Survei GDC: PC Masih Jadi Platform Favorit Developer Game

Setelah PC, dua platform lain yang menarik minat para developer adalah PlayStation 5 dan Nintendo Switch

Setiap tahun, Game Developers Conference (GDC) selalu mengadakan survei untuk para pekerja di studio game dan merilis laporannya. Tidak terkecuali tahun ini.

Dalam survei kali ini, selain membahas tentang platform dan model bisnis favorit para developer, GDC juga membahas tentang tanggapan developer akan teknologi dan konsep baru yang bersinggungan dengan industri game, seperti blockchain dan metaverse.

Platform dan Model Bisnis Favorit Developer

Untuk menghasilkan laporan State of the Game Industry 2023, GDC mengadakan survei pada 2,3 ribu developers game. Dari semua responden, sebanyak 57% mengaku bahwa mereka telah bekerja di industri game selama 10 tahun atau kurang.

Sementara dari segi jabatan, sebanyak 37% responden bertanggung jawab atas game design, 35% merupakan programmer, serta 31% responden adalah bagian dari tim produksi dan manajemen. Para responden juga datang dari divisi bisnis dan finansial, visual art, narrative/writing, marketing/PR, audio, Quality Assurance, dan lain sebagainya.

Berdasarkan survei GDC, kebanyakan developer game fokus untuk membuat game PC. Buktinya, sebanyak 65% developer mengaku, mereka sedang membuat game untuk PC. Sementara itu, sebanyak 57% responden mengatakan, proyek berikutnya yang akan mereka buat adalah game PC.

Selain PC, para developer juga sibuk untuk membuat game di PlayStation 5 dan Xbox Series X/S. Sebanyak 33% developer mengaku tengah mengembangkan game untuk PS5 dan 30% untuk Xbox Series X/S.

Jawaban para developer tentang platform untuk game yang sedang mereka buat. | Sumber: GDC

Saat ini, PC juga masih menjadi platform yang paling diminati oleh para developer. Sebanyak 64% responden mengatakan, PC merupakan salah satu platform yang paling menarik perhatian mereka.

Setelah PC, sebanyak 46% responden mengungkap bahwa PS5 merupakan salah satu platform yang paling mereka minati dan sebanyak 46% developer memilih Nintendo Switch sebagai platform yang paling menarik perhatian mereka.

Saat ini, ada beragam model bisnis yang developer game bisa gunakan. Tidak peduli apakah developer memilih untuk menggunakan model bisnis premium, freemium, atau subscription, masing-masing model bisnis punya kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Ketika ditanya tentang model bisnis yang digunakan pada game mereka, setengah responden survei GDC mengatakan, mereka masih menggunakan model bisnis pay-to-download alias premium.

Sementara itu, sepertiga developer menggunakan model bisnis free-to-play (F2P). Sebanyak 25% responden mengaku, game yang sedang mereka kembangkan akan menawarkan konten DLC berbayar, 23% responden tengah membuat game dengan in-game item berbayar dan 19% lainnya menggunakan mata uang dalam game.

Dari semua model bisnis yang ada, salah satu model bisnis yang paling jarang digunakan oleh developer adalah sistem premium tier subscription, seperti yang digunakan di Fallout 76. Selain itu, sistem monetisasi berbasis blockchain juga kurang diminati.

Model bisnis pilihan para game developer. | Sumber: GDC

Menariknya, 9% responden survei mengatakan, game mereka kini menjadi bagian dari layanan langganan game, seperti Xbox Game Pass atau PlayStation Plus.

Padahal, tahun lalu, para developer justru menganggap keberadaan layanan langganan sebagai ancaman untuk mereka. Ketika itu, mereka khawatir, layanan subscription game justru membuat gamers enggan untuk membeli game secara langsung.

