Activision Blizzard, Torque Esports, dan UMG bekerja sama untuk mengadakan turnamen esports Overwatch di tingkat perkuliahan. Turnamen dengan nama Overwatch Collegiate Clash ini menawarkan total hadiah sebesar US$40 ribu (sekitar Rp570 juta). Namun, hadiah yang diberikan dari turnamen ini berupa beasiswa yang akan digunakan untuk mengembangkan kegiatan esports di universitas yang menang.
Overwatch Collegiate Clash akan dimulai pada akhir Maret 2020 dan akan berlangsung selama delapan minggu. Setiap minggu, akan ada delapan tim yang bertanding. Pada akhir turnamen, tim-tim terbaik akan saling bertanding dengan satu sama lain. Menyelenggarakan turnamen tingkat perkulihan ini merupakan bagian dari usaha Torque dan UMG untuk mendukung dan mengembangkan ekosistem esports. Selain itu, dengan adanya turnamen Overwatch di tingkat universitas ini, diharapkan ini akan memudahkan para mahasiswa yang ingin berkarir di dunia esports untuk menjadi pemain profesional.
“Para pengamat esports menekankan bahwa pasar esports di tingkat universitas di Amerika Serikat memiliki potensi besar, baik untuk pihak publisher dan pengiklan. Dan Torque akan menggunakan kesempatan ini untuk merealisasikan potensi itu dengan Overwatch,” kata President dan CEO Torque Esports, Darren Cox, seperti dikutip dari Yahoo. “Sama seperti olahraga tradisional, turnamen di tingkat universitas merupakan liga pendukung, yang memungkinkan para talenta esports muda untuk melatih kemampuan mereka dan mempersiapkan diri untuk menjadi gamer profesional. Ini adalah langkah untuk masuk ke ‘liga besar’.”
Belakangan, memang semakin banyak liga atau turnamen esports yang dikhususkan untuk pemain yang masih duduk di bangku SMA atau kuliah. Pada Januari 2020, Epic Games menggandeng PlayVS untuk membuat liga Fortnite di tingkat SMA dan universitas. Sementara di Indonesia, juga ada turnamen khusus mahasiswa seperti PUBG Mobile Campus Championship (PMCC) atau liga khusus siswa SMA seperti High School League dari JD.ID. Sayangnya, di Tanah Air, membawa esports ke sekolah bukan perkara gampang. Masih ada orangtua yang percaya bahwa esports justru akan memberikan dampak negatif pada anak. Padahal, ada sejumlah soft skills yang bisa dipelajari anak ketika mereka aktif dalam esports, seperti komunikasi, strategi, dan cara mengatasi tekanan atau menghadapi kekalahan.