8 February 2023

by Glenn Kaonang

8 Live Service Game yang Tutup Server dalam Setahun Terakhir

Mengembangkan live service game mungkin tidak begitu sulit, yang sulit adalah mempertahankannya

Bicara soal game-game terpopuler dan tersukses secara komersial, judul-judul seperti Genshin Impact, PUBG, maupun Call of Duty: Warzone mungkin adalah yang pertama muncul dalam benak sebagian besar orang. Tiga judul tersebut punya satu persamaan yang amat krusial: ketiganya merupakan live service game dengan konten baru yang rutin dirilis oleh masing-masing pengembangnya. Sontak, kita tidak perlu heran melihat ada banyak studio game yang tertarik menggeluti ranah live service ini.

Namun praktik di lapangannya mungkin tidak semanis yang dibayangkan banyak developer. Sepintas, mengembangkan live service game mungkin tidak terkesan terlalu sulit. Namun yang sulit justru adalah memeliharanya, seperti yang dibuktikan oleh banyaknya live service game yang memutuskan untuk tutup server belakangan ini.

Dalam setahun terakhir saja, setidaknya ada 8 live service game yang 'disuntik mati'. Sering kali, yang menjadi alasan adalah terus merosotnya jumlah pemain, membuat pengembang jadi harus merugi kalau tetap ngotot mempertahankan game-nya. Berikut daftar live service game yang tutup server di sepanjang tahun 2022 sampai awal 2023.

Live service game yang tutup sepenuhnya

Babylon's Fall

Digarap oleh PlatinumGames (pengembang seri game Bayonetta dan Nier: Automata), Babylon's Fall merupakan salah satu game yang cukup dinanti di tahun 2022. Sayang kualitasnya tidak bisa memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh PlatinumGames sendiri, dan sejak awal meluncur pada 3 Maret 2022, Babylon's Fall sudah langsung mendapat respons negatif dari media maupun publik. Begitu parahnya, Babylon's Fall menempati posisi ketiga dalam daftar game terburuk 2022 versi Metacritic.

Penutupan server Babylon's Fall diumumkan pada bulan September 2022, bersamaan dengan penghentian penjualan game-nya, baik versi digital maupun fisiknya. Tim pengembangnya menetapkan 27 Februari 2023 sebagai hari terakhir servernya beroperasi, hampir setahun sejak Babylon's Fall pertama dirilis ke publik.

Rumbleverse

Setahun memang terasa begitu singkat buat sebuah live service game, tapi ternyata itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan nasib yang dialami Rumbleverse. Game battle royale tanpa senjata api besutan Iron Galaxy Studios dan Epic Games ini cuma mampu bertahan selama sekitar enam bulan saja sejak diluncurkan secara resmi pada Agustus 2022.

Server Rumbleverse akan offline mulai 28 Februari 2023, demikian pengumuman dari tim pengembangnya pada akhir Januari lalu. Yang cukup mengejutkan adalah, Rumbleverse sebenarnya mendapat banyak pujian dari media maupun publik, dan kehadirannya terasa seperti angin segar di saat ranah battle royale dipenuhi game bertema perang militer. Namun seperti yang bisa kita lihat sekarang, itu ternyata masih belum bisa menjamin popularitasnya.

Spellbreak

Bicara soal angin segar di segmen battle royale, judul lain yang langsung tebersit di pikiran saya adalah Spellbreak. Lewat game ini, developer Proletariat pada dasarnya sukses merealisasikan bagaimana seandainya formula battle royale dikawinkan dengan sistem pertempuran yang penuh ilmu sihir dan elemen fantasi ketimbang bedil. Namun sekali lagi, ini sama sekali bukan jaminan bahwa game-nya bakal meledak popularitasnya.

Spellbreak resmi meluncur pada 3 September 2020, dan pada 28 Juni 2022, Proletariat mengumumkan bahwa Spellbreak akan tutup server pada awal 2023. Selang beberapa hari kemudian, Proletariat mengumumkan bahwa mereka sudah diakuisisi oleh Activision Blizzard dan bakal dilebur dengan tim yang mengembangkan World of Warcraft.

CrossfireX

CrossfireX merupakan versi konsol dari Crossfire, game multiplayer ala Counter-Strike yang sangat populer di negara-negara di bagian timur. Pengembangnya, Smilegate Entertainment, ingin menjangkau lebih banyak pemain, dan mereka pun memutuskan untuk bermitra dengan Microsoft guna menggarap CrossfireX untuk konsol Xbox.

Tidak cukup sampai di situ saja, Smilegate juga ingin menghadirkan single-player campaign yang bermutu pada CrossfireX, dan mereka pun menunjuk studio veteran Remedy Entertainment untuk mengerjakannya. Sayang sekali ambisi besar itu gagal total, sebab saat dirilis pada 10 Februari 2022, CrossfireX langsung dihujani kritik pedas, baik untuk porsi multiplayer maupun single-player-nya. Metacritic menempatkan CrossfireX sebagai game kedua terburuk di sepanjang 2022, lebih parah lagi ketimbang Babylon's Fall.

Imbasnya, Smilegate baru-baru ini memutuskan untuk menyetop server CrossfireX pada 18 Mei 2023. Versi single-player-nya pun juga sudah berhenti dijual sejak 3 Februari kemarin, dan Smilegate menawarkan refund bagi yang membeli game-nya dalam 14 hari terakhir sejak tanggal tersebut.

