4 Tren Mobile Gaming yang Ramai Dibicarakan di GDC 2022

Salah satu topik yang dibahas adalah tentang maraknya penggunaan model bisnis subscription.

Game Developers Conference (GDC) akhirnya kembali digelar secara offline. Acara tersebut diadakan pada 21-25 Maret 2022 di San Francisco, Amerika Serikat. Kepada VentureBeat, Head of GDC, Katie Stern mengatakan bahwa tahun ini, jumlah konferensi pers di GDC akan berkurang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft, Epic Games, dan Google tidak lagi menggelar acara khusus di GDC. Namun, hal itu bukan berarti pembicara yang datang atau topik yang diangkat dalam GDC tidak lagi menarik.

GDC tetap mengangkat berbagai tren dan teknologi baru di industri game, termasuk dalam industri mobile game. Berikut lima insights tentang industri mobile game yang bisa diambil dari GDC 2022.

1. Adopsi Battle Pass di Mobile Game

Berdasarkan data dari Sensor Tower, 5 dari 10 mobile game dengan pemasukan terbesar pada 2021 memiliki season pass. Hal ini diungkapkan oleh CEO Double Coconut, David Fox di GDC 2022. Dia lalu menjelaskan bagaimana penggunaan battle pass bisa mendorong pemasukan mobile game, dengan menjadikan Gold Pass pada Clash of Clans sebagai contoh. Mengutip Supercell, developer dari Clash of Clans, Fox mengatakan bahwa setelah Gold Pass diimplementasikan pada April 2019, besar pemasukan rata-rata per pemain (ARPU) menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Keberadaan Gold Pass membuat spender (pemain yang sudah menghabiskan uang dalam game) mengeluarkan uang lebih banyak. Tak hanya itu, dengan menyediakan Gold Pass, Supercell juga bisa mengubah pemain gratis menjadi pemain berbayar.

Lima dari 10 mobile game dengan pemasukan terbesar menggunakan battle pass. | Sumber: Sensor Tower

"Berbeda dengan fitur lain yang mendorong pemasukan, season pass memiliki durasi yang cukup lama," kata Fox, dikutip dari Sensor Tower. "Jadi, pemasukan perusahaan tidak hanya naik sementara, tapi berkelanjutan. Dengan begitu, pemasukan dari setiap pelanggan juga naik pesat ketika perusahaan merilis battle pass."

Lebih lanjut, Fox mengatakan, untuk bisa mengimplementasikan battle pass dalam game dengan sukses, developers harus memperhatikan tiga elemen. Pertama, dalam battle pass, developers harus menyediakan dua hadiah yang berbeda: satu hadiah untuk pemain gratis dan hadiah lain untuk pemain berbayar. Kedua, battle pass harus menunjukkan progression dari para pemain. Dan terakhir, battle pass harus menawarkan nilai lebih pada pemain dan membuat pengalaman bermain mereka menjadi lebih baik.

2. Menjamurnya Model Bisnis Subscription

Selain battle pass, model bisnis lain yang banyak digunakan oleh mobile game adalah subscription atau langganan. Kebanyakan mobile game yang menggunakan model bisnis subscription adalah mid-core game. Sepanjang 2021, mid-core game cukup sukses. Buktinya, dalam daftar 100 mobile game dengan pemasukan terbesar, 67 di antaranya merupakan mid-core game. Sebagai perbandingan, hanya 19 game saja yang merupakan game kasual. Hal ini dibahas oleh Omdia Principal Analyst, George Jijiashvili, menggunakan data dari Sensor Tower.

Data tentang game-game yang menggunakan model berlangganan. | Sumber: Sensor Tower

Dari segi genre, sebagian besar mobile game yang menggunakan model bisnis subscription merupakan game RPG. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, dari 100 mobile game dengan model subscription paling sukses, 31 di antaranya merupakan game RPG. Genre lain yang banyak menggunakan model bisnis langganan adalah strategi, diikuti oleh genrepuzzle dan casino.

