Seri game Kingdom Hearts belum lama ini merayakan ulang tahunnya yang ke-20. Tidak terasa sudah selama itu waktu berlalu semenjak Square meluncurkan RPG unik hasil kolaborasinya dengan Disney. Seperti yang kita tahu, Kingdom Hearts kini telah berevolusi menjadi franchise hiburan yang amat populer, dan Square pun juga sudah lama merger dengan kompetitornya, Enix.
Kingdom Hearts tentu bukan satu-satunya franchise game legendaris yang dimiliki oleh Square Enix. Gabungan dua perusahaan dengan sejarah yang panjang itu mempunyai portofolio franchise game yang masif; mulai dari Final Fantasy sampai Tomb Raider, masing-masing dengan taraf kesuksesannya sendiri-sendiri.
Membahas semuanya tentu bakal kepanjangan. Untuk itu, di artikel ini saya hanya akan membahas 10 saja. Ketimbang sebatas mengandalkan opini pribadi, pemilihannya saya dasarkan pada penerimaan publik terhadap masing-masing franchise game. Tanpa perlu berlama-lama, berikut 10 franchise game Square Enix yang paling legendaris.
1. Final Fantasy
Tidak bisa dipungkiri, inilah franchise game yang namanya paling melekat dengan Square Enix. Sejak game pertamanya dirilis di tahun 1987, Final Fantasy telah menginspirasi segudang game lain di genre RPG. Resep khas yang kita kenal dari JRPG – turn-based combat, random encounter, party system – dipopulerkan oleh Final Fantasy. Kendati demikian, Final Fantasy tidak pernah takut untuk bereksperimen dengan berbagai hal baru dari satu game ke yang lain.
Sejauh ini, franchise Final Fantasy telah melahirkan 15 game utama dan segudang spin-off. Beberapa spin-off-nya bahkan juga berkembang menjadi franchise game terpisah yang tak kalah legendaris. Kalau bukan karena Final Fantasy, JRPG mungkin tidak akan sepopuler ini di kancah internasional. Dari sisi komersial, Final Fantasy juga sukses besar, dengan angka penjualan secara keseluruhan melebihi 164 juta kopi per Oktober 2021.
2. Dragon Quest
Sepopuler apapun Final Fantasy, ia bukanlah JRPG yang pertama. Titel tersebut lebih pantas diberikan kepada Dragon Quest, yang game pertamanya dirilis setahun lebih awal ketimbang Final Fantasy dan yang memperkenalkan konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi kiblat bagi JRPG lain, termasuk halnya Final Fantasy. Kreator Final Fantasy, Hironobu Sakaguchi, bahkan mengakui secara terbuka bahwa kesuksesan Dragon Quest-lah yang menginspirasi dirinya untuk menciptakan Final Fantasy.
Dragon Quest sering kali mendapat pujian atas inovasi-inovasi yang dihadirkannya; mulai dari sistem untuk mengganti character class di Dragon Quest III, sampai mekanisme menangkap dan melatih monster di Dragon Quest V, yang akhirnya diadopsi dan dikembangkan lebih jauh oleh game-game seperti Pokemon dan Digimon.
Di kancah internasional, nama Dragon Quest mungkin masih kalah populer dari Final Fantasy. Namun di Jepang, Dragon Quest sudah sering dianggap sebagai game nasional.
3. Kingdom Hearts
Kingdom Hearts mungkin bisa disebut sebagai game yang paling tidak koheren sama sekali. Bagaimana tidak; lakon utamanya adalah tipikal sosok pahlawan di JRPG, akan tetapi selama petualangannya ia juga ditemani oleh Donald Duck dan Goofy. Yang mengejutkan, kombinasi serius dan konyol ini rupanya tetap dapat disajikan secara apik, sekaligus pada akhirnya menjadi salah satu daya tarik utama dari franchise Kingdom Hearts itu sendiri.
Meski telah eksis selama dua dekade, Kingdom Hearts sebenarnya baru mempunyai tiga game utama. Game keempatnya, Kingdom Hearts 4 baru saja diumumkan pada acara perayaan ulang tahun franchise Kingdom Hearts yang ke-20 pekan lalu. Sama seperti Final Fantasy dan Dragon Quest, Kingdom Hearts juga telah diadaptasikan ke berbagai media lain, dan popularitasnya pun juga dapat dirasakan di luar ranah gaming.
