Perangkat wearable augmented reality dibuat untuk memodifikasi dunia nyata dengan konten digital. Bersamanya, terbukalah potensi baru di bidang hiburan serta merombak cara kita mendapatkan informasi. Google Glass saat ini merupakan device wearable AR paling menjanjikan, tapi alternatif besutan Toshiba mungkin mampu membuat konsumen berpaling.
Di ajang tahunan Combined Exhibition of Advanced Technologies Jepang, perusahaan yang pernah mengenalkan TV 3D ‘glassesless‘ pertama di dunia (RZ1) mengungkap sebuah produk wearable AR demi menyaingi Google Glass. Gadget itu diperkenalkan dengan nama Toshiba Glass. Walau fungsi dasarnya sama, Toshiba mengusung pendekatan teknologi display berbeda dari kacamata augmented reality lain.
Pada Google Glass, terdapat bagian lensa tambahan sebagai medium penyalur konten AR ke objek yang Anda lihat. Kubus bening itu berfungsi untuk merefleksikan hasil proyeksi agar mata bisa melihatnya. Konsep tersebut masih dipegang oleh Toshiba, tapi eksekusinya lebih mulus. Bukannya menggunakan lensa eksternal, bagian reflektor diintegrasikan ke dalam lensa kacamata sebelah kanan.
Artinya, tak ada lensa tambahan yang mengganggu pandangan pengguna, dan Anda pun tidak menjadi pusat perhatian. Ketika ia di nonaktifkan, rasanya sama seperti mengenakan kacamata biasa. Jika dilihat lebih dekat dalam sudut tertentu, akan tampak sayatan-sayatan halus di lensa untuk merefleksikan proyeksi. Saat dinyalakan, Anda segera melihat gambar-gambar virtual melayang di depan mata – seperti Google Glass.
Info menarik: Sony SmartEyeglass, Siap Tantang Google Glass Bulan Maret 2015
Menurut pengakuan para tester, hasil gambar Thoshiba Glass memang tidak setajam produk kompetitornya itu, dan baru terlihat maksimal jika Anda berada di ruang temaram. Sang produsen masih perlu mencari metode agar Toshiba Glass dapat menghadirkan hasil gambar sempurna pada kondisi cerah. Tapi tanpa bagian reflektor eksternal, prestasi Toshiba patut diacungi jempol.
Toshiba Glass membutuhkan koneksi konstan ke smartphone Anda. Ia memiliki fitur lebih sedikit dibanding Google Glass karena ketiadaan kamera. Pada dasarnya, perangkat ini hanya menyalurkan konten handset ke pandangan. Kelemahan terbesar terletak dari tidak adanya konektivitas wireless – smartphone dan Toshiba Glass harus tersambung via kabel.
Menariknya, sambungan kabel adalah solusi masalah performa baterai wearable device dari Toshiba. Alasannya, baterai built-in diklaim membuat Google Glass menjadi berat. Akan tersedia tiga model Toshiba Glass: standar, sporty dan industrial (a la kacamata lab). Ia dijanjikan hadir di tahun depan dengan harga jauh lebih murah dibanding Google Glass – saat ini dibanderol US$ 1.500.
Sumber: PC World. Gambar header: Channel News Asia.
tesssss