Meskipun BlackBerry Money belum mendapatkan traksi yang cukup di Indonesia, hal tersebut tidak menghalang-halangi startup lain yang ingin menyasar segmen pembayaran sesama rekan (peer-to-peer payment) dengan mengembangkan solusi berbasis mobile. Salah satunya adalah Xendit. Xendit adalah layanan mobile wallet yang, semoga saja, tidak hanya dapat menyimpan uang tapi juga dapat terhubung dengan akun kartu debit. Kami berbincang dengan Vivek Ahuja mengenai optimisme Xendit.
Menurut Ahuja, saat ini Xendit masih berada dalam fase public beta, dengan versi akhirnya baru akan tersedia akhir bulan ini di platform Android dan iOS. Ia mengatakan bahwa ketika jumlah transaksi melebihi jumlah uang yang ada di dompet, Xendit akan menarik dana tambahan dari akun bank/kartu debit sang pengguna untuk menyelesaikan transaksi.
Ia mengatakan, “Versi peluncurannya memungkinkan para pengguna untuk menghubungan kartu debit mereka, mengirim uang kepada teman, menarik uang dari akun bank dan menambahkannya ke dompet pengguna, dan mereferensikan produk tersebut kepada teman mereka. Produk ini hanya akan mengakomodir transaksi yang menggunakan Rupiah.”
Ketika ditanya mengenai alasannya memilih Indonesia sebagai tempat beroperasi, Ahuja menjawab, “Ketika kami mewawancara pelanggan kami di seluruh dunia dalam rangka mengembangkan produk kami, kami terkejut ketika mendengar mengenai norma-norma pembayaran sesama rekan di kalangan generasi muda di Indonesia yang melek teknologi. Meskipun telah terdapat berbagai solusi mobile yang Anda sebutkan sebelumnya, penduduk Indonesia masih lebih memilih untuk membayar menggunakan uang tunai, IOU [I Owe You], dan transfer antar bank.”
“Kami pikir kami akan berhasil karena kami adalah satu-satunya pemain yang berfokus untuk membuat pembayaran sesama rekan menjadi semudah mungkin – layanan pembayaran sesama rekan lainnya di Indonesia hanya merupakan ‘fitur’ yang ditambahkan pada sebuah produk yang dikembangkan oleh perusahaan telekomunikasi, bank, atau perusahaan perangkat teknologi, bukan sebagai produk tersendiri,” tambahnya dengan optimis.
Dalam membawa produknya ke Indonesia, Ahuja mengonfirmasi bahwa mereka bekerjasama dengan institusi keuangan lokal. Meskipun lebih memilih untuk tidak membicarakan detil kerja sama tersebut, ia berkomentar, “Sebagian nilai kami adalah bahwa produk kami tidak bergantung pada kepemilikan akun bank tertentu.”
Xendit akan berfokus pada kaum urban berusia antara 18-35 tahun yang memiliki kartu debit dan smartphone, membeli barang secara online, dan pergi bersama teman-teman mereka dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Mengenai model bisnis Xendit, Ahuja mengatakan, “Fokus model bisnis kami saat ini adalah untuk mendapatkan banyak pelanggan dan mengembangkan jaringan transaksi sesama rekan yang kuat dan luas. Setelah jaringan tersebut terbentuk, kami baru dapat mulai usaha monetisasi melalui beberapa cara yang berbeda (baik itu melalui pasar dua sisi, ekspansi produk, maupun ekspansi wilayah).”