Namun, meningkatnya popularitas layanan subscription game tampaknya  berhasil mengubah pemikiran para developer game. Memang, sebanyak 21% responden masih merasa, keberadaan layanan langganan game justru menghilangkan nilai jual sebuah game. Tapi, sebanyak 36% responden percaya, layanan langganan game bukanlah ancaman untuk mereka. Jumlah responden yang menunjukkan pemikiran positif akan layanan subscription game mengalami kenaikan, dari 30% di 2021.

AR/VR, Metaverse, dan Blockchain

Tahun ini, akan ada dua headset AR/VR baru yang diluncurkan, yaitu Meta Quest Pro dan PlayStation VR (PSVR) 2. Keberadaan dua headset baru itu membuat sebagian developer game kembali tertarik untuk membuat game AR/VR. Namun, hanya 38% responden survei GDC yang mengungkap bahwa mereka pernah membuat game AR/VR. Angka ini turun dari 42% di tahun lalu.

Dari semua headset yang ada, Meta Quest menjadi platform pilihan bagi 36% developer untuk merilis game mereka. Sementara 18% responden mengungkap, mereka tertarik untuk merilis game di PSVR2 dan 15% di HTC VIVE.

Platform AR/VR yang paling menarik perhatian para developer. | Sumber: GDC

Dari segi minat para developer, Meta Quest juga menjadi platform VR/AR yang paling menarik perhatian developer game.

Sebanyak 39% responden mengatakan, mereka paling tertarik dengan Meta Quest sebagai platform untuk game AR/VR. Setelah itu, PSVR2 menjadi platform favorit ke-2, dengan 35% responden mengaku tertarik dengan headset buatan Sony tersebut. Valve Index menjadi platform game AR/VR paling populer ke-3, dengan 24% responden mengungkap ketertarikan dalam merilis game untuk headset ini.

Selain AR/VR, beberapa tahun belakangan, perusahaan-perusahaan teknologi juga tertarik dengan konsep metaverse.

Dari semua perusahaan yang menunjukkan ketertarikan dengan metaverse, 14% developer percaya, Epic Games merupakan perusahaan yang punya kesempatan paling besar untuk merealisasikan metaverse dengan Fortnite. Sementara 7% developer percaya bahwa Meta-lah yang akan bisa mempopulerkan metaverse dengan Horizon Worlds dan 7% lainnya percaya pada Microsoft dengan Minecraft.

Meskipun begitu, sebanyak 45% developer game tetap tidak terlalu antusias menyambut konsep metaverse. Sebanyak 45% responden memilih untuk abstain ketika ditanya tentang platform metaverse yang punya potensi paling besar dalam merealisasikan konsep metaverse. Angka ini naik dari 33% pada 2022.

Tanggapan developer akan perusahaan yang dipercaya bisa merealisasikan metaverse. | Sumber: GDC

Tahun lalu, ada beberapa studio game besar yeng mengumumkan strategi mereka terkait teknologi blockchain. Di awal 2023, President Square Enix, Yosuke Matsuda mengungkap bahwa mereka akan terus berinvestasi dan berusaha untuk membuat game blockchain.

Namun, menurut survei GDC, sebagian besar developer game masih tidak tertarik dengan teknologi Web3, termasuk cryptocurrency dan Non-Fungible Token (NFT).

Sebanyak 75% responden mengaku tidak tertarik untuk menggunakan teknologi blockchain di game mereka dan hanya 2% responden yang mengatakan bahwa mereka sudah menggunakan teknologi Web3. Sebanyak 16%  developer mengungkap, mereka agak tertarik dengan teknologi Web3 dan 7% sangat tertarik.

Ketika ditanya apakah developer berencana untuk memasukkan teknologi blockchain ke game, sebanyak 56% developer mengatakan bahwa mereka tidak pernah setuju untuk menggunakan teknologi blockchain di game. Sementara sebanyak 12% responden mendukung penggunaan teknologi blockchain dan 25% mengungkap bahwa mereka tidak punya opini terkait hal ini.

Sumber header: PC Mag