Dalam industri esports, para pemain tentunya menjadi bintang utama. Tidak jarang, nama mereka masuk dalam berita setelah mereka memenangkan turnamen, baik tingkat nasional atau internasional. Di balik tim atau pemain esports yang sukses, ada tim manajemen yang baik. Pada awal Agustus lalu, dalam sebuah acara konferensi pers, Managing Director ONIC Esports, Chandra Wijaya pernah menekankan pentingnya chemistry antara investor dan tim esports yang didukung.
Ketika itu, Chandra juga menjelaskan bahwa ONIC tidak hanya mengejar menang, tapi juga menjadi aspirasi bagi anak muda. Dan inilah yang membuat Agaeti Venture Capital tertarik untuk menanamkan investasi di tim esports tersebut. “Sebagai venture capital, sebelum kami menanamkan investasi, baik ke startup atau tim esports, kami mempertimbangkan apa dampak sosialnya,” kata venture partner, Agaeti Venture Carey Ticoalu di depan awak media. Dia mencontohkan GoJek. Startup ride-hailing itu tidak hanya sukses untuk menjadi unicorn tapi juga membantu para tukang ojek untuk mendapatkan penghasilan lebih.
“Begitu melihat ONIC, kami melihat mereka membawa social impact pada anak muda yang punya bakat,” kata Ticoalu. “Kemenangan itu penting, tapi ONIC juga bisa membimbing anak muda generasi milenial.” Dia menyebutkan, “generasi senior” masih sulit untuk menerima industri esports dan gaming. “Masih dianggap hanya main-main saja,” ujarnya. “Kami melihat ONIC bisa jadi platform yang tepat untuk mendukung kemajuan anak-anak ini secara profesional dan membuat mereka mengerti apa itu sukses sebagai anak muda.”
Venture capital biasanya identik dengan startup. Namun, Agaeti kini juga mulai mendukung tim esporst. Ticoalu mengatakan bahwa Agaeti mulai tertarik dengan esports karena mereka merasa, industri ini akan menjadi besar dalam waktu beberapa tahun ke depan. Dia menyebutkan, penonton esports telah bertumbuh 15 persen dalam waktu tiga tahun terakhir. Memang, menurut laporan Kepios bersama We Are Social dan HootSuite, 40 persen netizen Indonesia menonton esports. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyebutkan, sekarang, ada 171 juta pengguna internet di Indonesia. Itu artinya, jumlah penduduk Indonesia yang menonton esports mencapai 68,4 juta orang.
“Esports bisa ditonton oleh semua orang secara global jika dibandingkan dengan olahraga tradisional, karena penyebaran penonton esports lebih merata jika dibandingkan dengan olahraga seperti NFL (liga nasional american football Amerika Serikat) yang biasanya hanya ditonton oleh penonton di Amerika Utara,” kata Ticoalu pada Hybrid ketika dihubungi melalui pesan singkat.
Dia juga menyebutkan bahwa kini, esports mulai diakui sebagai olahraga profesional. Menurutnya, ada tiga alasan yang menyebabkan hal itu terjadi. Pertama adalah semakin populernya game mobile dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu, jumlah penonton esports juga terus bertambah. Terakhir, para pemain profesional juga aktif untuk berinteraksi dengan penonton, baik melalui media sosial atau ketika mereka melakukan siaran langsung.
Ticoalu mengatakan, Agaeti selalu berusaha untuk melihat dampak sebuah industri dalam lima sampai tujuh tahun ke depan. Dia merasa, esports akan menjadi industri yang besar. Memang, menurut Newzoo, nilai industri esports mencapai US$1,1 miliar pada 2019. “Transisi telah mulai terjadi. Dulu, bermain game hanya merupakan gerakan kultural, untuk melepas stres. Sekarang, esports sudah diakui sebagai ajang untuk mengadu talenta,” katanya. Ini juga didukung oleh pengakuan dari media mainstream akan esports.
Selain Agaeti Venture, sponsor ONIC lainnya adalah Fore Coffee. Sedikit berbeda dengan Agaeti Venture, tujuan utama Fore menjadi sponsor dari ONIC adalah karena mereka memiliki target konsumen yang sama, yaitu milenial. Keputusan venture capital dan startup seperti Fore untuk menjadi sponsor dari tim esports menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk masuk ke industri ini.