Google Stadia telah resmi tutup sejak 18 Januari 2023 kemarin. Saat mengumumkan rencana penutupan Stadia tahun lalu, Google sempat bilang bahwa mereka masih akan melisensikan teknologi game streaming-nya di bawah bendera baru “Immersive Stream for Games”. Sayang, inisiatif tersebut pun rupanya sudah disetop.
Kabar ini datang dari reporter Axios, Stephen Totilo, melalui Twitter. Berdasarkan pembicaraannya dengan Jack Buser selaku Director of Game Industry Solutions di Google Cloud, Google rupanya juga sudah berhenti menawarkan teknologi game streaming-nya ke perusahaan-perusahaan lain.
“Kami tidak menawarkan opsi streaming tersebut karena terkait dengan Stadia itu sendiri. Jadi, sayangnya, saat kami memutuskan untuk tidak meneruskan Stadia, penawaran [bisnis-ke-bisnis] semacam itu juga tidak dapat ditawarkan lagi,” ucap Jack seperti dikutip oleh Stephen.
Something not in my story but that may clear up some confusion:
Google is not offering its Stadia-style game-streaming to clients. While it had offered that for some business deals (like steaming a Batman game to AT&T 5G users), that’s endedhttps://t.co/KYBErYfiv8
— Stephen Totilo (@stephentotilo) March 8, 2023
Sekadar mengingatkan, Google sebenarnya sudah sejak lama menawarkan teknologi game streaming-nya ke perusahaan lain. Klien pertamanya adalah produsen sepeda statis Peloton di bulan Juli 2021, disusul oleh AT&T pada Februari 2022. AT&T — yang saat itu masih merupakan induk Warner Bros. dan seluruh anak perusahaannya — memberi kesempatan bagi para pelanggannya untuk memainkan Batman: Arkham Knight via browser komputer.
Singkat cerita, Stadia sekarang bisa dibilang sudah hilang tak berbekas. Namun itu bukan berarti Google sudah sepenuhnya menyerah dari industri gaming. Berdasarkan laporan Axios, yang menjadi fokus Google saat ini adalah menawarkan infrastruktur cloud-nya kepada pihak publisher dan developer game, spesifiknya yang berkutat di ranah live service game.
Google percaya bahwa dengan memanfaatkan infrastruktur Google Cloud for Games, publisher dan developer dapat meminimalkan risiko yang biasa dijumpai dalam pengembangan live service game. Sejauh ini, Google bilang kliennya telah mencakup nama-nama besar seperti Ubisoft, Niantic, dan Unity.
Mengembangkan live service game tentu punya tantangannya tersendiri. Dalam setahun terakhir misalnya, tercatat ada 8 live service game yang ditutup oleh pengembangnya masing-masing. Bisa jadi, Google melihat ini sebagai peluang untuk membantu industrinya mengubah keadaan.
Via: PC Gamer.