Dark
Light

NetEase dan Activision Blizzard Berhenti Kerja Sama, Apa Dampaknya?

3 mins read
December 1, 2022
NetEase tidak akan memperpanjang kerja sama dengan Activision Blizzard.

Tiongkok merupakan salah satu negara dengan industri game terbesar di dunia. Menurut Statista, total pemasukan industri game di Tiongkok mencapai US$44 miliar, menjadikannya sebagai negara dengan pasar game terbesar ke-2, setelah Amerika Serikat. Sementara menurut Newzoo, Tiongkok merupakan negara dengan pasar game terbesar, dengan total pemasukan sebesar US$45,8 miliar.

Sayangnya, developer asing tidak bisa serta-merta merilis game di Tiongkok. Developer asal luar Tiongkok yang ingin meluncurkan game-nya harus bekerja sama dengan publisher lokal.

Selama belasan tahun, Activision Blizzard bekerja sama dengan NetEase untuk merilis sejumlah game mereka. Namun, belum lama ini, keduanya mengumumkan bahwa mereka tidak akan memperpanjang kontrak kerja sama mereka.

Apa yang Terjadi?

Kontrak kerja sama antara Activision Blizzard dan NetEase akan berakhir pada 23 Januari 2023. Pada 17 November 2022 lalu, keduanya mengumumkan bahwa mereka tidak akan memperpanjang kontrak kerja sama tersebut. Hal itu berarti, game-game Activision Blizzard yang dioperasikan oleh NetEase di Tiongkok akan ditutup.

Beberapa game itu antara lain Diablo III, Hearthstone, Heroes of the Storm, Overwatch, StarCraft, Warcraft III, dan World of Warcraft. Kabar baiknya, para gamers Tiongkok akan tetap bisa memainkan Diablo Immortal. Pasalnya, walaupun game itu juga ada di bawah tanggung jawab NetEase, ia dicakup dalam kontrak terpisah.

Di Tiongkok, World of Warcraft dioperasikan oleh NetEase. | Sumber: Engadget

Baik NetEase maupun Activision Blizzard mengungkapkan alasan mereka untuk tidak melanjutkan kerja sama mereka. Activision Blizzard mengatakan, alasan mereka untuk tidak memperbarui kontrak kerja sama dengan NetEase adalah karena perjanjian kolaborasi ini tidak sesuai dengan prinsip dan komitmen perusahaan pada staf dan para pemain.

Sementara itu, NetEase menyebutkan bahwa mereka telah memberikan usaha yang terbaik saat bernegoisasi dengan Activision Blizzard demi memperpanjang kontrak kerja sama antara kedua perusahaan. “Namun, kami memiliki pendapat yang berbeda terkait beberapa poin penting dan kami tidak bisa mencapai kata mufakat,” kata CEO NetEase, William Ding, dikutip dari Kotaku. “Kami akan terus melayani para pemain kami hingga menit terakhir. Kami juga akan memastikan bahwa data dan aset pemain kami akan terlindungi.”

Menurut narasumber Bloomberg, kepemilikan atas data para pemain merupakan salah satu sumber permasalahan antara Activision Blizzard dan NetEase. Masalah lain antara keduanya adalah kepemilikan atas intellectual property (IP) game. Beberapa tahun belakangan, hubungan antara pemerintah Tiongkok dan Amerika Serikat memang tengah memanas.

Overwatch akan terdampak oleh putusnya kerja sama antara NetEase dan Activision Blizzard. | Sumber: BBC

Di LinkedIn, Simon Zhu, President of Global Investment and Partnership, NetEase, mengunggah opininya terkait putusnya kerja sama Activision Blizzard dan NetEase. Dia mengaku sangat sedih karena dia sudah menghabiskan ribuan jam di dunia StarCraft, Overwatch, dan Azeroth. Dia menyayangkan fakta bahwa semua kenangannya — beserta akun untuk memainkan game-game Activision Blizzard — akan hilang pada tahun depan.

“Suatu hari, ketika apa yang terjadi di balik layar bisa dungkapkan ke depan publik, developers dan gamers akan paham betapa besarnya kekacauan yang bisa dibuat oleh seseorang yang kurang ajar,” kata Zhu.

Dampak Putusnya Kerja Sama NetEase dan Activision Blizzard

Keputusan NetEase dan Activision Blizzard untuk tidak memperpanjang kontrak kerja sama tidak hanya memberikan dampak pada gamers di Tiongkok, tapi juga pada perusahaan.