Apex Legends Mobile dan Battlefield Mobile

Yang satu ini cukup mengejutkan, sebab Apex Legends adalah salah satu live service game terlaris dan tersukses saat ini, dan versi mobile-nya pun juga diterima dengan baik oleh publik. Namun di balik keberhasilan tersebut, developer Respawn Entertainment ternyata merasa konten dari Apex Legends Mobile mulai gagal memenuhi standar tinggi yang mereka tetapkan sendiri.

Apakah hanya itu alasannya tidak ada yang tahu. Namun yang pasti server Apex Legends Mobile akan tutup pada 1 Mei 2023, nyaris setahun sejak game-nya pertama hadir di App Store dan Google Play Store.

Juga tidak kalah naas adalah nasib yang dialami Battlefield Mobile. Bahkan sebelum dirilis pun game ini sudah gagal memenuhi ekspektasi, dan EA pun akhirnya memutuskan untuk menghentikan pengembangannya sepenuhnya.

Fuser

Saya yakin tidak banyak yang tahu tentang game yang satu ini. Kendati demikian, banyak pihak setuju bahwa Fuser adalah salah satu rhythm game terbaik yang tersedia buat konsol modern. Maklum, pengembangnya adalah Harmonix, studio di balik seri game musik populer Guitar Hero dan Rock Band.

Dirilis pada November 2020, Fuser adalah game terakhir yang dikembangkan oleh Harmonix. Lompat setahun setelahnya, Harmonix diakuisisi oleh Epic Games, dan salah satu agenda barunya adalah mengembangkan "musical journey" dan gameplay untuk Fortnite.

Tidak kaget kalau kemudian mereka memutuskan untuk memensiunkan Fuser dan menyetop servernya pada 19 Desember 2022 lalu. Game-nya pun juga sudah berhenti dijual sejak itu. Untungnya, mereka yang sudah terlanjur membeli masih bisa memainkan game-nya secara offline.

Echo VR

Kita tahu bahwa salah satu alasan utama live service game ditutup adalah karena jumlah pemainnya yang semakin sedikit. Pertanyaannya, sedikit itu seberapa? Apakah 10.000 orang? 5.000? 1.000? Tiap studio tentu memiliki standarnya sendiri-sendiri. Buat Meta misalnya, puluhan ribu pemain itu sudah termasuk sedikit untuk salah satu game VR terpopulernya, Echo VR.

Tim pengembang Echo VR mengumumkan bahwa server game-nya akan resmi tutup pada 1 Agustus 2023, dengan alasan bahwa mereka akan berfokus ke proyek yang berikutnya. Di tempat lain, CTO Meta, Andrew Bosworth, mengatakan bahwa keputusan penutupan Echo VR didasari oleh terus menurunnya jumlah pemainnya sampai ke angka puluhan ribu.

Knockout City

Live service game tidak akan bisa sukses tanpa adanya konten baru yang dirilis secara rutin. Pengembangan konten baru ini tentu membutuhkan sumber daya yang besar, dan bagi studio indie seperti Velan Studios, hal itu pada akhirnya menciptakan rintangan yang sulit untuk dilalui. Knockout City, game dodgeball multiplayer bikinannya, harus pensiun meski baru eksis selama dua tahun lebih sedikit.

Seperti Rumbleverse, Knockout City juga menuai banyak pujian dari media dan publik. Namun indikasi bahwa Knockout City kesulitan mempertahankan jumlah pemainnya sebenarnya sudah terendus sejak pertengahan 2022, tepatnya ketika Velan memutuskan untuk mengubah Knockout City menjadi game free-to-play.

Upaya tersebut rupanya masih belum cukup, sebab baru-baru ini Velan mengumumkan bahwa server Knockout City akan tutup pada 6 Juni 2023. Kabar baiknya, mereka bakal menyiapkan sebuah private server sehingga Knockout City masih bisa dimainkan di platform PC setelahnya.

Bonus: Live service game yang masih beroperasi tapi sudah disetop pengembangannya

Marvel's Avengers

Nyawa live service game terletak pada pembaruan kontennya, dan ketika sebuah live service game tidak lagi menerima konten baru, maka kita bisa saja menganggap game tersebut 'mati suri'. Inilah yang bakal dialami oleh Marvel's Avengers mulai 31 Maret 2023. Developer Crystal Dynamics mengumumkan bahwa mereka akan berhenti mengembangkan dan merilis konten baru untuk Marvel's Avengers mulai tanggal tersebut.

Game-nya sendiri masih bisa dimainkan setelahnya, baik dalam mode single-player maupun multiplayer. Crystal Dynamics masih akan memberikan dukungan buat Marvel's Avengers sampai 30 September 2023. Sesudahnya, mereka tidak akan lagi menangani problem yang dialami para pemain.

Back 4 Blood

Tetap eksis tapi tak ada konten baru lagi, demikianlah nasib Back 4 Blood, penerus spiritual dari seri game Left 4 Dead. Baru-baru ini, developer Turtle Rock Studios mengumumkan bahwa mereka sudah rampung menggarap konten baru untuk Back 4 Blood. Alasannya, mereka ingin fokus mengerjakan game baru, dan mereka tidak punya cukup orang untuk terus memperbarui Back 4 Blood.

Tentu saja ini bukan akhir buat Back 4 Blood, yang usianya saat ini masih belum sampai dua tahun. Game-nya masih akan beroperasi seperti biasa, demikian pula mode multiplayer-nya. Turtle Rock bahkan masih akan terus menawarkannya secara cuma-cuma kepada para pelanggan PlayStation Plus Extra/Premium dan Xbox/PC Game Pass.