Penundaan demi penundaan membuat para penikmat game horor-action menanti sangat lama untuk Dying Light 2: Stay Human. Dan setelah menunggu hampir 4 tahun sejak reveal-nya di E3 2018, sekuel game zombi open world besutan Techland ini akhirnya rilis pada tanggal 5 Februari kemarin.
Dengan harga Rp849 ribu, Dying Light 2 menawarkan gameplay, grafik, serta story yang lebih superior dari pendahulunya. Dari sejumlah trailer yang dipamerkan oleh Techland, sekuel teranyar dari game zombi parkour besutan mereka ini memiliki pengalaman parkour yang berbeda dan lebih canggih dari sebelumnya. Grafik rupawan yang dikombinasikan dengan Real-time Ray Tracing juga menjadi salah satu highlight dari Dying Light 2.
Menjadi penerus dari Dying Light yang sukses menggarap lebih dari 17 juta pemain di tahun 2019, para pemain pastinya memiliki ekspektasi dan harapan yang lebih tinggi tentang Dying Light 2: Stay Human. Namun, apakah ekspektasi dan harapan para penggemar game zombi-action dapat terpenuhi dengan Dying Light 2? Menjawab pertanyaan tersebut, berikut adalah kompilasi review dari Dying Light 2: Stay Human.
Kombinasi Parkour dan Combat yang Mengasyikkan
Jika Anda memainkan Dying Light pertama, pastinya Anda tidak lupa dengan gameplay parkour dan combat-nya yang super asyik. Sebagai penerusnya, Dying Light 2 Stay Human tentunya memiliki sejumlah peningkatan di kedua aspek gameplay tersebut. Bahkan, menurut IGN, pemain akan merasakan sistem parkour yang lebih ‘bebas’ dan mulus di sekuel terbaru ini.
Namun, esensi parkour dan combat itu disebut perlu diasah sendiri oleh pemain. PCGamer juga mengatakan bahwa beberapa jam pertama memainkan Dying Light 2, parkour dan combat-nya terasa lamban dan canggung. Tetapi, semakin banyak XP yang diperoleh untuk skill-tree, parkour dan combat untuk melompati gedung-gedung serta membantai zombi akan terasa semakin dinamis dan menyenangkan.
Seperti yang diungkap oleh IGN, terdapat lebih dari 20 skill parkour yang dapat dipelajari dan memungkinkan pemain menjelajahi The City dengan cara baru seperti lari di tembok, sliding di bawah rintangan, melompat dari kepala zombi, dan masih banyak lagi. Nantinya, pemain juga akan mendapat grappling hook yang memungkinkannya untuk mengayun layaknya Spiderman. Asyik bukan?
Cerita yang Panjang dan Bervariasi Namun Membosankan
Bertujuan untuk mencari adik perempuannya, perjalanan Aiden Caldwell di The City memang akan sangat panjang. Bahkan, Techland menyebut Dying Light 2 ini akan memakan waktu hingga 500 jam untuk menyelesaikan semua cerita dan side quest-nya. Namun, jika Anda hanya ingin menyelesaikan cerita utamanya, Anda akan membutuhkan sekitar 20 jam saja.
Tidak hanya super panjang, pemain juga dapat menentukan sendiri petualangan yang akan dijalani oleh Aiden. Setiap keputusan yang Anda pilih juga akan berdampak pada kemajuan cerita dan ending yang didapatkan. Sakin bervariasinya, Dying Light 2 ini memiliki delapan ending yang berbeda. Namun, cerita perjalanan Aiden mencari adik perempuannya ini cukup membosankan.
Menurut TheGuardian, ada banyak adegan yang menunjukkan kesedihan, kehilangan, dan pengkhianatan, namun emosi tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik ke pemain. Lalu, WindowsCentral juga mengatakan bahwa tidak butuh waktu lama memainkannya, mereka mulai merasa bosan dengan cerita dari Dying Light 2. Untungnya, gameplay parkour dan combat yang menyenangkan sangat membantu membuat game ini menjadi seru.
