29 June 2020

by Glenn Kaonang

Tencent Sedang Menguji Trovo, Alternatif Twitch yang Berfokus di Platform Mobile

Siap lancarkan program rekrutmen dengan insentif yang menggiurkan, tapi sayang sejauh ini baru di Amerika Serikat

Mengembangkan layanan live streaming itu bukan pekerjaan mudah. Mixer adalah bukti nyatanya. Jutaan dolar yang Microsoft investasikan untuk layanan tersebut rupanya tidak mampu menyelamatkannya dari kepunahan.

Selama bertahun-tahun, Twitch masih menjadi pihak yang paling dominan, dan itu tetap berlaku meski beberapa bintang besarnya 'diculik' ke YouTube atau Facebook, termasuk Ninja yang dikontrak oleh Mixer. Fakta ini pada akhirnya membuat saya selalu mengernyitkan dahi setiap kali ada platform live streaming baru yang mencoba peruntungannya di ranah kekuasaan Twitch, YouTube dan Facebook ini.

Namun ceritanya bisa agak berbeda kalau melibatkan nama sebesar Tencent, yang terbukti masih sangat sukses di industri gaming meski pandemi melanda. Berdasarkan laporan Bloomberg, Tencent kabarnya diam-diam sedang menguji sebuah layanan live streaming bernama Trovo di Amerika Serikat.

Trovo saat ini sudah beroperasi meski statusnya masih beta. Tampilan beserta fiturnya sepintas kelihatan begitu mirip dengan Twitch. Bloomberg sempat menyinggung bahwa Trovo lebih berfokus pada mobile gaming – dua game terpopuler di sana saat ini adalah Call of Duty Mobile dan PUBG Mobile (keduanya juga punya afiliasi dengan Tencent) – akan tetapi kategori seperti Valorant dan Apex Legends juga muncul di rekomendasi.

Tencent sepertinya tidak mau main-main dalam mendorong pertumbuhan Trovo. Bulan Juli nanti, mereka bakal memulai semacam program rekrutmen untuk Trovo selama 18 bulan ke depan. Tidak tanggung-tanggung, dana total sebesar $30 juta siap mereka kucurkan sebagai insentif untuk 500 kreator, dan jumlahnya (baik dana maupun partisipannya) disebut berpotensi bertambah.

Program ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai cara Trovo untuk menarik perhatian kalangan kreator sekaligus menggaji mereka supaya tetap produktif di platform-nya. 500 kreator tadi akan dibagi menggunakan sistem tier seperti di Twitch, dan masing-masing tier punya target (sebuah metrik bernama "Watch Hours") yang harus dicapai setiap bulannya. Kreator juga tidak diwajibkan untuk menyiarkan kontennya secara eksklusif di Trovo saja.

Timing peluncuran programnya tentu menarik karena penutupan Mixer itu tadi. Bersaing dengan Twitch dan YouTube ibarat mau menyaingi Dota 2 dan League of Legends di segmen MOBA; sulit tapi masih ada peluang jika menyasar target pasar yang berbeda, baik dari sisi platform maupun demografi.

Kita pakai Mobile Legends sebagai contoh, yang menyasar platform mobile dan pasar Asia Tenggara. Twitch sendiri juga terbukti kalah jauh popularitasnya dari YouTube di Indonesia, dan itu bisa menjadi indikasi bahwa layanan seperti Trovo ini sebenarnya masih punya potensi untuk bersaing setidaknya di pasar domestik atau regional.

Tencent sendiri kelihatannya juga sedang gencar-gencarnya berinvestasi di industri streaming belakangan ini. April lalu, mereka mengakuisisi Huya, layanan yang kerap disebut sebagai Twitch-nya Tiongkok. Tencent baru-baru ini juga diberitakan telah mengakuisisi layanan video-on-demand iflix.

Trovo memang tidak terang-terangan menyebut dirinya sebagai bagian dari Tencent. Keterangan afiliasinya dengan Tencent cuma tercantum pada dokumen syarat dan ketentuan penggunaan API-nya, dan alamat kontak yang tertera sama persis seperti alamat markas besar Tencent di Amerika Serikat. Namun kalau melihat manuver-manuver Tencent di industri streaming itu tadi, tampaknya Trovo memang termasuk sebagai salah satunya.

Sumber: Bloomberg.