Semester Pertama 2021, Razer Raih Untung Bersih Sebesar Rp446,5 Miliar

Padahal, pada semester pertama 2020, Razer masih mengalami kerugian sebesar US$17,7 juta

Minggu lalu, Razer mengumumkan laporan keungan mereka untuk semester pertama dari 2021. Dalam laporan keuangan tersebut, diketahui bahwa pemasukan Razer dalam enam bulan pertama dari 2021 mencapai US$752 juta  (sekitar Rp10,7 triliun), naik 68% dari periode yang sama pada tahun lalu. Tak hanya pemasukan, margin laba kotor Razer juga mengalami peningkatan, menjadi 27,1%. Sebagai perbandingan, pada semester pertama 2020, margin laba kotor Razer hanya mencapai 22%.

Sementara itu, untung bersih yang didapat oleh Razer pada semester pertama 2021 adalah US$31,3 juta (sekitar Rp446,5 miliar). Padahal, pada semester pertama 2020, mereka masih mengalami kerugian sebesar US$17,7 juta (sekitar Rp252,5 miliar).

Pemasukan Razer terus mengalami pertumbuhan.

Secara garis besar, bisnis Razer terbagi menjadi tiga segmen: hardware, software, dan service. Dari ketiga segmen tersebut, bisnis hardware masih memberikan kontribusi paling besar pada total pemasukan perusahaan. Pada semester pertama 2021, total pemasukan dari divisi hardware Razer mencapai US$677,3 juta (sekitar Rp9,7 triliun), naik 77% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, divisi service, yang mencakup Razer Gold dan Razer Fintech, memberikan kontribusi sebesar US$72,8 juta (sekitar Rp1 triliun) pada total pemasukan perusahaan. Jika dibandingkan dengan semester pertama 2020, pemasukan divisi service naik sebesar 13,8% pada semester pertama 2021. Terakhir, divisi software mendapatkan pemasukan sebesar US$1,9 juta (sekitar Rp27 miliar) pada semester satu 2021.

Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan pemasukan divisi service Razer adalah peningkatan Total Payment Value (TPV) untuk Razer Gold. Pada semester  pertama 2021, TPV dari Razer Gold naik 13,8% dari periode yang sama tahun lalu. Tak hanya Razer Gold, TPV Razer Fintech juga menunjukkan tren naik dalam beberapa tahun belakangan. Dalam tiga tahun terakhir, TPV dari Razer Fintech memiliki Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 63,7%. Lebih dari 95% TPV tersebut berasal oleh Razer Merchant Services (RMS).

Selain TPV, jumlah pengguna Razer Gold juga naik. Sekarang, jumlah pengguna Razer Gold mencapai 30 juta orang, naik 25,3% dari tahun lalu. Sementara jumlah pengguna software buatan Razer meningkat 50%, menjadi 150 juta orang. Seiring dengan naiknya jumlah pengguna, jumlah pengguna aktif juga naik. Kenaikan jumlah pengguna aktif bulanan Razer mencapai 51,4%.

Peningkatan jumlah pengguna service Razer.

Lee Limeng, Chief Strategy Officer Razer dan Chief Executive Officer Razer Fintech menjelaskan, meningkatnya jumlah pengguna software dan service dari Razer akan membantu mereka dalam membuat produk yang diinginkan oleh konsumen. "Kami bisa mengetahui rekam jejak pembelian item, game yang gamers beli, atau genre game yang mereka mainkan. Semua data ini akan membantu kami dalam merencanakan produk yang akan kami luncurkan," ujarnya dalam konferensi pers. "Kami bisa mengetahui game yang tengah populer atau perubahan tren di dunia game."

Dalam setahun ke depan, Razer percaya, pendapatan mereka masih akan naik. Pasalnya, mereka akan meluncurkan sejumlah produk hardware baru. Tak hanya itu, mereka juga akan mengembangkan skala bisnis dari divisi service mereka. Dalam kasus Razer Gold, mereka akan meluncurkannya di lebih banyak negara. Sementara untuk Razer Fintech, mereka ingin melakukan ekspansi ke Asia Tenggara. Alasannya, jumlah pengguna kartu kredit di Asia Tenggara tidak banyak. Misalnya, di Indonesia, jumlah penduduk pada 2020 mencapai 270,2 juta jiwa. Sementara jumlah kartu kredit yang beredar pada November 2020 hanyalah 16,9 juta kartu, kurang dari 10% total poplasi. Jadi, Razer ingin menawarkan sistem pembayaran yang memudahkan para gamers untuk membeli item dalam game.

Lee Limeng mengungkap, dari sudut pandang gamers, salah satu keuntungan menggunakan Razer Gold adalah karena mereka bisa menggunakan dana yang ada untuk membeli item di berbagai game, seperti PUBG Mobile, Ragnarok X: Next Generations, Genshin Impact, sampai PlayStation Store. Dia juga menyebutkan, perusahaan game tidak menganggap layanan pembayaran dari Razer sebagai ancaman. Sebaliknya, mereka justru menganggap bahwa keberadaan Razer Gold akan memudahkan para gamers dalam berbelanja di game mereka.