Polygon juga ikut berkomentar tentang cerita Dying Light 2 ini. Menurut mereka, sekuel terbaru dari game zombi dari Techland ini lebih menunjukkan sisi gameplay-nya daripada story yang dimuat. Jadi, story dari Dying Light 2 ini bisa dibilang ‘terbanting’ oleh gameplay-nya yang sangat asyik.
Grafik yang Memanjakan Mata dengan Performa yang Baik, Namun Hanya di PC
Saat pertama kali melihat grafik Dying Light 2 yang dipamerkan oleh Techland sebelum perilisannya, secara pribadi saya tercengang. Tekstur yang super tajam dikombinasikan dengan Real time Ray-Tracing yang membuat bayangan dan refleksi menjadi semakin realistis menjadikan grafik dari Dying Light 2 ini sangat enak untuk dipandang. Grafik yang realistik ini juga membantu pemain agar lebih merasakan kengerian The City yang penuh dengan mayat berjalan.
Sayangnya, grafik yang mulus dan realistik ini hanya bisa diraih oleh PC gaming monster. Pasalnya, bahkan konsol-konsol generasi terbaru seperti PlayStation 5 dan Xbox Series X tidak bisa menampilkan potensi tertinggi dari grafik milik Dying Light 2. Seperti yang diungkapkan oleh EuroGamer, pengalaman bermain dengan grafik spektakuler ini tampaknya condong ke PC-PC high-end daripada konsol generasi terbaru.
Beberapa media seperti IGN dan WindowsCentral juga melaporkan bug di Dying Light 2 yang sangat mengganggu. Menurut mereka, konsol Xbox Series X maupun PlayStation 5 yang mereka gunakan tidak dapat menjalankan Dying Light 2 dengan mulus. FPS yang tidak stabil di angka 20-60 membuat pengalaman bermainnya kurang menyenangkan.
Namun, PC ternyata juga ikut terciprat bug yang sama seperti di konsol. Bukan soal FPS-nya yang tidak stabil, PC kebagian sejumlah bug lainnya seperti dialog karakter yang berhenti secara tiba-tiba, suara game yang tiba-tiba corrupt, objective yang tidak muncul, dan masih banyak lagi. Ini tentu saja dapat dimaklumi, mengingat umur Dying Light 2 yang masih beberapa hari.
Siklus Siang-Malam yang Ikonik
Siklus siang dan malam yang dinamis menjadi salah satu unsur unik dari Dying Light selain parkour dan combat-nya. Tentu saja, unsur gameplay ini dihadirkan kembali pada rilisan ke-2 dari serial besutan Techland ini. Identik dengan pendahulunya, pada malam hari, zombi-zombi akan menjadi lebih ganas namun dengan reward dan loot yang juga lebih banyak.
Bedanya, malam hari di Dying Light 2 lebih berbahaya dan mencekam, Kotaku dan Gamespot bahkan sepakat bahwa jalanan yang dipenuhi oleh zombi serta segala varian spesialnya membuat Aiden harus menetap di safehouse. Yes… Ada varian-varian zombi baru yang tidak kalah menyeramkan dari Tyrant maupun Nemesis dari Resident Evil.
Penutup
Gameplay dan grafik yang disuguhkan oleh Techland memang jempolan. Apalagi simulasi parkour dan combat yang sungguh mengasyikkan membuat Dying Light 2 sangat memenuhi ekspektasi saya. Poin minusnya hanya di ceritanya yang membosankan. GameSpot juga menyebutkan voice acting dari beberapa karakter yang ditemui oleh Aiden kurang terasa realistik.
Menjadi game yang baru berumur beberapa hari, saya rasa sejumlah bug di Dying Light 2 dapat dimaafkan jika segera diperbaiki oleh Techland. Overall, kombinasi zombi, parkour, dan open-world ini menjadikan Dying Light 2 sangat menarik untuk dimainkan. Namun, jika Anda ingin memainkannya tanpa masalah, mungkin Anda harus menunggu sampai bug-bug tersebut diperbaiki oleh Techland.
Featured image credit: Techland