4. Mana
Sebelum menjadi salah satu franchise RPG kebanggaan Square Enix, Mana mengawali kiprahnya terlebih dulu sebagai spin-off Final Fantasy. Game pertamanya bukanlah Secret of Mana, melainkan Seiken Densetsu: Final Fantasy Gaiden yang dirilis di platform Game Boy pada tahun 1991. Untuk membedakannya dari seri Final Fantasy, seri Mana sejak awal sengaja dirancang dengan sistem pertarungan real-time khas action RPG, sehingga tidak sedikit yang membandingkannya dengan seri game Zelda besutan Nintendo.
Jumlah game di seri Mana memang tidak sebanyak Final Fantasy ataupun Dragon Quest, akan tetapi legasinya tetap bisa dirasakan di sepanjang perkembangan industri video game. Secret of Mana, misalnya, kerap dianggap sebagai salah satu game SNES terbaik yang pernah ada, demikian pula Trials of Mana, serta Legend of Mana untuk PS1. Ketiganya cukup populer sampai-sampai Square Enix memutuskan untuk merilisnya ulang di platform modern; Secret of Mana dan Trials of Mana sebagai remake, Legend of Mana sebagai remaster.
5. Star Ocean
Ada banyak hal yang membuat seri game Star Ocean cukup dikenang, mulai dari sistem real-time combat-nya yang seru, sampai mekanisme-mekanisme pendukung seperti crafting dan memasak. Juga sulit dilupakan adalah begitu banyaknya ending yang tersedia dalam beberapa game Star Ocean, yang sangat dipengaruhi oleh keputusan pemain dalam membangun relasi dengan berbagai karakter di dalam game. Game keduanya misalnya, Star Ocean: The Second Story, mempunyai total 86 ending yang berbeda.
Popularitas Star Ocean memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan JRPG lainnya, akan tetapi ia selamanya akan selalu dikenal sebagai seri game yang sangat memprioritaskan relasi antar karakter, yang bahkan bisa memengaruhi sesi combat sekalipun. Franchise Star Ocean sejauh ini terdiri dari lima game utama, tiga spin-off, satu remake, satu remaster, serta manga dan anime. Game keenamnya, Star Ocean: The Divine Force, dijadwalkan hadir tahun ini juga.
6. Chrono
Dengan hanya tiga game, agak sulit menyebut Chrono sebagai sebuah franchise. Meski begitu, legasinya terlalu besar untuk diabaikan. Game pertamanya, Chrono Trigger, merupakan hasil kolaborasi pencipta Final Fantasy (Hironobu Sakaguchi), Dragon Quest (Yuji Horii), sekaligus Dragon Ball (Akira Toriyama). Kolaborasi tiga sosok jenius tersebut tidak sia-sia, sebab Chrono Trigger kerap dianggap sebagai salah satu game terbaik sepanjang masa. Mulai dari ceritanya, dunianya, karakternya, sistem pertarungannya, sampai musiknya; hampir tidak ada yang jelek dari Chrono Trigger.
Belum lama ini, seri Chrono kembali menjadi buah bibir berkat peluncuran versi remaster dari Chrono Cross. Di samping membawa berbagai penyempurnaan dari sisi grafis, gameplay, maupun audio, versi remaster-nya juga mengikutsertakan game terpisah yang berjudul Radical Dreamers. Sebelumnya tidak pernah dirilis di luar Jepang, Radical Dreamers pada dasarnya adalah visual novel yang menjembatani plot cerita antara Chrono Trigger dan Chrono Cross.
7. Front Mission
Meski pada akhirnya telah melebar ke banyak genre, seri Front Mission bermula sebagai sebuah tactical RPG yang dirilis di tahun 1995 untuk platform SNES. Game pertamanya ini menuai banyak pujian, terutama berkaitan dengan opsi kustomisasi mecha (wanzer kalau dalam kamus Front Mission) yang tersedia, tidak ketinggalan pula plot ceritanya yang mendalam yang penuh dengan unsur politik. Dua sekuelnya yang dirilis untuk PlayStation orisinal pun turut diterima dengan baik oleh banyak penggemar RPG.