Menurut laporan Activision Blizzard, kerja sama mereka dengan NetEase pada 2021 memberikan kontribusi sebesar 3% pada total pemasukan mereka, atau sekitar US$264 juta. Sementara itu, Niko Partners memperkirakan, kontrak dengan Activision Blizzard menyumbangkan sekitar 4-6% dari total pemasukan NetEase, atau sekitar US$550-825 juta.

Putusnya kerja sama NetEase dan Blizzard juga akan berdampak pada ekosistem esports. | Sumber; PCGamesN

Memang, kontrak ini memiliki kontribusi yang relatif kecil pada kedua perusahaan. Tapi, seperti yang disebutkan oleh Niko Partners, pemberhentian kontrak kerja sama berpotensi untuk memberikan dampak buruk pada reputasi kedua perusahaan.

Gamers yang tumbuh besar memainkan game-game Activision Blizzard mungkin akan terus mengagumi perusahaan itu. Namun, sebagian gamers Tiongkok tetap merasa khawatir bahwa keputusan Activision Blizzard untuk berhenti bekerja sama dengan NetEase akan berakhir pada hilangnya data gamers dan mengacaukan skena esports lokal.

NetEase Games mulai mengoperasikan World of Warcraft di Tiongkok pada 2009. Hal ini membantu mereka untuk membangun reputasi sebagai publisher dari game premium. Dengan cepat, World of Warcraft menjadi game PC berlisensi dengan pemasukan terbesar untuk NetEase. Dalam jangka panjang, peluncuran expansions dari World of Warcraft dan rilisnya WoW Classic mendorong pertumbuhan pemasukan NetEase.

Pada 2012, NetEase dan Activision Blizzard memperbarui kontrak mereka. Bersamaan dengan itu, NetEase juga mendapatkan hak untuk menjadi publisher dari Diablo III, yang berhasil menjadi game PC premium paling laris di Tiongkok.

Rekor Diablo III baru dipecahkan pada 2016, oleh Overwatch, yang juga merupakan game buatan Blizzard. Bersama Activision Blizzard, NetEase juga membuat Diablo Immortal, yang merupakan game mobile pertama untuk franchise Diablo.

Blizzard memang memutuskan untuk berhenti bekerja sama dengan NetEase. Namun, hal itu bukan berarti mereka akan keluar dari Tiongkok. Kemungkinan, mereka akan mencari rekan publisher baru untuk menggantikan NetEase. Blizzard bahkan sudah membuat pernyataan bahwa mereka tengah mencari cara agar game yang mereka buat tetap bisa dimainkan oleh gamers Tiongkok. Sayangnya, saat ini, masih belum diketahui apa rencana Activision Blizzard.

Berdasarkan regulasi di Tiongkok, setiap game yang hendak diluncurkan harus melalui inspeksi dari pemerintah dan dioperasikan oleh publisher lokal. Game yang lolos pemeriksaan akan mendapatkan ISBN. Jika Activision Blizzard ingin mencari rekan publisher baru, mereka harus kembali mengajukan game mereka untuk diinspeksi oleh pemerintah.

Mengingat game-game Activision Blizzard sudah pernah diluncurkan di Tiongkok, proses pengajuan inspeksi ini bisa dipercepat. Meskipun begitu, proses perizinan peluncuran game baru tetap membutuhkan waktu sekitar beberapa bulan.

Setelah meninggalkan NetEase, Niko Partners memperkirakan, Activision Blizzard akan menggandeng Tencent. Sebelum ini, Activision Blizzard telah bekerja sama dengan Tencent untuk membuat dan merilis Call of Duty: Mobile.

Tak hanya itu, Tencent juga punya channel distribusi yang luas dan mereka memiliki pengalaman dalam mengoperasikan franchise buatan developer asing. Selain Tencent, publisher lain yang mungkin diajak kerja sama oleh Activision Blizzard adalah Perfect World, Shengqu Games, dan Kingsoft.

Previous Story

Pokémon Go Diluncurkan dalam Bahasa Indonesia, Gelar Waktu Indonesia Nangkep

OpenSea BNB Chain
Next Story

OpenSea Kini Fasilitasi Perdagangan NFT dari Ekosistem BNB Chain

Latest from Blog

Don't Miss

H3RO Land dari Bima+, Teman Mabar Anak Esports

Salah satu bentuk dukungan untuk perkembangan esports di tanah air
Review Poco X6 5G Hybrid

Review Poco X6 5G, Performa Ekstrem dan Sudah Dapat Pembaruan HyperOS

Poco X6 membawa layar AMOLED 120Hz dengan Dolby Vision lalu