Jijiashvili menganggap, langganan adalah model bisnis yang paling cocok untuk mid-core game. Meskipun begitu, dia juga percaya, model bisnis subscription juga bisa diadopsi oleh game-game kasual. Dia juga membahas tentang bagaimana model subscription digunakan oleh game hypercasual. Pada game hypercasual, biasanya, model berlangganan akan digabungkan dengan model ads removal atau penghapusan iklan.

3. Adaptasi Game Konsol dan PC ke Mobile

Setelah PUBG sukses di PC, muncul versi mobile dari game tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada Fortnite dan Apex Legends. Di GDC 2022, CEO Visible Entertainment, Dave Rohrl membahas tentang bagaimana game PC yang sukses biasanya akan diadaptasi ke mobile, khususnya game dengan genre battle royale.

"Jika Anda punya IP dari game AAA, khususnya gamebattle royale, shooter, atau MOBA, Anda tampaknya harus membuat versi mobile dari game Anda," kata Rohrl. "Dan, versi mobile yang Anda buat bukanlah extension dari game Anda di PC, seperti Lara Croft GO, tapi mobile game dengan gameplay yang sama seperti versi PC. Mobile game tersebut akan menjadi cara baru bagi gamers untuk memainkan game yang mereka sukai."

Rohrl menjelaskan, tren untuk membuat mobile game berdasarkan IP dari game PC atau konsol sangat populer di negara-negara berkembang, seperti Brasil dan India. Buktinya, semakin banyak mobile game yang didasarkan pada IP lain yang menjadi populer di negara-negara tersebut.

Menurut Rohrl, ada beberapa alasan mengapa mobile game yang mengadaptasi IP game konsol dan PC populer di negara-negara berkembang. Salah satunya, pola pikir mobile-first di negara berkembang. Selain itu, umur rata-rata dari warga negara-negara cenderung lebih muda. Alhasil, para gamers di negara berkembang cenderung suka dengan game kompetitif dan berbau action. Terakhir, alasan mengapa mobile game berbasis IP game konsol dan PC populer adalah karena tidak banyak gamers yang tumbuh besar memainkan konsol.

Umur rata-rata warga di negara-negara. | Sumber: Sensor Tower

"Sekarang, semakin banyak franchisegame AAA yang diadaptasi ke mobile game. Seiring dengan munculnya franchise game besar baru di PC dan konsol, semakin banyak pula game yang dirilis untuk mobile," kata Rohrl. "Anda mungkin tidak akan menyadari fenomena ini jika Anda hanya memperhatikan industri game di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Karena, fenomena ini terjadi di negara-negara berkembang. Salah satu hal yang menyebabkan fenomena tersebut adalah demografi dari negara berkembang dan sulitnya akses ke hardware gaming di negara berkembang."

Lebih lanjut, dia berkata, "Satu hal yang harus diingat, di negara berkembang, pendapatan per pemain memang lebih rendah. Tapi, populasi mereka tengah tumbuh. Karena pertumbuhan populasi itulah, tren adaptasi game AAA ke mobile di negara berkembang masih akan terus berlanjut."

4. Blockchain Gaming di Mobile Game

Blockchain gaming jadi salah satu hal baru yang ramai dibicarakan di industri game. Jadi, tidak heran jika GDC 2022 juga mengangkat blockchain gaming sebagai topik. Sejauh ini, telah ada beberapa blockchain mobile game yang cukup sukses. Salah satu  contoh blockchain game yang tersedia di mobile adalah Thetan Arena dari WolfFun. Game itu telah diunduh sebanyak sekitar 11 juta kali.

Contoh lain dari blockchain mobile game adalah MIR4 dari Wemade, yang diperkirakan telah mendapatkan US$106 juta dari in-app purchase. Padahal, game itu baru diluncurkan pada Agustus 2021. Dan dalam GDC 2022, Shane Kim, Wemade VP dan CEO Wemix, membahas tentang tren blockchain game.

"Sekarang, game tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan. Game kini juga dilengkapi dengan kegiatan ekonomi," kata Kim, menurut laporan Sensor Tower. "Adanya kegiatan ekonomi juga menjadi karakteristik dari metaverse, yang sekarang tengah ramai dibicarakan. Ketika pelaku industri game menyadari pentingnya kegiatan ekonomi dalam game, saat itulah industri game akan kembali tumbuh pesat."

Sumber header: GDConf