bahwa fanatisme para pendukung EVOS memang memiliki nilai tersendiri. Angka tadi bisa dijual lagi ke para sponsor untuk meraih nilai kontrak yang lebih besar karena EVOS berhasil memberikan bukti konversi dari para pendukungnya — tak hanya soal awareness atau engagement yang biasanya ditawarkan oleh tim-tim esports.
Sebelumnya, soal konversi ini, EVOS juga sudah berhasil meraup setidaknya Rp150 juta lewat penjualan merchandise saat M1 dan MPL ID S4.
Ketiga, jika EVOS juga cukup jeli melihat peluang, ada satu hal lagi yang bisa dimanfaatkan dari program keanggotaan ini — baik berbayar ataupun gratis; yaitu data keanggotaan. Soal data di esports ini, Indonesia mungkin masih sedikit ketinggalan jika dibandingkan dengan industri esports di luar sana. Padahal, data bisa jadi begitu berharga.
Saat ini, data-data yang ada di seputar industri esports Indonesia kebanyakan datang dari platform digital — Facebook dan Google. Namun faktanya, data-data tadi bisa jadi kurang akurat — siapakah yang belum pernah berbohong saat ditanya umurnya di dunia maya? Misalnya saat Anda dulu mengunjungi situs-situs yang tidak bisa saya sebutkan namanya di sini… Wkwakwakwakaw…
Selain itu, data-data tadi masih kurang lengkap karena biasanya hanya soal usia dan jenis kelamin. Dengan program keanggotaan, pemetaan pasar esports bisa jadi kelihatan lebih jelas karena ada tambahan dimensi/perspektif yang bisa digunakan — selama memang dimanfaatkan dengan baik.
Kesuksesan program ini tentu saja juga bisa diukur dari jumlah fans yang bergabung dengan EVOS Membership. Lalu, berapakah jumlah anggota mereka sekarang? Berapa targetnya?
Saat kami berbincang, Ivan mengatakan bahwa sudah ada 100 ribu anggota yang tergabung dalam EVOS Membership — baik itu yang gratis dan berbayar. Sayangnya, ia tidak menyebutkan jumlah detailnya (berapa yang bayar dan berapa yang gratis). Sedangkan untuk targetnya, “kami menargetkan 1 juta anggota di akhir tahun 2020 ini, berdasarkan ledakan pertumbuhan industri esports di Indonesia.” Jelas Ivan.
Lebih lanjut Ivan pun menambahkan bahwa EVOS terbuka untuk membantu serta mengedukasi brand dan para profesional dalam memanfaatkan esports sebagai jembatan untuk terhubung dengan generasi Milenial dan Gen Z, yang sudah bergeser dari mengkonsumsi konten di media tradisional dan lebih aktif lewat esports.
Jika Anda membayar untuk menjadi anggota EVOS+, Anda memang akan mendapatkan sejumlah merchandise EVOS yang mungkin nilainya lebih besar dari harganya. Namun demikian, mungkin tidak sedikit juga fans esports yang tidak tertarik dengan jaket ataupun merchandise yang didapat saat jadi EVOS+ Member. Lalu bagaimana strategi mereka untuk meraih lebih banyak anggota?
“Haha… Don’t really want to share. Other teams gonna do as well la. Hahaha…” Jawab Ivan sembari bercanda.
Di rilis yang kami terima, EVOS sebenarnya juga sudah menjelaskan ada beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh anggota EVOS Membership. Berikut adalah daftar keuntungannya:
- Special deals dengan brand-brand yang bekerjasama dengan EVOS
- Konten eksklusif dari EVOS
- Undangan eksklusif ke event-event EVOS
- Special giveaway dari EVOS
- Merchandise eksklusif dari EVOS
- Potongan harga khusus di EVOS Goods
- Harga khusus pada in-game credits.
Meski memang kelihatannya menarik, apakah hal tersebut cukup untuk membuat fans-fans esports tanah air untuk bergabung, apalagi membayar?
Pasalnya, pasar esports Indonesia mungkin memang nyatanya lebih suka semua yang gratisan. Bahkan kebanyakan turnamen esports dalam negeri, khususnya esports mobile, tak berani menerapkan sistem tiket berbayar karena takut sepi pengunjung. Jika menonton langsung turnamen saja pasar tak mau merogoh kocek, apa yang bisa dilakukan EVOS untuk mendapatkan lebih banyak anggota berbayar?
Kita tunggu saja apakah Ivan dan rekan-rekannya dari EVOS punya strategi yang cukup jitu untuk membujuk lebih banyak orang untuk ikut program membership ini.
Andai saja program keanggotaan berbayar ini berhasil nanti. Apakah dampaknya terhadap industri esports tanah air?
“Hal ini akan memberikan dampak positif ke ekosistem esports di Indonesia. Jika program keanggotaan berbayar memang berhasil dilakukan oleh EVOS, hal ini akan membuat organisasi esports lebih sustainable. Di sisi lainnya, kesuksesan ini juga bisa menjadi bukti bahwa fans esports memiliki daya beli (buying power).”
Lebih lanjut Ivan pun menambahkan bahwa, di pasar global, Gen Z memiliki daya beli sebesar US$143 miliar dan akan menyumbang 40% dari total pengeluaran konsumen di 2020. Gen Z juga diprediksi akan mencakup 1/3 dari total populasi dunia. “Di Indonesia sendiri, jumlah pengguna aktif dari Gen Z meningkat 25% lebih cepat ketimbang pengguna yang lebih tua — menurut App Annie.” Tutup Ivan.
Saya setuju dengan pendapat Ivan tadi. Seperti yang pernah saya tuliskan saat mencoba memetakan pasar esports Indonesia, salah satu argumen yang digunakan adalah fanatisme penggemar esports yang sama seperti penggemar olahraga. Sayangnya, hal tersebut memang tidak ada bukti konkretnya. Apalagi mengingat fans esports Indonesia bahkan cenderung enggan membayar untuk menonton langsung tim kebangaannya bertanding — tidak seperti fans Persija yang rela merogoh kocek untuk membeli tiket.
Jika EVOS berhasil membuat banyak fans-nya membayar EVOS+ berarti bukan pasar esports Indonesia yang tak punya daya beli — bisa jadi memang tawaran/umpannya saja yang tidak menarik untuk pasar.
Selain itu, secara makro, aliran dana di industri esports juga berarti bisa jadi lebih luas dari sebelumnya. Selama ini, aliran dana di esports itu memang terlalu sempit. Seringnya, atau malah selalu, aliran dana hanyalah turun dari sponsor brand/publisher ke event organizer atau ke tim esports. Jika EVOS berhasil menyakinkan banyak fans untuk menjadi member EVOS+, berarti aliran dana dari fans bisa diputarkan ke pelaku lain di industri ini.
Akhirnya, saya kira tantangan ini juga bukan hal yang mudah. Meyakinkan pasar yang lebih suka barang gratisan untuk membayar itu memang nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Apakah EVOS bisa berhasil dengan program keanggotaan berbayarnya?
Sumber Feat Image: MPL Indonesia