Kualitas franchise Front Mission baru terasa menurun setelah mulai melahirkan beberapa spin-off di luar kategori RPG. Mungkin itulah kenapa akhirnya Square Enix memutuskan untuk membuatkan remake Front Mission orisinal, yang kabarnya akan hadir di Nintendo Switch tahun ini juga, disusul oleh remake Front Mission 2 setelahnya.
8. Valkyrie Profile
Dirilis di tahun 1999 untuk PlayStation, kesuksesan Valkyrie Profile bisa dibilang agak underappreciated. Hal itu wajar mengingat Valkyrie Profile tergolong cukup kompleks jika dibandingkan dengan JRPG lain pada masanya. Combat-nya kompleks tapi seru khas developer Tri-Ace (pengembang Star Ocean), demikian pula plot ceritanya, terutama jika Anda tekun mengulik berbagai aspek demi mengungkap misteri mengenai sang protagonis utamanya.
Seri Valkyrie Profile sejauh ini terdiri dari empat game yang masing-masing dirilis untuk platform yang berbeda: Valkyrie Profile di PS1, Valkyrie Profile 2: Silmeria di PS2, Valkyrie Profile: Covenant of the Plume di Nintendo DS, dan Valkyrie Anatomia: The Origin di Android dan iOS. Meski tidak sepopuler seri game lain di portofolio Square Enix, Valkyrie Profile punya komunitas penggemar yang loyal. Game terbaru di seri ini, Valkyrie Elysium, kabarnya akan hadir tahun ini juga.
9. SaGa
Seperti halnya seri Mana, seri game SaGa pada awalnya juga bermula sebagai spin-off Final Fantasy. Game pertama di seri ini, Makai Toushi SaGa (atau juga dikenal dengan nama The Final Fantasy Legend), dirilis di akhir tahun 1989 untuk Game Boy, sekaligus menjadi RPG yang pertama untuk konsol handheld tersebut. Kalau seri Mana dibuat lebih aksesibel daripada Final Fantasy dengan mengandalkan real-time combat, seri SaGa justru sebaliknya dan menawarkan gameplay yang lebih sulit daripada Final Fantasy.
Seri game SaGa sejak awal dikenal akan penekanannya pada eksplorasi open-world dan gameplay yang nonlinear. Plotnya bisa berkembang ke mana-mana, demikian pula perkembangan karakternya, tergantung pada pilihan-pilihan yang diambil oleh pemain. Singkat cerita, kebanyakan game di seri SaGa, khususnya seri Romancing SaGa, memang dirancang untuk ditamatkan sebanyak lebih dari satu kali.
Cukup disayangkan seri game SaGa sepertinya sudah tidak dikembangkan lebih jauh lagi, tapi untungnya game-game lama di seri ini sudah dirilis ulang untuk platform modern, dan beberapa pun juga ada yang di-remaster.
10. Tomb Raider
Satu-satunya yang bukan JRPG dalam daftar ini, franchise Tomb Raider baru resmi menjadi properti Square Enix di tahun 2009, tepatnya ketika Square Enix mengakuisisi pemilik aslinya, Eidos Interactive. Game pertamanya yang dirilis di tahun 1996 banyak menuai pujian, terutama berkaitan dengan gameplay dan kontrolnya yang terkesan inovatif. Penggunaan lakon utama wanita tentu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Tomb Raider, meski sayangnya ini juga kerap berujung pada eksploitasi seksualitasnya.
Selama kiprahnya, seri game Tomb Raider sudah menjalani fase reboot sebanyak dua kali. Yang pertama adalah di tahun 2006 lewat game Tomb Raider: Legend, dan yang kedua adalah di tahun 2013, yang serinya masih dilanjutkan hingga sekarang. Sejak reboot terbarunya ini, karakterisasi Lara Croft juga sudah berubah drastis dan tidak lagi menjadi korban eksploitasi seksualitas.
Sebagai sebuah franchise, Tomb Raider juga telah dikembangkan lebih jauh hingga melahirkan beberapa game spin-off, serta telah beberapa kali diadaptasikan ke film dan novel.