Dark
Light

Seesmic Tinggalkan BlackBerry, Akankah Yang Lain Menyusul?

2 mins read
June 21, 2011

Seesmic mengumumkan bahwa pihaknya akan meninggalkan dukungan untuk aplikasi BlackBerry-nya per tanggal 30 Juni dan menyarankan penggunanya untuk beralih ke aplikasinya di platform yang lain yang lebih populer, yaitu Android, iOS dan Windows Phone 7. Meskipun tidak secara eksplisit dijelaskan, belum tentu layanan ini akan benar-benar dimatikan pada tanggal tersebut. Loic Le Meur, founder Seesmic dalam tweet-nya yang menyatakan (entah serius atau tidak) pihaknya mencari pengembang lain yang mau membeli Twitter client untuk BlackBerry ini.

Pengumuman yang disampaikan oleh Seesmic hari ini, bisa jadi bukan sesuatu yang mengejutkan. Di Amerika Serikat sendiri, penjualan BlackBerry cenderung stagnan atau bahkan menurun. Inovasinya jelas tertinggal dibanding produk-produk berbasis iOS ataupun Android. Meskipun demikian, saya melihat bahwa penutupan ini lebih didasari kenyataan bahwa Seesmic for BlackBerry tidak mampu bersaing  untuk mengambil pasar di platform ini dan kalah telak dengan pesaingnya seperti UberSocial, Twitter for BlackBerry ataupun SocialScope. Seesmic for BlackBerry memang “ringan” dalam hal penggunaan memori tapi secara fitur tidak selengkap para pesaingnya tersebut.

Prinsip Seesmic dalam hal ini adalah daripada capek mengurusi produk yang kalah bersaing, lebih baik fokus ke produknya yang lebih banyak penggunanya. Coba cek mengapa Seesmic mencantumkan Windows Phone 7 di produk populernya ketimbang BlackBerry yang jelas-jelas lebih banyak penggunanya. Di USA sendiri persentase pengguna BlackBerry dan Windows Phone 7 kira-kira 25% berbanding 2-3%.  Tak lain dan tak bukan karena pasar Windows Phone 7 ini masih sedikit pemainnya dan berdasarkan pengalaman saya mencobai platform mobile Microsoft terbaru ini, Seesmic for Windows Phone 7 masih lebih menyenangkan digunakan ketimbang aplikasi native yang dibuat oleh Twitter. Tak heran jika di platform tersebut aplikasi Seesmic ini punya banyak pengguna.

Kembali di pertanyaan pertama, apakah akan ada pengembang lain yang menyusul, buat saya sangat mungkin. Tapi mirip seperti alasan Seesmic, lebih ke arah pertimbangan bisnis, misalnya ternyata produknya tidak cocok ataupun tidak banyak peminat di platform BlackBerry tersebut, sehingga lebih baik menutup dukungan ketimbang berdarah-darah memberikan dukungan tapi tidak mendapatkan timbal balik yang seimbang. BlackBerry, suka atau tidak, di USA sendiri masih memiliki banyak penggemar, apalagi di kalangan selebritis karena nyamannya penggunaan keyboard fisik untuk mengirim SMS, chatting (BBM) ataupun kegiatan social media.

Soal platform BlackBerry-nya sendiri, menurut saya tidak akan surut dalam waktu dekat, apalagi di Indonesia. Di Indonesia, BlackBerry masih menjadi platform ponsel pintar dengan pengguna paling besar di kota-kota besar. Meskipun tahun ini berada di area yang cukup stagnan karena penundaan terhadap peluncuran produk baru BlackBerry, yaitu Bold 9900 yang menggunakan sistem operasi versi terbaru, tidak bisa dipungkiri bahwa pasar ini masih memiliki potensi monetisasi terbesar. Tapi patut dicatat bahwa Android dan iPhone tahun ini mendapatkan peningkatan yang cukup signifikan. Android lebih berkembang di pasar menengah ke bawah (harga 2 juta atau lebih murah), sementara iPhone dengan iPhone 4-nya yang fenomenal memperluas pelanggan dengan masuknya XL sebagai partner, setelah Telkomsel.

Salah satu cara terbaik bagi pengembang di Indonesia untuk mengantisipasi kemungkinan jenuhnya pasar tentunya adalah membuat aplikasi multiplatform, tidak cuma untuk BlackBerry, tapi juga untuk iOS dan Android (ataupun ponsel Nokia). Sayangnya perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan prinsip tersebut nampaknya masih terlalu fokus dengan platform BlackBerry semata, jadinya pasti ada jeda (kadang terlalu lama) untuk peluncuran di platform lain. Tentunya ada berbagai macam alasan yang berkaitan dengan jeda ini tapi membuat user menunggu terlalu lama untuk peluncuran suatu aplikasi di platform lain, di luar BlackBerry, tentu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Sebagai pengembang, sampai kapan Anda yakin bahwa platform BlackBerry masih akan mendominasi pasar ponsel pintar Indonesia?

 

4 Comments

  1. seesmic hanya saya gunakan yang versi webnya saja, sangat ringan dan ngga ribet, yang untuk android dulu pernah nyoba juga, tapi buat opload gambar susah banget, gagal terus, akhirnya pake twitdroyd saja deh :((

  2. Aduuh. Walaupun tag-nya adalah opini, tapi kok terkesan bias dan tidak ada landasan yang kuat yah? Sekarang kalau RIM di Amerika Utara sudah ambruk, apa iya mereka bisa sustain dari pasar Asia saja? Memangnya berapa besar marketshare Blackberry di Indonesia untuk cukup bisa bikin RIM sustain? Di Cina sendiri Blackberry itu masih tergolong mahal dan masyarakat sana lebih prefer Android, karena produsen ponsel lokal seperti ZTE bisa menawarkan Android phone yang lebih murah.

  3. itu karena Anda menganggap di pasar lain BlackBerry tidak signifikan 🙂
    coba search lagi soal market BlackBerry, meskipun sudah mulai tergerus pasar iPhone, mereka banyak punya market di South America (Venezuela, Brazil), beberapa negara Afrika (di Afrika Selatan, BlackBerry paling populer utk anak muda), dan sejumlah negara lainnya. 

    Dan ambruk di USA? pasarnya meski menurun masih on-par (di atas 20%) dengan Android dan iPhone. Cek lagi kata-kata saya: “tidak akan surut dalam waktu dekat”.

    Justru poin saya, di Indonesia ada pergerakan untuk shifting ke platform lain, makanya saya urge developers untuk bikin aplikasi multiplatform, ga cuma untuk BlackBerry. 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Apa yang Dipikirkan Investor: Data dan Riset

Next Story

Event: SparxUp Seminar Dengan Tema “The Rise of Social Games”

Latest from Blog

Don't Miss

Pengguna X Premium Kini Bisa Gunakan Grok AI

Secara global, Elon Musk mengumumkan peluncuran Grok 1.5 pada akhir
Twitter X

Setelah Twitter Ganti Nama, Merek Dagang “X” Ternyata Dipegang oleh Meta

Pada 23 Juli 2023, Elon Musk secara terbuka mengumumkan perubahan